Harga Pangan Terkontrol
Pemerintah Jadi Biang Inflasi
JAKARTA – Tidak jauh dari prediksi Bank Indonesia (BI), tren inflasi rendah kembali terjadi pada April lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, bulan lalu besaran inflasi mencapai 0,09 persen. Artinya, inflasi secara kumulatif tercatat 1,28 persen dan inflasi
year-on-year (yoy) 4,17 persen. Kepala BPS Kecuk Suhariyanto menuturkan, besaran inflasi April tahun ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. ’’Kalau dibandingkan, April 2017 ini (indeks harga konsumen/IHK, Red) lebih tinggi bila dibandingkan dengan April tahun lalu yang mengalami deflasi 0,45 persen. Tapi, masih lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi April 2015 yang sebesar 0,36 persen,’’ papar Kecuk di gedung BPS, Jakarta, kemarin (2/5).
Inflasi terjadi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,12 persen); kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,93 persen); kelompok sandang (0,49 persen); kelompok kesehatan (0,08 persen); kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,03 persen); serta kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan (0,27 persen). ’’Kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi adalah bahan makanan 1,13 persen,’’ katanya.
Kecuk menyebutkan, komoditas yang mengalami kenaikan harga pada bulan lalu, antara lain, tarif dasar listrik (TDL), bawang putih, daging ayam ras, tomat sayur, dan emas perhiasan. Juga, tarif angkutan udara, jengkol, jeruk, rokok keretek, rokok keretek filter, tarif sewa rumah, bensin, dan tarif ponsel. Sebaliknya, komoditas yang mengalami penurunan harga adalah cabai merah, cabai rawit, bawang merah, beras, gula pasir, daging sapi, ikan segar, telur ayam ras, bayam, kacang panjang, dan minyak goreng.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara menyebut komponen administered prices atau hargaharga yang diatur pemerintah sebagai biang inflasi. Tirta menambahkan bahwa inflasi administered prices pada April 2017 mencapai 1,27 persen (mtm), meningkat dari bulan lalu yang hanya 0,37 persen (mtm).
Dia menjelaskan, peningkatan inflasi administered prices terutama disebabkan kenaikan tarif listrik akibat penyesuaian tarif listrik tahap kedua bagi pelanggan pascabayar daya 900 VA nonsubsidi. ’’Selain itu, inflasi administered prices didorong penyesuaian tarif angkutan udara, harga bensin, dan rokok. Secara tahunan, inflasi administered prices mencapai 8,68 persen (yoy),’’ terangnya.
Inflasi inti pada April lalu tercatat 0,13 persen (mtm), sedikit meningkat dari bulan sebelumnya 0,10 persen (mtm).
Peningkatan inflasi kelompok administered prices dan kelompok inti tertahan oleh kelompok volatile foods yang tercatat mengalami deflasi 1,26 persen (mtm) pada April 2017.
Di sisi lain, inflasi di Jawa Timur tercatat 0,29 persen atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi nasional 0,09 persen.
Inflasi disumbang sejumlah komoditas, terutama harga pakaian yang meningkat 1,42 persen. Selain itu, pencabutan subsidi listrik bagi pelanggan daya 900 VA mengakibatkan tarif listrik meningkat 7,27 persen. (ken/dee/car/c14/sof/noe)