Bentuk Majelis Khusus untuk Ubah Konstitusi
CARACAS – Presiden Venezuela Nicolas Maduro bersikukuh untuk tetap berkuasa. Demo berbulanbulan untuk menentangnya itu tidak membuat Maduro melepas jabatan. Dia malah mengajukan perubahan konstitusi di negaranya. Menurut dia, perubahan tersebut bisa mengembalikan perdamaian di Venezuela dan mencegah oposisi melakukan kudeta.
”Saya tidak ingin ada perang sipil,” ujar Maduro di hadapan para pendukungnya di Caracas saat perayaan Hari Buruh pada Senin (1/5). Pada waktu yang sama, ribuan massa lain di berbagai kota yang menentang Maduro tengah bentrok dengan petugas keamanan. Sejak gerakan turun ke jalan menentang Maduro berlangsung awal April lalu, ada 400 orang yang terluka dan ratusan lainnya ditahan.
Maduro menegaskan bahwa konstitusi yang baru itu tidak akan ditulis Majelis Nasional. Maduro bakal membentuk majelis lain yang ditugaskan menulis ulang aturan perundangundangan di negara tersebut. Dia menjanjikan majelis yang berpihak pada rakyat tidak terdiri atas partai politik.
Dewan Pemilihan Nasional mulai melakukan seleksi siapa saja yang menjadi anggota majelis tersebut sejak kemarin (2/5). Hanya separo di antara 500 anggota Majelis Nasional yang akan dipilih untuk menyusun konstitusi baru. Mayoritas majelis baru itu akan diisi dari kelas pekerja.
Oposisi tentu langsung menentang hal tersebut. Mereka menyatakan bahwa langkah Maduro itu hanya untuk menghindari percepatan pemilu. Yang mereka inginkan bukanlah perubahan konstitusi, melainkan bebas dari Maduro yang telah memimpin Venezuela selama 18 tahun. Mereka langsung menyerukan agar orang-orang yang menentang Maduro turun ke jalan sejak kemarin. Hari ini mereka menggelar aksi massa besar-besaran.
”Orang-orang, turun ke jalan! Kalian harus menentang kegilaan itu!” tulis pemimpin oposisi dari partai Justice First Henrique Capriles di akun Twitter- nya. (AFP/ AlJazeera/sha/c16/any)