Galau, Kembali ke AS, Dipenjara Dua Tahun
Daniela Greene memiliki satu episode hidup penuh misteri. Saat masih berstatus istri anggota militer AS, dia pergi ke Syria. Bertemu dengan anggota ISIS yang menjadi subjek penyelidikannya, lantas menikah. Terusterusan galau, dia kembali ke AS dan masuk p
KINI perempuan kelahiran Cekoslovakia (sekarang pecah menjadi Republik Ceko dan Slovakia) itu berusaha keras menyembunyikan jati dirinya. Sejak keluar dari penjara delapan bulan lalu, dia menjadi seorang penyambut tamu di lounge sebuah hotel. ”Jika saya berbicara kepadamu, keluarga saya akan berada dalam bahaya,” ujar Greene kepada CNN. Dia mau difoto ataupun diambil gambarnya via video dengan syarat semuanya harus diburamkan.
Greene dibesarkan di Jerman sebelum akhirnya menikah dengan seorang prajurit asal Amerika Serikat (AS) dan pindah ke negeri Paman Sam. Dia lantas kuliah di Cameron University, Oklahoma, dan pernah menjadi dekan di perguruan tinggi tersebut. Tak lama kemudian, Greene menyelesaikan pascasarjana jurusan sejarah di Clemson University. Karena fasih berbahasa Jerman dan lulus serangkaian tes, dia diterima sebagai penerjemah di FBI pada 2011.
Semua berubah ketika Januari 2014, dia dipindah tugas ke Detroit dan menginvestigasi teroris asal Jerman. Dalam catatan pengadilan hanya ditulis sebagai Individu A, tapi berdasar penelusuran CNN, dia adalah Denis Cuspert alias Abu Talha Al Almani. Saat masih menjadi raper di Jerman, nama panggungnya adalah Deso Dogg. Setelah mengalami kecelakaan yang nyaris merenggut nyawanya, dia memeluk Islam dan menjadi sangat religius.
Pada 2013 dia sampai di Syria dan menjadi perekrut anggota ISIS via online. Ketika menyelidiki berkas Individu A, Greene dan timnya mendapati ada tiga nomor Skype yang digunakan anggota ISIS. Entah kenapa, dia intens berkomunikasi dengan satu nomor saja dan membatasi akses pada nomor tersebut.
Tiba-tiba saja, pada 11 Juni 2014, Greene mengajukan rencana bepergian ke luar negeri. Dalam dokumen yang diserahkan kepada bosnya, dia mengisi tujuannya adalah urusan pribadi karena ingin bertemu keluarganya di Munich, Jerman. Namun, alih-alih ke Jerman, Greene membeli tiket ke Istanbul, Turki. Dia juga mengontak nomor Skype yang selama ini dikontaknya. Diduga, nomor itu milik Cuspert.
Dengan bantuan Cuspert, dia masuk ke wilayah Syria. Setelah bertemu dengan mantan raper yang tak begitu terkenal itu, Greene mengungkapkan jati dirinya. Bahwa dia adalah matamata FBI dan Cuspert sedang diawasi. Keduanya lantas menikah.
Hanya berselang beberapa pekan, Greene mulai sadar. Perempuan 38 tahun itu mengirimkan e-mail kepada seseorang di AS yang menyatakan bahwa dirinya tahu tindakannya melanggar hukum. Dia menyebut lingkungan tempat tinggalnya sangat kejam. ”Saya tidak yakin apakah mereka mengatakan kepadamu jika saya akan dipenjara lama jika pulang, tapi itulah hidup. Saya berharap suatu hari bisa memutar waktu,” tulisnya dalam sebuah e-mail tertanggal 22 Juli 2014.
Pada Agustus 2014, entah bagaimana, Greene akhirnya bisa melarikan diri dari Syria. Begitu tiba di AS, dia langsung ditangkap. Desember tahun yang sama, dia mengaku bersalah dan mau bekerja sama dengan pemerintah. Greene dijatuhi hukuman dua tahun penjara. Dia bebas pada Agustus 2016. Hukuman itu sangat ringan. Sebab, orang yang berusaha masuk Syria dan gagal saja bisa dihukum 13,5 tahun. (CNN/sha/c6/any)