Lamaran Ubah Segalanya
BANYAK yang antusias bertanya kepada Septi tentang cara mendidik buah hatinya, Enes Kusuma, 20; Ara Kusuma, 19; dan Elan J.M., 14. Alumnus S-1 Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat, FKM Universitas Diponegoro Semarang tersebut mengatakan, semua yang dialaminya saat ini berawal dari lamaran seorang pria yang merupakan kakak kelasnya di SMA.
Ketika itu, Septi sudah mendapatkan SK pegawai negeri. ”Saya ingin membangun keluarga. Tapi, saya ingin anak-anak nanti dididik ibunya, bukan orang lain, meski itu nenek dan kakeknya sendiri. Apakah kamu sanggup?” kata Septi yang menirukan ucapan Dodik, pria yang kini menjadi suaminya.
”Wah, laki-laki ini keren banget, punya mimpi,” kata Septi dalam hati. Dalam hitungan keempat, Septi langsung menjawab ya. Dia melepaskan kesempatan menjadi pegawai negeri dan berkomitmen menjadi ibu rumah tangga.
Soal pendidikan, tiap tahun pelajaran baru, Septi dan suami mengajukan pertanyaan kepada anak-anak. ”Ini beberapa sekolah yang bapak dan ibu sudah riset, value- nya sama dengan keluarga kita. Mau pilih sekolah A, B, C, atau tidak sekolah? Pilihan mana saja, bagi bapak dan ibu sama saja,” lontarnya. Karena terbiasa diberi pilihan, anak-anak bisa mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Ketika sudah memilih, mereka menerima segala konsekuensinya.
Hasilnya, kini Enes, 20, dan Ara, 19, sudah menyelesaikan kuliah di Singapura. Mereka juga aktif berkegiatan. Enes punya lini fashion busana Eneska, Ara menggagas UR Travelearner. Anak lelaki satu-satunya, Elan, 14, sedang mengikuti pembelajaran online di edX, program Harvard dan The Massachusetts Institute of Technology (MIT), serta menjadi web designer. ”Saya lebih suka menyebutnya belajar daripada kuliah,” kata Elan yang sejak awal homeschooling itu. (nor/c7/ayi)