Jawa Pos

Orang Tua Cerai, Bima Sulit Lanjutkan Sekolah

- GALIH ADI PRASETYA

Program campus social responsibi­lity (CSR) Dinas Sosial Surabaya mulai memasuki tahap pengenalan. Para mahasiswa yang menjadi kakak asuh dikenalkan dengan adik asuh masing-masing.

SENYUM polos anak-anak memenuhi ruang pertemuan di Kecamatan Bubutan. Sesekali mereka bercanda dengan teman sebaya. Mungkin tidak ada yang menyangka bahwa di balik senyum ceria itu, tersimpan duka. Anak-anak tersebut memang menjalani hidup yang tidak biasa.

Sambil menikmati nasi kotak yang diberikan staf Dinas Sosial Surabaya, Bima Maulana Ramadhan terlihat mencuri pandang ke arah perempuan yang duduk di sampingnya. Perempuan itu berambut sebahu. Dia menemani Bima yang lahap menikmati nasinya. Sesekali dia mengajak Bima bercengker­ama. Suryati Wulandari, nama perempuan itu, adalah kakak asuh Bima. Gadis yang kini menempuh studi di Universita­s dr Soetomo tersebut akan menjadi pembimbing Bima. Tidak tanggung-tanggung, Bima menjadi tanggung jawab Wulan selama satu tahun mendatang.

Bima kini tinggal bersama kakeknenek­nya di sebuah rumah kos. Orang tuanya sudah bercerai dan punya keluarga sendiri-sendiri. Namun, kehidupan Bima terbilang kelam. Maklum, neneknya sudah renta. Kakeknya juga tidak bisa berbuat banyak karena terserang stroke. Tulang punggung keluarga adalah om dan tantenya. Kondisi itu membuat Bima hidup dalam keterbatas­an. Kakak perempuan Bima yang seharusnya duduk di bangku SMP kini tidak bisa lagi bersekolah. Tinggal Bima yang masih berkesempa­tan mengenyam bangku pendidikan.

Meskipun putus sekolah, sang kakak terus mendukung Bima untuk tetap bersekolah. Di usia yang menginjak 12 tahun, seharusnya Bima duduk di bangku kelas V. Dia harus menunda kenaikan kelas karena rapornya hilang. Sedikit kisah miris pun menyeruak. ’’Waktu itu diusir nenek,’’ ceritanya dengan wajah polos. Ketika terjadi masalah keluarga itulah, Bima turut kehilangan bukti pendidikan­nya.

Tantenya yang bekerja sebagai petugas cleaning service dan om sebagai sopir truk harus menanggung beban Bima, kakek, nenek, serta kakaknya. Kondisi tersebut memaksa mereka benar-benar berhemat.

Wulan melihat Bima sebagai seorang pejuang keras. Hal itu membuatnya teringat dengan kisah hidupnya sendiri. ’’Dulu saya juga pernah mengalami seperti Bima. Sekolah susah karena biaya,’’ tutur Wulan.

Wulan pun termotivas­i menjadi bagian dari tim CSR 2017. Pertemuan dengan keluarga Bima membuatnya semakin yakin untuk terlibat dalam CSR. Dia optimistis bisa membawa Bima ke masa depan yang lebih cerah. ’’Waktu ke rumah Bima, neneknya cerita. Dulu juga pernah ada CSR, namun kakak asuhnya sering ninggal. Baru empat kali datang, lalu

jelas Wulan. Kisah seperti itu semakin membuat Wulan kukuh untuk terus membimbing Bima. Wulan bersama 24 temannya siap menjadi agen perubahan. Dia ingin menyelesai­kan masalah sosial di Surabaya.

Bima adalah satu di antara 25 anak yang kemarin hadir dalam acara gathering Campus Social Responsibi­lity (CSR) 2017. Acara tersebut diadakan serentak di sembilan kecamatan. Selama tiga hari ke depan, gathering diadakan secara bergiliran. ’’ Gathering ini merupakan pertemuan pertama antara kakak asuh dan adik-adiknya,” jelas Atijun Najah Indhira, direktur program CSR Dinas Sosial Surabaya.

Setelah pertemuan itu, kakak asuh aktif menjadi pendamping bagi adik asuhnya. Mereka berkewajib­an mengidenti­fikasi masalah sosial yang dihadapi adik asuh. ’’Setelah mengidenti­fikasi masalah sosial, segera dicarikan solusinya,” ujar Ayun, sapaan Atijun Najah Indhira.

Misalnya, Bima. Bocah laki-laki yang kini duduk di bangku kelas IV SD tersebut belum memiliki akta kelahiran. ’’Sampai sekarang Bima belum punya akta. Salah satu tugas saya selaku kakak pendamping ya membantu Bima biar bisa punya akta,” terang Wulan.

Selain itu, Wulan berkewajib­an membina dan memotivasi Bima agar mau bersekolah. ’’Selain pertemuan rutin tiap minggu, kalau ada waktu, pasti saya datang ke rumah Bima biar dia terus semangat sekolah,” papar Wulan. (gal/c20/c7/oni)

 ?? GALIH ADI PRASETYO/ JAWA POS ?? ngilang,’’ DEMI MASA DEPAN: Ayun (kanan) bersama kakak dan adik asuh saat acara gathering CSR di Kecamatan Bubutan kemarin.
GALIH ADI PRASETYO/ JAWA POS ngilang,’’ DEMI MASA DEPAN: Ayun (kanan) bersama kakak dan adik asuh saat acara gathering CSR di Kecamatan Bubutan kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia