Jawa Pos

Potret-Potret Penuh Kisah

-

’’ Teman curhat saat depresi. Bisa juga teman yang saat ini memang sedang depresi,” ungkap Bayu. Ide itu tertuang di benak Bayu sejak dua bulan terakhir.

Proses yang dilalui Bayu terbilang unik. Dia tidak asal melukis sepuluh orang tersebut begitu saja. Ada beberapa tahap kreativita­s yang dilaluinya. Alumnus Jurusan Seni Rupa Universita­s Negeri Surabaya (Unesa) itu melakukan proses seleksi. Dia memfokuska­n pada teman satu komunitas. Yakni, Kelompok Seni Serbuk Kayu.

’’Dari anggota 38, saya seleksi 10 orang yang memang memberikan pengaruh kepada saya,” jelasnya. Prosesnya terbilang sulit. Dia mengatakan, semua orang memiliki pengaruh terhadap dirinya. Hanya, kapasitasn­ya berbeda.

Setelah itu, Bayu mewawancar­ai sepuluh orang tersebut. Terkait apa pun. Soal kehidupan hingga harapan dalam bidang seni. ’’Apa yang membuat mereka bertahan di dunia seni. Apa pun itu saya wawancara,” kata pria kelahiran Surabaya, 7 September 1990, tersebut.

Dari proses tanya jawab itu, Bayu mendapatka­n sudut pandang yang berbeda- beda dalam penggambar­an sosok. Setiap sudut pandang itulah yang diceritaka­n Bayu lewat lukisan dalam berukuran 50 x 60 cm. ’’Coba perhatikan lukisan masing-masing. Ada cerita di balik setiap potret tokoh ini,” katanya.

Karena itulah, lukisan punya ciri realis dan ekspresion­is yang kuat. ’’Gelap-terang masih sama. Proporsi juga sama dengan objek asli. Tapi, saya bebaskan warnanya. Inilah kombinasi,” terang Bayu. Kombinasi goresan cat akrilik, pensil warna, dan krayon tersebut menyajikan cerita yang berbeda-beda.

Bayu mencontohk­an pada lukisan berjudul Tulip. Dia melukis seniman Hanifi Septamahti­one. Kesenangan dan kebebasan dalam berkarya adalah gambaran yang ditangkap Bayu sari sosok Hanifi.

’’Spirit semangat inilah yang selalu saya dapat dari Hanifi. Latar belakang street art. Dia berkarya untuk having fun,” jelas Bayu. Kegembiraa­n itu tergambar jelas pada potret wajah Hanifi dalam lukisan.

Bayu menambahka­n kisah Hanifi pada background. Terdapat gambar karakter Roftell, yakni monster besar berwarna pink. Menurut Bayu, karakter Roftell menjadi andalan Hanifi dalam berkarya. ’’Dia (Hanifi, Red) menganggap Roftell itu sangat cocok dan menarik saat digambar di jalanan,” katanya.

Ada kegembiraa­n, ada pula ekspresi kesedihan. Misalnya, tergambar pada lukisan berjudul Melati. Bayu melukis wajah Ebby Wijaya. Bayu menangkap sosok Ebby yang melankolis. ’’Perjuangan Ebby yang tidak sepenuhnya mendapatka­n restu dari orang tua saat berkarya di dunia seni. Kisah inilah yang saya lukis,” jelas Bayu.

Sepuluh tokoh itu tergambar dalam lukisan berjudul namanama bunga. Bayu memang sengaja memilih nama bunga. ’’Bunga itu harum dan memberikan pengaruh pada sekeliling­nya. Sama halnya dengan teman-teman saya ini,” ungkapnya. Pameran kali ini juga menandai kembali aktifnya Bayu di Kelompok Seni Serbuk Kayu setelah dua tahun vakum. (bri/c7/dos)

 ?? AHMAD KHUSAINI / JAWA POS ?? frame SOSOK BERPENGARU­H: Stevany Westin mengabadik­an karya Bayu Edi Iswoyo yang berjudul Dahlia. Lukisan itu menggambar­kan wajah Indra Prayhogi.
AHMAD KHUSAINI / JAWA POS frame SOSOK BERPENGARU­H: Stevany Westin mengabadik­an karya Bayu Edi Iswoyo yang berjudul Dahlia. Lukisan itu menggambar­kan wajah Indra Prayhogi.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia