Jawa Pos

Polisi Saksi Penembakan Rumah Politikus PKS Bunuh Diri

Diduga Stres karena Pemeriksaa­n Propam

-

JAKARTA – Kasus anggota Polri bunuh diri dengan senjata api kembali terjadi. Adalah anggota Brimob Polri Detaseman A Satuan III Bripka Teguh Dwiyatno yang diduga melakukan tindakan nekat itu kemarin subuh (15/5)

Anggota Polri kebanyakan hanya dilatih kemampuan menembak, tapi prosedur tetap yang berfungsi mencegah penyalahgu­naan tidak dimengerti.” ARIF NUR FIKRI Koordinato­r Divisi Advokasi KontraS

Dia diduga menembakka­n senjata jenis revolver ke pelipis kanan. Teguh diketahui sedang diperiksa Divisi Propam Polri karena kasus tembakan nyasar ke rumah anggota DPR dari Fraksi PKS Jazuli Juwaini. Diduga, dia stres garagara pemeriksaa­n tersebut.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divhumas Mabes Polri Brigjen Rikwanto menuturkan, Bripka Teguh ditemukan meninggal sekitar pukul 05.00 di garasi rumahnya di Asrama Brimob, Kedaung, Pamulang, Banten. Terdapat luka di pelipis kanan yang tembus ke bagian belakang kiri kepala. ”Teguh masih berseragam lengkap,” jelasnya.

Ditemukan juga sebuah senjata api laras pendek jenis revolver dengan nomor 683031 milik Teguh. Posisi senjata revolver tidak terlalu jauh dari tangan kanan Teguh. ”Dengan kondisi itu, maka diduga Teguh melakukan bunuh diri,” paparnya di kantor Divhumas Polri kemarin.

Apa penyebab Teguh bunuh diri? Rikwanto menuturkan, Teguh sedang diperiksa terkait dengan peluru nyasar ke rumah anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Jazuli Juwaini. Pemeriksaa­n itu dilakukan karena Teguh merupakan penanggung jawab logistik. Artinya, dia mengurusi persenjata­an. ”Mungkin Teguh stres karena pemeriksaa­n tersebut,” jelasnya.

Dalam latihan yang terkait dengan insiden peluru nyasar itu, pengosonga­n senjata dilakukan dengan menembak ke arah aman. Biasanya, senjata ditembakka­n ke atas. Namun, mungkin terjadi parabola atau peluru meluncur ke atas, lalu kembali turun saat itu. Akibatnya, peluru tersebut mengenai jendela rumah Jazuli. ”Jarak antara lapangan tembak dan rumah sekitar 250 meter.”

Berapa kali Teguh diperiksa? Rikwanto tidak menyebutka­n. Dia hanya menegaskan bahwa Teguh diperiksa Divpropam terkait dengan masalah tersebut. Sebab, penggunaan senjata itu merupakan kewenangan Teguh. ”Latihan menembak juga merupakan kewenangan Teguh,” papar jenderal berbintang satu itu.

Saat ditanya soal metode pemeriksaa­n yang sampai membuat Teguh stres dan bunuh diri, Rik- wanto menuturkan bahwa respons personel saat diperiksa tentu berbeda. Ada yang menganggap pemeriksaa­n itu biasa saja atau malah menjadi akhir karirnya. ”Ini masih asumsi ya,” paparnya.

Sementara itu, Koordinato­r Divisi Advokasi KontraS Arif Nur Fikri menjelaska­n, bila anggota Polri berada dalam pemeriksaa­n, senjatanya seharusnya disita untuk sementara. Hal itu seharusnya merupakan prosedur tetap dalam kepolisian.

”Sehingga ada antisipasi dampak dari pemeriksaa­n, tidak menyalahgu­nakan senjata yang membahayak­an diri sendiri dan orang lain,” terangnya.

Masalahnya, banyak anggota Polri yang justru tidak memahami secara mendalam prosedur tetap penggunaan senjata. Akibatnya, penyalahgu­naan senjata kerap terjadi. ”Anggota Polri kebanyakan hanya dilatih kemampuan menembak, tapi prosedur tetap yang berfungsi mencegah penyalahgu­naan tidak dimengerti.”

Sementara itu, berdasar pantauan Jawa Pos di Asrama Brimob Kedaung, penjagaan cukup ketat. Ada penjaga yang melarang media untuk masuk. Tampak juga se- jumlah orang yang diduga sebagai intel untuk menjaga keamanan di sekitar asrama.

Bendera Merah Putih juga dikibarkan setengah tiang. Sangat mungkin alasannya adalah musibah tersebut. Pada pukul 17.10 WIB, sebuah mobil ambulans yang diduga membawa jenazah Teguh keluar dari asrama. Sejumlah mobil dan bus mengikuti ambulans tersebut. Ani, tetangga Teguh, menyebutka­n bahwa jenazah akan dikebumika­n di Tuban, tempat kelahiran Teguh. ” Ya, saya tahu dari istri Teguh,” ujarnya.

Menurut dia, Teguh merupakan lelaki yang kalem dan pendiam. Teguh berbeda dengan anggota Brimob lainnya yang kerap pergi ke luar asrama. ”Jarang keluar, mungkin karena bagian logistik,” ucap dia.

Terpisah, Jazuli saat dihubungi mengaku kaget dengan temuan Polri itu. Meski begitu, dia berharap Polri tetap bekerja untuk mengungkap motif penembakan tersebut. ”Semoga polisi tetap bisa mengungkap motifnya. Saya sangat yakin dan percaya bahwa Polri bisa melakukan hal itu,” kata Jazuli melalui pesan singkat. (idr/bay/c11/ang)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia