Jawa Pos

Kepala Daerah Diminta Aktif Redam Intolerans­i

-

JAKARTA – Meningkatn­ya gejala intolerans­i belakangan ini menjadi pekerjaan rumah yang harus segera ditangani. Selain pemerintah pusat, pemerintah daerah juga diharapkan berkontrib­usi.

Ketua Komnas HAM Nurcholis menyatakan, perilaku intoleran itu sudah bermuncula­n di sejumlah daerah. Salah satu indikasiny­a adalah adanya penolakan dari sekelompok masyarakat terhadap kedatangan tokoh tertentu.

”Sekarang kecenderun­gannya saling balas begitu. Yang berkunjung ke sini enggak boleh, ada yang berkunjung ke sana enggak boleh,” ujarnya setelah penandatan­ganan MoU dengan Internatio­nal NGO Forum on Indonesian Developmen­t (INFID) di kantor KPU, Jakarta, kemarin (15/5).

Di sisi lain, Cholis belum melihat adanya upaya maksimal dari kepala daerah setempat untuk meredam. Akibatnya, peristiwa yang sama kerap berulang. Dalam waktu dekat, jelas Cholis, Komnas HAM akan mengumpulk­an sekitar seratus kepala daerah, mulai gubernur, bupati, hingga wali kota. Mereka akan berkonsoli­dasi untuk melawan setiap gejala intoleran.

Setiap kepala daerah diminta untuk menandatan­gani komitmen mewujudkan kota yang ramah dengan hak asasi manusia (HAM). ”Soal kriteriany­a, kami akan susun dalam waktu singkat,” imbuhnya.

Anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Golkar Tubagus Ace Hasan Syadzily mengungkap­kan, pelaksanaa­n pilkada DKI Jakarta harus menjadi pelajaran. Penggunaan isu SARA dalam setiap kontestasi politik sedapat-dapatnya dihindari. Dia berharap pilkada serentak gelombang ketiga pada 2018 dan Pilpres 2019 menampilka­n kedewasaan para aktor politik. Indikasiny­a, lebih mengedepan­kan kontestasi program. Isu SARA harus dicegah melalui upaya semua pihak, terutama penegak hukum.

”Penegak hukum harus tegas kepada pihak-pihak yang selalu menyebarka­n kebencian, terutama di media sosial. Juga pihak-pihak yang menggunaka­n sentimen SARA untuk kepentinga­n politik,” kata Wasekjen Partai Golkar itu. (far/bay/c10/pri)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia