Antara Latihan Mandiri dan Bagi Ilmu
SALAH satu tantangan terbesar seorang atlet adalah menjaga kebugaran. Ketika kompetisi tengah berjalan tentu tak sulit. Tapi, bagaimana jika sedang vakum?
Tentu, banyak cara untuk menyiasatinya. Bagi pemain HBS Nico Dwi Ramadhan yang berkiprah di Kompetisi Kapal Api Persebaya (KKAP) yang tengah hiatus, salah satu caranya adalah tetap berdisiplin latihan. Baik bersama klub maupun melakukannya sendiri di rumah.
Selain itu, bek 18 tahun tersebut menjaga pola makan agar asupan gizi tetap terjaga. ”Karena biasanya kalau nggak ada kompetisi jadi kurang teratur,” jelas pelajar SMA Wahid Hasyim 2 Taman, Sidoarjo, tersebut.
Penyerang Untag Rosita M. Abdul Kohar pun secara rutin joging di dekat rumah. Jarak tempuhnya bisa mencapai 3–4 km. ”Itu cara termudah. Pulang dari joging biasanya saya skipping dan juggling bola,” kata pemain yang mengoleksi enam gol pada putaran I KKAP itu.
Latihan mandiri, sepertinya, memang cara yang paling mudah dilakukan pemain. Namun, Feri Bahrul Rochman punya cara lain untuk mengisi waktu jeda kompetisi.
Gelandang Sasana Bhakti tersebut memilih untuk berbagi ilmu. Dia menjadi pelatih ekstrakurikuler futsal dan sepak bola di SMAN 1 Cerme, Gresik. ”Saya sendiri juga itung-itung latihan bareng teman-teman di SMA itu,” ungkap mahasiswa semester VI jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas PGRI Adi Buana, Surabaya, tersebut.
Berharap mengikuti kompetisi lain, sepertinya, juga menjadi cara untuk mengisi waktu selama jeda kompetisi. Wahyu Setiyanto termasuk yang demikian. Kapten Pelabuhan III itu memang sudah malang melintang di kompetisi nasional. ” Ya kalau ternyata ada kompetisi nasional, alhamdulillah. Biasanya juga ada tarkam. Siapa tahu ada tawaran,” tuturnya (dit/c23/ttg)