Bisa Jadi Bekal Anak untuk Menjaga Diri
Lewat mendongeng, kita bisa memasukkan unsur pembelajaran kepada anak-anak. Yang dipilih oleh mahasiswa psikologi Universitas Surabaya (Ubaya) adalah mengajari mereka agar terhindar dari pelecehan seksual.
ROMBONGAN mahasiswa psikologi Ubaya yang beranggota sekitar 30 orang datang ke kampung di Jalan Lumumba Dalam RT 01, RW 01. Rombongan tiba hampir bersamaan. Mereka lantas menuju balai RT. Di sana sudah berkumpul anak-anak.
Anak-anak tersebut dikumpulkan oleh Rumah Belajar Pandawa Surabaya. Lembaga nonprofit itu ikut membantu kegiatan yang diadakan para mahasiswa Ubaya tersebut. Ada sekitar 35 anak yang berkumpul di balai.
Namanya juga anak-anak, mereka sibuk berlarian ke sana kemari. Ketika rombongan mahasiswa datang, anakanak awalnya cuek. Begitu pula, ketika mulai mendongeng, para mahasiswa itu harus ekstrasabar. Pelan-pelan, mereka mengajak anak-anak untuk duduk anteng dan mendengarkan.
Salah satunya Ni Made Karina Devi Permata Jati. Dia dengan telaten membuat anak-anak dari beragam variasi usia itu mau duduk melingkar dan mendengarkan dongengnya. Ni Made lewat ceritanya mengajari anakanak tersebut mengenali apa yang disebut pelecehan seksual. Apa yang harus mereka lakukan jika ada orang lain melakukan hal yang tidak pantas terhadap tubuhnya.
Cerita itu dihadirkan lewat kisah tentang om tetangga baru yang suka menyentuh bagian tubuh anak-anak. Terutama bagian tubuh privat. Hal tersebut tidak seharusnya dilakukan oleh orang dewasa, apalagi orang asing, terhadap anak-anak.
Karina menjelaskan kepada anakanak bahwa itu termasuk jenis pelecehan seksual. Dia lantas mengajarkan sikap yang harus diambil ketika menghadapi hal seperti itu. Tujuannya, bisa dijadikan bekal oleh mereka untuk menjaga diri.
Karena memakai beragam peraga dongeng yang menarik, anak-anak yang awalnya susah diatur mulai menyimak. Meskipun terkadang masih ada yang suka saling usik satu sama lain dan memecah fokus.
Eh, tapi tak semuanya cuek. Banyak juga anak-anak yang mengerti maksud cerita tersebut. Pesan pun berhasil tersampaikan. Kevin Ronald Pratama, 9, misalnya. Dia dengan lancar menceritakan kembali bagian-bagian yang dilarang untuk disentuh orang lain. Kevin bahkan bisa mencontohkan cara membebaskan diri jika disekap oleh orang asing. ”Kalau mulut kita dibekap, kita gigit tangannya,” katanya.
Dalam kegiatan tersebut, anak-anak juga diajari upaya bela diri jika mengalami kekerasan. Termasuk caracara membebaskan diri. Desvihane Sharcia Padengge, ketua panitia, menyatakan sengaja mengajarkan pelatihan kognitif dan motorik pada kesempatan kemarin. ”Kita ajarkan bela diri sederhana juga,” ujarnya.
Memang, menurut Sharcia, tema besar dalam kegiatan itu adalah Aku Pahlawan. Yakni, bagaimana anakanak bisa menjadi pahlawan dalam kasus kekerasan yang bisa jadi menimpanya.
Muhammad Ali Sodikin, pendiri Rumah Belajar Pandawa, mengapresiasi kegiatan tersebut. Selama enam tahun mendampingi anak-anak di kawasan itu, Ali memandang isu kekerasan seksual harus dicegah sejak dini. Salah satunya lewat pengajaran kepada anak-anak. ”Kalau dari kecil sudah dibekali, akan meminimalisasi mereka untuk jadi korban nanti,” katanya. (*/c6/jan)