Sebagai Pemicu Sekolah Lain
Proses penilaian masih berlangsung. Ada 20 sekolah yang masuk nominasi. Nah, kemarin (15/5) giliran SMK PGRI 3 yang didatangi tim penilai program SOS. Di antaranya, perwakilan Dikbud Sidoarjo, UPT Dinas Pendidikan Jatim Wilayah Sidoarjo, dinas perhubungan, Polresta Sidoarjo, dan satpol PP.
Sekretaris Dikbud Sidoarjo Tirto Adi menyatakan, pihaknya sudah memilih 20 sekolah, baik SMP, SMA, SMK, maupun MA, yang telah masuk nominasi sebagai pelaksana terbaik program SOS. Seluruh sekolah tersebut akan dinilai langsung di lapangan ( lihat grafis).
”Hanya akan dipilih enam terbaik untuk mendapatkan penghargaan langsung dari Pemkab Sidoarjo,” katanya.
Saat ini, tim 5 terus melakukan kunjungan ke 20 sekolah yang masuk nominasi tersebut. Kunjungan itu sekaligus menilai penerapan program SOS di sekolah bersangkutan.
Sebelumnya, ada empat sekolah yang dikunjungi untuk penilaian. Yakni, SMAN 1 Sidoarjo, MAN Sidoarjo, SMPN 5 Sidoarjo, dan SMP YPM Sarirogo. ”Sekarang kami sedang menyelesaikan penilaian bersama tim 5 yang terdiri atas lintas sektor,” jelasnya.
Tirto mengaku, enam sekolah yang terpilih sebagai pelaksana terbaik program SOS akan mendapatkan apresiasi dari Pemkab Sidoarjo pada 20 Mei. Tepatnya, pada puncak peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) yang akan dilaksanakan di AlunAlun Sidoarjo. ”Penghargaan ini diberikan sebagai suntikan semangat dalam melaksanakan program SOS,” katanya.
Sekolah terpilih adalah yang telah menjalankan program SOS dengan baik. Kriteria penilaian yang dilihat, antara lain, melihat langsung peserta didik yang menggunakan sepeda motor dan tempat parkir siswa. Selain itu, tim memantau dokumen pendukung program SOS. Di antaranya, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Selain itu, lanjut dia, melihat SE kepala dikbud tentang program SOS dan edaran dari kepala sekolah sebagai tindak lanjut. ”Kami ingin melihat sejauh mana sekolah-sekolah menindaklanjuti SE yang telah dikeluarkan dikbud,” ujarnya.
Tirto menuturkan, komitmen sekolah dalam mendukung program SOS juga menjadi pertimbangan penilaian. Mulai pemberian sanksi bagi siswa yang membawa sepeda motor ke sekolah, penyediaan fasilitas parkir bagi siswa, hingga pemberian sosialisasi kepada orang tua terhadap budaya antar jemput anak ke sekolah. ”Keterlibatan pemangku kepentingan juga penting. Seperti dukungan orang tua dan dukungan kepolisian dalam sosialisasi ke sekolah,” katanya.
Pemberian sanksi, lanjut dia, juga harus tegas. Termasuk mengurangi nilai mapel agama dan pendidikan kewarganegaraan kepada siswa yang melanggar. Segala unsur penilaian tersebut menjadi pertimbangan kuat untuk memilih sekolah yang akan mendapatkan penghargaan pada saat Harkitnas. ”Banyak kriteria yang menjadi pertimbangan penilaian,” ujarnya.
Menurut Tirto, apresiasi diberikan kepada sekolah yang telah melaksanakan program SOS dengan baik agar menjadi panutan sekolah maupun madrasah lainnya. Dengan begitu, ke depan, diharapkan banyak sekolah yang mendukung program SOS. ”Kami semua bersama-sama ingin menyukseskan program SOS,” tandasnya. (ayu/c6/hud)