Tidak Ada Gangguan WannaCry
SBM PTN Pakai 2.175 Komputer
SURABAYA – Ada 2.175 komputer yang terlibat dalam seleksi bersama masuk perguruan tinggi negeri ( SBM PTN) kemarin ( 16/ 5). Namun, segala kekhawatiran tidak terbukti. Tidak ada serangan virus WannaCry. Tidak ada pula listrik padam atau trouble saat ujian berbasis komputer berlang sung. Lancar.
Wakil Rektor I UPN Veteran Jatim Ramdan Hidayat memantau beberapa lokasi ujian. Di antaranya, di Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (Stiesia), Universitas dr Soetomo (Unitomo), Universitas 17 Agustus 1945 (Untag), SMA 17 Agustus 1945 (Smatag), Stikom, hingga UPN Veteran Jatim. ’’Alhamdulillah tahun ini juga cerah, tidak seperti tahun lalu yang sempat hujan dan banjir,’’ ujarnya.
Ramdan menilai lancarnya SBM PTN computer based test (CBT) yang melibatkan 2.175 komputer klien merupakan hal yang mengagumkan. Hal-hal yang dikhawatirkan pun tidak terjadi. Sebab, kata dia, panitia juga merangkul PLN dalam kepanitiaan SBM PTN tahun ini. ’’Tanggung jawab bersama menyukseskan SBM PTN,’’ tuturnya.
Kemarin seluruh lokasi tes dibanjiri peserta dari berbagai sekolah. Mereka bisa memilih satu di antara dua jenis tes yang disediakan. Yakni, CBT dan paper based test (PBT).
Kepadatan peserta tes terlihat di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA)
Sejak pukul 07.00 area tersebut dipadati para calon mahasiswa baru. Mereka tampak menuju ruangan tesnya. Sebagian ada juga yang masih mencari-cari ruangannya dan bertanya kepada petugas di sekitar lokasi.
Nurul Hikmah termasuk salah seorang peserta yang datang lebih awal. Kendati tesnya baru dimulai pukul 10.00, perempuan asal Kabupaten Jombang itu ada di lokasi tes sejak pukul 07.00. Dia lantas duduk di dekat ruangan yang telah disediakan.
Nurul adalah peserta istimewa. Dia penyandang tunanetra. Sejak usia 13 tahun, penglihatan perempuan berusia 24 tahun tersebut terganggu. Sebab, dia salah posisi ketika melakukan gerakan salto pada pelajaran olahraga di SMP-nya dulu. ’’Awalnya gelap total. Tapi, sekarang sudah bisa melihat cahaya dan bayangan saja,’’ tuturnya.
Namun, Nurul tetap bersemangat mengikuti tes SBM PTN. Sehari sebelum tes, dia berangkat ke Surabaya bersama seorang teman. Perjalanan dari Jombang ditempuh dengan menggunakan sepeda motor. Selama di Surabaya, Nurul tinggal bersama temannya yang kos di daerah Darmo.
Dalam tes SBM PTN, Nurul menaruh harapan besar. Dia bercita-cita menjadi guru sekolah luar biasa (SLB). Karena itu, dia memilih jurusan pendidikan luar biasa di dua kampus berbeda.
Selain itu, bungsu empat bersaudara tersebut memilih jurusan pendidikan bahasa Inggris. Dia menyatakan suka dengan pelajaran tersebut. Karena itu, dia tertantang untuk bisa mempelajarinya lebih lanjut. Apalagi sampai menjadi guru pengampu mata pelajaran itu. ’’Saya memilih jurusan yang ringan buat saya. Selain itu, difabel memilih jurusan PLB kan sudah biasa. Tapi, kalau bahasa Inggris saya harap bisa punya kemampuan lebih,’’ paparnya.
Pada tes SBM PTN kemarin (16/5), Nurul tidak dicampur dengan peserta lainnya. Sebab, menurut peraturan awal, lokasi tesnya berada di lantai 3 gedung I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UINSA.
Khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, panitia memindahkan lokasi tes Nurul ke lantai 1. Di dalam ruangan itu hanya ada Nurul. Dia ditemani seorang pendamping dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) yang membacakan pertanyaan dan membantunya melingkari jawaban yang benar.
Meski sempat deg-degan, putri pasangan Zaini Suyuti dan Nur Jamilah tersebut mengatakan siap menghadapi tes. Sebab, sebelumnya dia banyak belajar. Mulai soal-soal latihan, soal SBM PTN, sampai mencari contoh soal dari internet dengan memanfaatkan aplikasi screen reader. ’’Dan berdoa juga tak lupa tentunya,’’ kata alumnus Yayasan PKBM Sanggar Belajar Ya Latif Jombang itu.
Nurul berharap bisa menyelesaikan tes dengan baik. Dengan begitu, dia bisa diterima di salah satu pilihan jurusannya. Jika diterima, Nurul berencana tinggal di kos atau asrama kampus. ’’Sudah biasa mandiri, jadi tidak apa-apa,’’ ucap perempuan kelahiran 24 November 1992 itu.
Wakil Rektor 1 UINSA Syamsul Huda menuturkan bahwa sebelumnya panitia penyelenggara SBM PTN menghubungi Nurul. Mereka juga mempersiapkan ruangan khusus. Jadi, ketika datang ke UINSA, dia tidak perlu ke lantai 3.
Syamsul menjelaskan, pemerintah pusat memang tidak menyediakan soal dalam huruf braille. Karena itu, ke depan perlu soal dengan huruf tersebut. Sebab, kebutuhannya kian tinggi. ’’Misalnya, untuk soal matematika kan sulit kalau hanya dibacakan, pasti lebih enak kalau baca sendiri,’’ tuturnya.
Sementara itu, jumlah peserta SBM PTN yang memilih UINSA tercatat ada 9.539 orang dari 17 prodi yang ditawarkan. Syamsul menuturkan, prodi favorit tahun ini adalah manajemen. Pemilihnya berjumlah 1.099 orang. Posisi kedua ditempati program studi psikologi. Pemilihnya tercatat 1.058 orang. Adapun posisi ketiga ditempati ilmu komunikasi dengan pemilih sekitar 1.000 orang.
Sementara itu, prodi dengan jumlah pemilih terendah adalah teknik kelautan. Yakni, hanya 258 peserta. Juga, ilmu politik dengan jumlah pemilih 278 peserta dan matematika sekitar 300 orang. ’’Jurusan ekonomi yang paling stabil pemilihnya. Mungkin, jurusan itu dianggap prospeknya masih bagus sehingga jadi harapan bagi peserta tes,’’ paparnya.
Tahun ini UINSA menyediakan 200 unit komputer untuk tes berbasis komputer. Mereka juga menyediakan cadangan 20 persen dari total keseluruhan. Jadi, setiap ruangan terdiri atas 3–5 komputer cadangan. ’’Ada tim teknis, pengawas, dan tim instalasi yang bekerja bersamaan,’’ tambahnya.
Syamsul mengungkapkan, komputer yang disediakan ratarata merupakan barang baru. Mereka juga menyambungkannya dengan genset kampus untuk antisipasi listrik padam. Selain itu, back-up server sudah disediakan dengan baik. ’’Kalau kemarin sempat ribut soal virus, alhamdulillah sampai sekarang tidak terjadi,’’ ungkapnya.
Suasana keramaian peserta tes SBM PTN juga terlihat di Universitas Airlangga. Total peserta yang mengikuti tes di kampus tersebut sebanyak 6.400 orang. Sementara itu, jumlah pendaftar Unair pada pilihan pertama mencapai 19.762 orang. Yang memilih di urutan kedua 13.873 orang dan pilihan ketiga 8.852 peserta.
Kemarin Wakil Rektor 1 Unair Prof Djoko Santoso memantau jalannya tes berbasis komputer di fakultas kedokteran. Menurut dia, lokasi tes tersebut disiapkan sejak jauh-jauh hari. Bahkan, lebih dari tiga pekan. ’’Kami juga berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait agar tidak ada kendala dalam tes,’’ terangnya.
Djoko mengatakan, soal di setiap komputer sudah teracak sehingga bisa meminimalkan kecurangan. Selain itu, setiap peserta diberi password 5 menit sebelum tes berlangsung. ’’Peserta yang terlambat kami beri batas toleransi. Tapi, sampai saat ini belum ada laporan keterlambatan,’’ tuturnya.
Tes SBM PTN di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) juga berjalan dengan baik. Bukan hanya tes berbasis kertas, tapi juga yang berbasis komputer. Salah seorang peserta SBM PTN computer based test (CBT) datang dari Kalimantan. Bayu Manggala Sanjaya, peserta tersebut, tertarik pada bidang seni. Karena itu, dia memilih S-1 Seni Musik UPI Bandung dan S-1 Sendratasik Unesa.
Kemarin dia menjalani ujian di Gedung G9 Fakultas Ekonomi Unesa dengan diantar sang kakak. Bayu memilih tes dengan berbasis komputer karena lebih praktis. Jawaban tinggal diklik tanpa harus mengarsir pada lembar jawaban komputer (LJK). (ant/puj/c7/dos)