Dosen Aswaja Tangkal Radikalisme
MALANG – Para dosen berlatar belakang Nahdlatul Ulama (NU) dari 107 perguruan tinggi di Indonesia kemarin mendeklarasikan berdirinya Asosiasi Dosen Aswaja Nusantara (Asdanu). Bertempat di kampus Universitas Islam Malang (Unisma), mereka berikrar untuk mengawal NKRI beserta kebinekaan yang ada di dalamnya.
Ali Ashari, penggagas Asdanu, mengungkapkan bahwa organisasi tersebut bertujuan mengampanyekan nilai-nilai keislaman yang moderat dan ramah sebagai tulang punggung pengetahuan agama di kampus-kampus. ”Awalnya hanya perbincangan akan kegelisahan yang muncul akibat maraknya pergerakan paham radikal di kampus. Lalu, kami membuka ruang diskusi melalui grup WhatsApp (WA),” ujarnya.
Ali menuturkan, target Asdanu adalah menjadi pintu kolaborasi atau wadah untuk menguatkan gerakan deradikalisasi dan independensi warga kampus. Termasuk melakukan kajian-kajian bersama secara rutin.
Dalam deklarasi tersebut, juga ada seminar nasional dengan tema Menyemai Militansi Akademisi Berbasis Keilmuan Aswaja. Seminar menghadirkan pembicara Mustasyar PB NU KH Tholchah Hasan, Kepala Badan Litbang Kemenag Abdurrahman Mas’ud, Rektor Unisma Masykuri, dan Pemred Jawa Pos Nurwahid.
Kiai Tholchah memberikan pehamaman soal aswaja ( ahlussunah wal jamaah) mana yang harus dipilih Asdanu? Sebab, ISIS itu juga aswaja. Banyak ormas Islam yang juga aswaja. ”Tapi, aswaja yang dibawa NU adalah yang paling toleran,” ujarnya. ”Aswaja opsional, yang memberikan pilihan-pilihan. Karena kita sadar bahwa Indonesia itu plural,” sambungnya.
Sementara itu, Masykuri dengan tegas mengatakan bahwa pihaknya menyatakan perang terhadap radikalisme. Sebab, radikalisme telah masuk ke kampus-kampus dan akan mengancam keutuhan kehidupan berbangsa dan bernegara. ”Karena itu, perguruan tinggi harus melahirkan generasi-generasi militan yang memperjuangkan aswaja,” ucapnya. (lil/c2/abm/c10/nw)