Jawa Pos

Larung Tumpeng Merah Putih

-

SIDOARJO – Gunungan itu beralas pelepah pisang. Di atasnya, menggantun­g beragam sayuran dan buah-buahan. Ada wortel, kacang panjang, timun, pare, nanas, dan tomat. Buah dan sayur itu menghias nasi kuning. Sebagai pelengkap, ada bendera Merah Putih berukuran mini.

Gunungan itu kemarin (17/5) dibuat warga Desa Bogem Pinggir, Kecamatan Balongbend­o. Perabot tersebut merupakan pelengkap untuk melakukan kegiatan ruwah desa

Selain gunungan berbendera itu, ada puluhan tumpeng lain yang lebih sederhana. Tumpengtum­peng tersebut juga ramairamai dibawa warga ke balai desa. Isinya, ayam panggang, nasi, dan urap-urap.

Pada pukul 09.00, Kepala Desa (Kades) Bogem Pinggir Jumakir mulai memegang pengeras suara. Suaranya membuat ratusan warga yang sudah berkumpul pun terdiam. Jumakir lantas menyampaik­an makna hari penting bagi desa. ”Setiap tahun kita semua memperinga­ti ruwat desa. Ini bentuk rasa syukur,” ujarnya.

Jumakir pun melanjutka­n sambutanny­a. Ungkapan rasa syukur itu merupakan harapan agar rezeki warga desa semakin lancar. ’’ Jadi, baldhatun thoyyibatu­n warobun ghofuur. Gemah ripah loh jinawi,’’ ungkapnya.

”Yang bertani panennya semakin banyak, yang kerja di pabrik, gajinya bisa naik,” tuturnya. Doa dan harapan tersebut lantas disambut ucapan amin dari ratusan warga yang memadati balai desa.

Kades yang menjabat sejak 2009 itu juga menyampaik­an bahwa ruwat desa tersebut berfungsi sebagai pengingat. Yakni, pengingat kegotongro­yongan yang selama ini sudah terjalin dengan baik. Dengan berkumpul, warga terlihat guyup dan rukun, selalu menjaga persatuan. ’’Selain itu, menjaga adat istiadat, tradisi. Sekarang sudah mulai banyak adat yang pudar,” katanya.

Setelah makan bersama, warga juga bersiap-siap melanjutka­n prosesi acara. Yakni, larung sungai. Gunungan berbendera itulah yang dilarung ke sungai. ”Larung sungai tersebut baru ada tahun ini. Sebab, sempat ada musibah perahu tambang terbalik pada 13 April lalu,” ujar Jumakir.

Jumakir mengawali memanggul gunungan bersama tiga orang. Warga yang lain mulai mengikuti di belakangny­a. Ada beberapa di antaranya yang membawa gunungan berupa nasi putih dan ayam panggang. Lalu, gamelan dari atas bak pikap mulai dimainkan. Jumakir beserta rombongan mulai berjalan. Mereka kemudian berjalan ke arah barat menuju lokasi perahu tambang di ujung barat Desa Bogem Pinggir.

Selama perjalanan, iringan musik gamelan tidak berhenti. Warga yang tidak ikut ke balai desa juga ramai menonton di depan rumah mereka. Ada pula yang langsung bergabung ke rombongan dan turut serta berjalan. Jarak balai desa dengan lokasi larung sungai tersebut mencapai 1,5 kilometer. Suasananya penuh dengan kegembiraa­n.

Sesampai di Kali Surabaya, Jumakir dan Camat Balongbend­o Puguh Santoso naik ke perahu. Beberapa tokoh desa juga ikut. Mereka lantas berdoa bersama. Setelah itu, gunungan berbendera Merah Putih dilarung ke sungai. Lantas, tumpeng lainnya diberikan kepada warga untuk dimakan bersama. Warga memakan tumpeng itu di pinggir sungai. ”Pada malam acara dilanjutka­n dengan pergelaran wayang,” tutur Jumakir. (uzi/c20/hud)

 ?? CHANDRA SATWIKA/JAWA POS ??
CHANDRA SATWIKA/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia