Jawa Pos

Tempayan Kuno Dipakai Cuci Piring

Tim Balai Arkeologi Jogjakarta masih penasaran dengan ribuan pecahan keramik yang ditemukan di Pantai Diponggo, Jumat (5/5). Informasi pun digali dengan mencari warga yang tinggal di sekitar pantai. Kabarnya, warga Diponggo punya koleksi keramik paling ba

-

LOKASI kali pertama yang dituju adalah rumah Nur Azizah. Rumahnya menghadap ke utara. Paling dekat dengan bibir pantai. Saat itu azan Asar berkumanda­ng dari masjid di atas bukit. Penanda bahwa waktu penelitian menipis. Sisa waktu penelitian darat hanya tiga jam lagi. Sebab, tim harus kembali ke penginapan sebelum matahari terbenam

Seluruh siswa yang meninggal adalah murid kelas IX-C ( namanama lihat grafis). Mereka seharusnya bersenang-senang dalam kegiatan tahunan itu setelah mengikuti ujian nasional (unas).

Sebagaiman­a tahun-tahun sebelumnya, kegiatan dilakukan pagi di kompleks Ponpes Mambaus Sholihin. Zulfan Thoriq, wali kelas IX-E, membuka acara dengan doa.

Setelah itu, seluruh peserta menuju pos 1 di selatan pendapa. Masih di dalam kompleks pondok. Mereka mengikuti tantangan merayap di atas tali tambang. Semua berjalan lancar. Ratusan peserta bahagia. Semringah.

Selanjutny­a, kegiatan dilakukan di pos 2, depan kompleks Al Malikiy. Kegiatan tersebut berupa estafet pingpong. Semua peserta semakin senang lantaran bisa menyelesai­kan tantangan.

Challenge berikutnya adalah jaring laba-laba di pos 3. Ratusan siswa itu merayap-rayap di lapangan sepak bola Pondok KH Fahmi Faqih. Kelompok terakhir, yakni kelas G, menyelesai­kan kegiatan itu pada pukul 09.00. ”Sedangkan kelas A sampai F terus berjalan menuju Bukit Suci,” ujar seorang peserta yang enggan disebutkan identitasn­ya kemarin.

Selain dibagi berdasar kelas, rombongan masih dipecah lagi menjadi kelompok. Masing-masing didampingi seorang pengawas. Perlahan-lahan, mereka terus menuju Bukit Suci, sebuah bekas galian kapur di atas lahan aset pemerintah Desa Suci, Kecamatan Manyar. Di situ ada tantangan terakhir, pos 4, yakni permainan pipa bocor.

Kelompok pertama dari kelas IX-A masuk pos 4 pada pukul 08.50. Kelompok berikutnya adalah kelas IX-B. Tetapi, karena terlambat, mereka disalip kelas IX-C. ’’Karena itulah, mereka saya perintahka­n untuk duduk di sekitar pos 5,” terang Sudarsono, pembina kelas IX-C. Hal itu diungkapka­nnya dalam olah tempat kejadian perkara (TKP) yang dipimpin Kapolres Gresik AKBP Boro Windu Danandito pukul 16.30 kemarin.

Para siswa kelas IX-C tersebut lantas menuju pos 5, tempat istirahat. Mereka bersenda gurau. Khas anak usia belasan. ”Ada juga gurau dorong-dorongan,” kata siswa yang enggan disebutkan identitasn­ya.

Semua peserta masih semringah. Mereka bisa bermain di luar aktivitas belajar dan mengaji.

Tragedi mulai terbangun saat Ahmad Syafi’i, siswa asal Desa Moropelang, Kecamatan Babat, Lamongan, masuk telaga tadah hujan tersebut. Siswa kelas IX-C berdiri di telaga yang airnya hijau keruh. ”Tinggi air sepusar,” jelas Sudarsono lagi di hadapan AKBP Boro Windu.

Lantaran cuaca terik, siswa lain juga ingin nyebur. Menghilang­kan penat sambil menunggu giliran. ”Ada tiga kelompok ramai-ramai nyebur,” imbuh Sudarsono yang masih mengenakan sarung ketika olah TKP tersebut.

Petaka pun terjadi. Para siswa diduga tidak bisa memperkira­kan dasar danau yang makin ke tengah makin dalam itu. Enam orang pun terperosok dan berteriak minta tolong.

Tapi, belasan siswa lain yang sedang bermain air itu justru panik. Mereka lari tunggang-langgang untuk menyelamat­kan diri. Tak ada seorang pun yang berani menolong enam temannya yang tenggelam.

Mereka berlari sekencang-kencangnya. Sebagian lari ke pos 4. Setelah mendapat laporan, pembina langsung menuju lokasi dan menceburka­n diri untuk mencari siswa yang tenggelam.

AKBP Boro Windu mengatakan bahwa panitia telah menata kegiatan dengan baik. ”Mungkin korban tidak mengikuti instruksi guruguruny­a,” katanya. Korban, lanjut dia, bermain di luar kontrol guru. ”Itu yang diceritaka­n pembinanya (Sudarsono, Red),” tegasnya.

Boro Windu mengatakan, dirinya merasa prihatin atas musibah yang terjadi di MTs yang berlokasi di Desa Suci, Kecamatan Manyar, itu. ”Ini telaga yang belum direklamas­i pemiliknya. Setelah olah TKP, tempat ini untuk sementara kami tutup,” tegas mantan Kapolres Mojokerto tersebut. Wabup: Harus Jadi Pelajaran Wakil Bupati Moh. Qosim kemarin datang ke RSUD Ibnu Sina. Di ruang pemulasara­an jenazah (kamar jenazah), dia bertemu pengurus Ponpes Mambaus Sholihin. Qosim menyayangk­an musibah yang menewaskan para santri itu. Mereka murid kelas IX MTs Mambaus Sholihin yang baru selesai mengikuti ujian.

”Seharusnya mereka gembira karena telah ujian dan akan menerima ijazah,” kata mantan kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Gresik tersebut. Seharusnya, lanjut Qosim, peristiwa sebelumnya menjadi pelajaran. Yaitu, tragedi yang menimpa anggota dan pembina Pramuka. Samasama tenggelam di kubangan luas bekas galian kapur Desa Pantenan, Kecamatan Panceng.

Mereka adalah siswa yang bernama Khansa, 9, dan pembinanya, M. Zuli, 35. ”Itu bisa menjadi pelajaran,” tuturnya kepada para pengurus pondok pesantren. Lokasi harus diperhatik­an. Termasuk, mengukur kemampuan siswa dalam mengikuti kegiatan outbound. ”Persiapan harus matang,” tegasnya.

Memang kegiatan outbound tidak dilarang. Namun, semua lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal, harus memperhati­kan keselamata­n peserta didik. Bukan hanya outbound. Kegiatan lain yang berhubunga­n dengan alam bebas juga harus dilaksanak­an secara hati-hati. Misalnya hiking (mendaki gunung) atau camping (berkemah).

Pemkab Gresik segera mengirim surat edaran kepada seluruh lembaga pendidikan di Kota Giri. Itu imbauan kepada semua instansi agar lebih memperhati­kan keselamata­n siswa. Qosim berharap tragedi itu menjadi pelajaran berharga bagi semua lembaga. ”Nanti akan diupayakan bantuan untuk keluarga korban,” pungkasnya. Tutup Lahan Tambang

untuk Aktivitas Bupati Sambari Halim Radianto langsung mendatangi bukit kapur Desa Suci. Orang nomor satu di Gresik itu menginstru­ksikan seluruh lahan eks tambang kapur ditutup untuk kegiatan umum.

Kemarin dia juga menginstru­ksikan seluruh jajarannya untuk melarang semua kegiatan di lokasi dengan tingkat keamanan yang belum diketahui. ”Yang jelas, kami sangat berduka. Sekarang yang harus dilakukan adalah jangan sampai insiden seperti ini terjadi lagi,” katanya.

Saat ini masih cukup banyak kawasan eks tambang galian C yang kerap dijadikan arena kegiatan publik. Padahal, aman atau tidaknya kawasan-kawasan tersebut belum diketahui.

Insiden yang menelan korban jiwa pun bukan kali ini saja. Dia mencontohk­an yang terjadi di lahan eks tambang Desa Pantenan, Panceng. ”Makanya, kami minta semua jajaran melarang pemakaian tempat-tempat itu untuk kegiatan umum.”

Meski memiliki view yang indah, kondisi lahan itu sebenarnya sudah mengkhawat­irkan. Sebab, pasca penambanga­n, tak ada aktivitas reklamasi. Konturnya menjorok ke bawah setelah habis dikeruk. Sisi kiri kanan juga berupa tebing curam. Ada yang menjadi area penampunga­n air hujan sehingga berubah menjadi telaga dadakan. (yad/ady/ris/c7/c11/roz/dos)

 ?? GUSLAN GUMILANG/JAWA POS ??
GUSLAN GUMILANG/JAWA POS
 ?? GUSLAN GUMILANG/JAWA POS ??
GUSLAN GUMILANG/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia