Mirip Amandel, tapi Sembunyi
Adenoid yang Jadi Penyebab Anak Mendengkur
SURABAYA – Ngorok atau mendengkur saat tidur tidak hanya dialami orang dewasa. Anak-anak pun bisa mengalaminya. Namun, ngorok pada anak bisa jadi tanda kelenjar adenoidnya membesar atau hipertrofi adenoid.
Dokter Ursula Yudith SpTHT-KL, spesialis THT National Hospital, menjelaskan bahwa pembesaran adenoid bisa menyumbat sebagian atau seluruh jalan napas dari hidung. Akibatnya, anak ngorok saat tidur. ’’Dampak lainnya adalah anak akan bernapas lewat mulut dan sering pilek,’’ katanya.
Adenoid merupakan jaringan di belakang hidung. Jaringannya mirip amandel. Namun, adenoid tidak bisa terlihat. Hipertrofi adenoid bisa disebabkan infeksi atau memang anatominya besar. Pembengkakan biasanya terjadi setelah si kecil berusia dua tahun. Namun, pada usia delapan tahun ke atas, adenoid akan mengecil.
Adenoid akan bermasalah ketika membengkak dan menutupi saluran pernapasan. Dampaknya, tidur jadi tidak nyaman. Bisa juga terjadi henti napas saat tidur. Itulah yang membuat mudah terbangun saat tidur. Efek lainnya, adenoid yang membengkak menimbulkan sinusitis dan otitismedia. Sinusitis merupakan peradangan di dinding sinus. Sinus sendiri merupakan rongga kecil yang berisi udara di belakang tulang pipi dan dahi.
Sementara itu, otitismedia adalah penggelembungan gendang telinga karena adanya cairan di dalam telinga. Cairannya tidak lebih dari 1 cc. ’’Namun, rasanya sakit seperti ada bisul dan biasanya disertai demam,’’ kata Ursula. Selain itu, pasien biasanya akan mengalami penurunan pendengaran hingga 20 persen. ’’Rasanya itu seperti ketika naik pesawat terbang,’’ tambahnya.
Bahkan, jika kondisinya sangat parah, akan mengakibatkan gendang telinga berlubang. Kemudian, cairan keluar dari liang telinga. Jika sudah demikian, kondisi itu bisa jadi disertai bau tidak sedap. ’’Jika dibiarkan terlalu lama akan mengakibatkan face adenoid,’’ jelas Ursula. Face adenoid memiliki ciri khas rahang yang menyempit dan kedua ujung bibir turun ke bawah. Dalam posisi tidak sadar, bibir biasanya membuka.
Jika tingkat hipertrofinya tidak parah, akan dilakukan pengobatan gejala yang muncul. ’’Namun, jika mengganggu, akan dilakukan operasi,’’ paparnya. (lyn/c15/jan)