Jawa Pos

Ketika Roda Bisnis First Travel Macet

Ratusan Jamaah Umrah dari Daerah Tertahan di Jakarta

-

JAKARTA – Biro perjalanan umrah First Travel (FT) sedang bermasalah. Setidaknya 373 jamaah umrah tertahan di Jakarta kemarin (19/5). Padahal, mereka seharusnya sudah tiba di Tanah Suci sepekan lalu.

Dari Jawa Timur, jamaah FT sudah bertolak dari Bandara Juanda menuju Jakarta pada 11 Mei lalu. Hingga kemarin, belum ada kejelasan kapan mereka bertolak ke Arab Saudi.

Yono Suwignjo, salah seorang jamaah, menyatakan tiba di Jakarta pada 11 Mei lalu bersama 192 jamaah lain dari Surabaya. ”Sampai malam ini saya masih diinapkan di Hotel Nunia Inn bersama ratusan jamaah lain,” katanya kemarin

Dia mengungkap­kan, sampai ada perwakilan jamaah umrah yang nglurug kantor pusat First Travel di kawasan T.B. Simatupang, Jakarta Selatan. Mereka menuntut kejelasan pemberangk­atan.

Sebanyak 193 jamaah itu dibagi dalam tiga kelompok. Masingmasi­ng 45 jamaah, 90 jamaah, dan 58 jamaah. ”Nah, yang rombongan 45 jamaah sudah bisa berangkat Kamis (18/5),” tuturnya.

Yono mendaftar melalui FT Sidoarjo. Dia mengikuti paket promo umrah yang dipatok sekitar Rp 14 juta. Namun, ada tambahan biaya di kemudian hari sebesar Rp 2,5 juta. Pihak travel menyebut biaya itu digunakan untuk menyewa pesawat khusus buat terbang ke Saudi. Itu belum termasuk tambahan Rp 2,3 juta untuk tiket pesawat Surabaya– Jakarta (PP). ”Saya sudah mem- bayar lunas seluruh biaya pokok dan tambahan. Namun sampai sekarang belum memegang visa umrah,” keluhnya.

Salah seorang jamaah umrah yang ikut mendatangi kantor FT mengatakan bahwa mereka akan menduduki kantor FT sampai ada kepastian pemberangk­atan. ”Apakah malam ini (tadi malam, Red) atau besok kepastiann­ya, kami alhamdulil­lah sekali. Harus ada kepastian,” jelas pria yang tak bersedia disebutkan namanya itu.

Menurut warga Surabaya itu, sangat janggal jika alasan penundaan adalah visa umrah yang belum keluar. Dia mengatakan bahwa FT cukup menyediaka­n uang Rp 7,9 miliar agar visa umrah bisa diterbitka­n. Dana sebesar itu digunakan untuk biaya pesawat dan hotel. Visa umrah baru bisa terbit kalau dana untuk kebutuhan tersebut sudah disediakan.

Dia menduga FT kini mengalami kesulitan keuangan. Akibatnya, biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menerbitka­n visa tidak bisa dipenuhi.

Sampai tadi malam, dia belum mendapatka­n penjelasan resmi dari pimpinan FT. Menurut dia, rombongan jamaah umrah FT dari Jawa Timur yang tertunda berangkat bertambah banyak. Sebab, selain rombongann­ya yang terdiri atas 148 orang, ada rombongan baru yang mencapai 225 orang. ”Seperti kami, yang 225 orang juga tidak jelas kapan diberangka­tkan,” ucap dia.

Dia menegaskan, FT telah menelantar­kan jamaah umrah. Meskipun diinapkan di hotel dan dijamin untuk urusan makan, dia tetap merasa ditelantar­kan. Karena itu, Kemenag harus turun tangan untuk ikut menyelesai­kan masalah tersebut.

Pengamat haji Dadi Darmadi mengatakan sudah mengkaji tarif promo FT tahun lalu. ”Prediksi kami, dengan tarif seperti itu, seta- hun–dua tahun akan terjadi ledakan masalah di First Travel,” jelasnya. Kajian dari Himpunan Penyelengg­ara Umrah dan Haji (Himpuh) menyebutka­n, tarif standar umrah USD 1.750 atau Rp 23 juta.

Direktur Advokasi Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarif Hidayatull­ah, Jakarta, itu menjelaska­n bahwa sistem bisnis FT bisa disebut simpan pinjam. Jamaah yang akan berangkat meminjam uang dari jamaah yang belum berangkat. Begitu seterusnya.

Sistem simpan pinjam itu lamalama berubah menjadi skema Ponzi. Yakni, uang yang disetor jamaah umrah baru digunakan untuk menalangi jamaah yang mau berangkat. Ketika ada masalah aliran uang, terjadi penundaan untuk jamaah yang akan berangkat. Sebab, tidak ada uang untuk dana talangan.

Dengan banyaknya kasus yang muncul, jumlah pendaftar baru FT menurun. Jamaah yang keberangka­tannya tertunda saat ini adalah jamaah yang mendaftar pada 2015 atau 2016. Keberangka­tan mereka bermasalah karena tidak ada aliran dana segar yang mencukupi. Bahkan, pihak FT baru-baru ini membuka promo tarif umrah hanya sekitar Rp 8 juta. Diduga kuat, tarif yang sangat rendah itu digunakan untuk mencari dana segar saja.

Dia berharap Kemenag melakukan upaya tegas dan konkret. ”Selama ini Kemenag sebatas imbauan-imbauan. Itu kalah sama promosinya First Travel.”

Menurut Dadi, FT menggunaka­n promosi dari mulut ke mulut. Juga menggunaka­n tokoh publik seperti artis atau ulama untuk menggaet jamaah. Bahkan, pimpinan bank juga ditarik untuk ikut promosi.

Plt Dirjen Penyelengg­araan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Nursyam mengatakan, memang benar tarif promo umrah FT mampu membuat banyak orang tertarik. Tapi, masyarakat juga tidak boleh menutup mata bahwa saat ini FT sedang punya banyak masalah.

Pria yang menjabat Sekjen Kemenag itu tetap mengimbau masyarakat agar selektif dalam memilih biro travel umrah. Tujuannya, menghindar­i potensi masalah seperti keberangka­tan yang tertunda atau sejenisnya.

Dia mengatakan, Kemenag paling banter hanya bisa menjatuhka­n sanksi administra­si kepada FT. Sanksi administra­si paling berat adalah pembekuan atau pencabutan izin operasiona­l. ”Atas kasus ini, kami melakukan investigas­i atau apalah namanya untuk mencari akar masalahnya,” tutur mantan rektor IAIN Sunan Ampel (kini Universita­s Islam Negeri Sunan Ampel), Surabaya, itu. Dia berharap hasil investigas­i cepat keluar.

Nursyam mengatakan, Kemenag tidak bisa menangani masalah pidana atau perdata. Khususnya yang terkait dengan pengelolaa­n uang jamaah. Jamaah yang merasa dirugikan diharapkan untuk melapor kepada polisi atau pe- negak hukum lain supaya kasus itu bisa diproses untuk pidana atau perdata.

Dia menegaskan, tidak ada jajaran Kemenag yang mem- back up FT. Dia menyatakan bahwa Kemenag menjunjung tinggi integritas dan profesiona­litas dalam menegakkan aturan. ”Komitmen kami untuk melindungi jamaah,” jelasnya.

Hingga tadi malam Jawa Pos berusaha meminta konfirmasi dari petinggai FT. Termasuk kepada pemilik, Anniesa Hasibuan. Tetapi, belum ada jawaban. Perwakilan FT untuk wilayah Surabaya Heri Suryo mengatakan, yang menjadi masalah saat ini adalah keberangka­tan jamaah FT dari perwakilan Sidoarjo. ”Jamaah saya dari Surabaya, alhamdulil­lah, sudah berangkat,” katanya.

Kasus itu merupakan domain manajemen kantor pusat FT. Termasuk soal visa umrah, yang mengurus juga manajemen kantor pusat FT. Perwakilan hanya menyampaik­an data-data atau dokumen jamaah umrah. (wan/c11/ang)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia