Harapan dari Kabinet Macron
NAMANYA juga langkah politik, tentu saja selalu ada tudingan ada nya kepentingan politis di ba liknya. Tapi, bagaimanapun, ka binet yang dibentuk Presiden Prancis Emmanuel Macron sejalan dengan visi kampanyenya untuk ” merajut tali kebangsaan”.
Dia tak hanya memilih berbagai figur yang mewakili beragam spektrum politik. Presiden 39 tahun itu juga adil secara gender: memberikan porsi tanggung jawab yang sama besarnya di pos-pos penting kepada laki-laki dan perempuan.
Apakah itu semata demi kepentingan partainya di pemilu legislatif pada 11 dan 18 Juni mendatang? Bisa jadi. Tapi, bukankah terlalu dini untuk menghakimi?
Pesan yang justru segera teruar adalah penghormatan Prancis kepada akarnya sebagai negeri ”warna-warni”. Negeri yang sekitar 15 persen penghuninya merupakan warga asing atau imigran. Negeri yang wilayahnya membentang hingga ke tiga samudra: Atlantik, Pasifik, dan Hindia.
Dan, negeri yang, sebagai produk revolusinya yang memengaruhi begitu banyak negara, telah melahirkan slogan yang dipertahankan sampai kini: liberte, egalite, franternite. Itulah ”jati diri” yang berusaha diingkari rival Macron di pemilihan presiden lalu, tokoh ultranasionalis Marine Le Pen.
Pesan yang disampaikan Macron lewat kabinetnya itu juga menjadi tamparan keras kesekian terhadap gelombang kalangan sayap kanan Eropa. Sebab, sebelumnya tokoh-tokoh mereka telah kalah dalam pemilihan di Austria, Belanda, dan Italia.
Perlawanan terhadap kaum kanan itu juga sampai membuat Polandia –yang saat ini dikuasai partai kanan, Partai Hukum dan Keadilan– juga sampai harus mengendurkan kebijakan politik mereka. Dari semula membandel terhadap kebijakan Uni Eropa yang mewajibkan tiap anggotanya membuka pintu terhadap imigran dalam batasan kuota yang ditetapkan, kini sepenuhnya menyatakan dukungan terhadap organisasi tersebut.
Menteri Luar Negeri Witold Waszczykowski juga sudah menggaungkan perbaikan hubungan dengan Prancis yang belakangan memburuk. Dan, telah pula mengundang Macron untuk berkunjung ke Warsawa.
Macron telah menyembulkan harapan lewat kabinet yang dibentuk. Namun, yang terpenting sekarang, bagaimana mereka bisa segera memulihkan kondisi perekonomian dan keamanan Prancis. Sebab, kekurangsejahteraan dan perasaan terancam oleh segala yang datang dari luar adalah hal-hal yang bisa membawa orang seperti Donald Trump bisa berkuasa. (*)