Jawa Pos

Tiap Hari Naik Turun Tangga Besi Berusia 148 Tahun

Pengabdian tanpa batas ditunjukka­n Joko Darmaji, 58. Sejak 1990 dia mendapat tugas negara sebagai penjaga mercusuar di pulau-pulau jalur dagang antar perairan laut.

- M. SUBADRI, Kepulauan Seribu

SEKUJUR tubuh gemetar hebat saat menaiki anak tangga mercusuar Pulau Sebira atau nama aslinya Pulau Jaga Utara. Otot kaki dan dengkul bergetar saat tangga berusia 148 tahun itu dinaiki tim Jawa Pos.

Secara fisik, tangga yang terbuat dari besi tersebut masih sangat kuat meski berkarat. Mulut komatkamit tak henti-henti membaca doa. Kondisi psikologis itu tampaknya terlihat Joko Darmaji, penjaga mercusuar di Pulau Jaga Utara, Kepulauan Seribu. Spontan suara tawa pecah. ”Hahaha. Segitu aja kok takut, anak muda,” ujar pria asal Pekalongan, Jawa Tengah, tersebut.

Ketakutan dan rasa khawatir itu hilang seketika saat tiba di puncak mercusuar. Senja sore menampakka­n warna terindahny­a sebelum menutup siang. Seantero Pulau Sebira tampak jelas. Dari atas menara juga terlihat kilang-kilang minyak kukuh berdiri di tengah lautan. Hilir mudik perahu nelayan tampak kecil di pelupuk mata.

”Kalau sudah sampai naik ke mercusuar, baru lulus diakui pernah jalan-jalan ke Pulau Sebira. Kalau belum naik, belum terhitung pernah ke Sebira,” ujar pria penyuka soto pekalongan itu.

Mercusuar yang dibangun Raja Belanda Z.M. Willem III pada 1869 tersebut tampak masih kukuh. Mercusuar itu merupakan saksi bisu hegemoni penjajah di tanah Batavia. Tembok-tembok dan seluruh bangunan setinggi 48 meter tersebut seperti tak lelah bercerita tentang kapal-kapal penjajah yang hilir mudik di perairan Teluk Jakarta. ”Ini navigasi buat keamanan pelayaran orang Belanda. Kalau di darat ramburambu lah. Buat patokan,” katanya.

Otot kaki, dengkul, dan sekujur tubuh pria 58 tahun tersebut mungkin sudah terbiasa naik turun mercusuar. Karena itu, dia masih lincah menapaki satu per satu anak tangga. Joko tak butuh waktu lama untuk mencapai anak tangga ke- 210 di puncak mercusuar. ”Saya tiap hari naik turun mercusuar. Kadang-kadang saya bawa beban. Biasa saja. Masih kuat kok bangunan ini,” terang Joko.

Setelah penjajah terusir dari negeri ini, mercusuar tersebut berada dalam kewenangan Direktorat Perhubunga­n Laut Kemenhub. Jauh sebelum GPS dan kompas jadi alternatif, mercusuar itu merupakan satusatuny­a penuntun alur pelayaran kapal-kapal. Misalnya kapal Belanda dari Bangka dan Singapura yang hendak masuk Pelabuhan Tanjung Priok. ”Sampai sekarang masih jadi rujukan perjalanan. Walaupun pilihannya makin banyak,” ucap pria tiga anak tersebut.

Karirnya sebagai penjaga mercusuar sudah berlangsun­g lama. Lebih dari 17 tahun sejak 1990. Uban yang tumbuh di kepalanya jadi bukti otentik perjalanan­nya selama ini. Mercusuar yang dijaga juga selalu saja yang ada di pulau-pulau. Karena itu, dia hafal betul karakter setiap pulau tempatnya bertugas. Bahkan, tidak jarang Joko ditugaskan di pulau tak berpendudu­k. Stres dan kesepian kerap datang menghantui.

Kejadian-kejadian mistis kerap mengganggu kala malam. Tetapi, dia tetap bertahan. Tugas tak bisa ditolak. Mundur dari tugas sama saja dengan mengkhiana­ti pilihan hidup. ”Mungkin karena sudah sering menemukan hal-hal mistis, lama-lama yang mistis itu malah takut lihat saya. Karena sudah nggak mempan,” katanya lalu terkekeh.

Untuk membunuh sepi, petugas di- rolling tiga bulan sekali. Petugas di satu pulau ditukar ke pulau lain. Termasuk Joko. Tetapi, tiga bulan di pulau tanpa penduduk itu bukan waktu singkat. Bagi seorang kuncen mercusuar level pemula, waktu tiga bulan pertama ibarat hidup di neraka.

Ujian berat tersebut datang dari rasa jenuh yang sangat menyiksa. Satu-satunya penghibur adalah nelayan yang mampir atau singgah di pulau saat badai datang. ”Saat itu baru nitip untuk belanja apa di pasar walaupun bekal dari kantor ada,” katanya.

Selama perjalanan karirnya sebagai kuncen mercusuar, tak pernah sekali pun Joko mengagenda­kan liburan ataupun pulang ke rumah. Satu-satunya yang bisa membuatnya pulang ke rumah adalah ada momen tertentu. (*/c9/diq)

 ?? HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS ?? MENJELANG PENSIUN: Joko Darmaji di puncak mercusuar Pulau Sebira atau nama aslinya Pulau Jaga Utara, Kepulauan Seribu.
HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS MENJELANG PENSIUN: Joko Darmaji di puncak mercusuar Pulau Sebira atau nama aslinya Pulau Jaga Utara, Kepulauan Seribu.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia