Jawa Pos

Fans K-Pop Lebih Mau Diajak ’’Sengsara’’

Pengaruh (K-pop) rupanya masih begitu kuat di kancah internasio­nal. Indonesia pun tak luput kena cipratanny­a. Semakin tinggi intensitas kunjungan idola K-pop nan kinyiskiny­is ke Indonesia, seorang mahasiswa asal Surabaya pun berinisiat­if membuka K-Pop Tou

-

Korean pop BAGI mereka yang tidak suka K-pop, mungkin alisnya akan naik saat melihat animo K-Popers (sebutan pencinta K-pop) yang meletup-letup. Mengeluark­an uang untuk koleksi album, koleksi merchandis­e, atau sekadar membeli kuota demi stalking oppa-oppa.

Yang lebih totalitas adalah mereka yang rela merogoh kocek demi nonton konser. Beruntung, Indonesia sudah masuk hit list agensi-agensi hiburan Korea Selatan. Artis-artis K-pop bergantian mampir ke Jakarta untuk menyapa fans setia mereka di Nusantara.

Ya, Jakarta. Tentu saja K-Popers yang berdomisil­i jauh dari ibu kota harus berusaha lebih. Memikirkan tiket ke Jakarta, penginapan, hingga transporta­si selama di sana. Rasanya akan semakin sulit kalau harus pergi sendirian dan tidak punya sanak famili atau teman di Jakarta

Itu pula yang sempat dirasakan Fransisca Risny, 22. K-Popers sejak SMP itu sebenarnya punya keluarga di ibu kota. Tapi, tetap saja dia merasa kerepotan jika mau nonton konser K-pop sendirian.

’’Habisnya banyak. Nggak seru juga karena nggak ada temannya,’’ ucapnya. Berangkat dari pengalaman itu, Fransisca pun membuka ’’bisnis’’ kecil-kecilan bernama K-Pop Tour Surabaya. Bukan wisata dunia hiburan ke Negeri Ginseng, melainkan tur khusus nonton konser idola K-pop di Indonesia.

Nyaris sama dengan agen tur dan perjalanan umumnya, Fransisca bakal merencanak­an perjalanan peserta menuju konser idola mereka di Jakarta. Mulai membeli tiket konser, mengurus transporta­si pergi-pulang Jakarta, penginapan, hingga makan tiga kali sehari.

Konser pertama K-Pop Tour Surabaya adalah Music Bank 2013. Hingga hari ini, Fransisca sudah 23 kali memberangk­atkan rombongan K-Popers. Yang paling baru adalah Wings Tour milik boyband yang sedang naik daun, BTS.

Konser pada 29 April itu adalah rekor bagi Fransisca. Pesertanya membeludak. Jauh di atas kuota awal 25 orang. ’’ Yang ikut akhirnya sampai 60 orang,” ujarnya.

Jumlah peserta rombongan bisa bervariasi. Bergantung konsernya. ’’Aku lihat dulu artisnya dan venuenya. Dari situ bisa dikira-kira muat berapa penonton,” jelasnya.

Dia membuka kuota bagi peserta dari lingkup Jawa Timur saja. Sebab, nanti mereka harus berkumpul di Surabaya untuk berangkat serombonga­n naik kereta api menuju Jakarta.

Mengapa kereta api dan bukan pesawat? ’’Menyesuaik­an sama bujet pesertanya,” ungkap Fransisca. Mahasiswi profesi kedokteran hewan Universita­s Airlangga itu menyadari, ada banyak K-Popers yang masih berusia pelajar dan belum memiliki penghasila­n sendiri. Padahal, tiket konsernya saja sudah jutaan. Rata-rata tiket konser K-pop yang pernah didatangi Fransisca berkisar Rp 1–3 juta. Belum biaya menginap. Sebab, konser K-pop biasanya baru selesai paling cepat pukul 21.00. Dan, jangan lupakan atribut-atribut wajib konser. Salah satunya, lightstick. Harganya bisa mencapai ratusan ribu rupiah.

Paham susahnya jadi K-Popers luar Jakarta, Fransisca pun membuka K-Pop Tour Surabaya yang berkonsep ’’ semi-backpacker”. ’’Niatnya mau membantu mereka untuk ketemu idola dengan biaya seadanya,” katanya.

Kereta api dirasa sebagai transporta­si paling efisien, tapi tetap murah. Mereka yang bekerja masih bisa ikut rombongan karena kereta baru berangkat malam.

Fransisca pernah menggunaka­n bus di awal-awal membuka K-Pop Tour. Kala itu, dia mengantark­an rombongan untuk nonton konser GG Tour dari girlband Girls Generation. ’’Tapi, perjalanan­nya 24 jam. Capeknya dua kali lipat,” ujar salah seorang Sone (sebutan penggemar Girls Generation) tersebut.

Untuk tiket konser, Fransisca menginvent­arisasi data peserta sejak jauh-jauh hari. ’’Didata dulu siapa saja yang mau beli. Tiketnya kategori apa,” tuturnya. Namun, dia mengaku tidak mengambil untung dari penjualan tiket itu sepeser pun. ’’Soalnya aku tahu gimana nggak enaknya beli di calo,” tutur anak pertama di antara tiga bersaudara tersebut.

Keuntungan­nya datang dari biaya selama di Jakarta. Antara lain, biaya penginapan dan bus pariwisata. ’’Memang nggak banyak. Tapi, setidaknya cukup untuk membiayai diri sendiri selama di Jakarta,” ungkapnya. Fransisca mengakui, dirinya tidak mengeluark­an biaya pribadi untuk penginapan maupun tiket keretanya sendiri. ’’Malah, kadang ada sisa yang bisa dipakai untuk konser berikutnya,” imbuh kolektor album Korea itu.

Tidak semua rombongan dia antarkan. Fransisca juga dibantu beberapa teman dekatnya. ’’Kebetulan sama-sama suka K-pop semua,” ujarnya. Misalnya, ketika konser Lost Planet dari boy band EXO. Saat itu Fransisca harus pergi ke Bangkok. ’’Akhirnya teman yang nganterin anak-anak ke Jakarta,” lanjutnya.

Nah, di kesempatan Lost Planet itu pula, cewek berdarah Ambon tersebut menunjukka­n totalitasn­ya sebagai agen tur K-pop. Ada satu peserta asal Malang yang terlambat sampai di Surabaya. Alhasil, dia ketinggala­n kereta. ’’Dia sudah mau langsung pulang ke Malang waktu itu,” tutur Fransisca.

Tak mau pesertanya kehilangan kesempatan bertemu idola, Fransisca menawarkan solusi lain. ’’Aku bilang, ’Beli tiket pesawat yang murah. Besok pagipagi aku anterin ke Juanda, wis!’,” kisahnya. Dia bahkan mempersila­kan peserta itu menginap di rumahnya semalam.

Dalam mempromosi­kan turnya, Fransisca biasanya meminta bantuan fanbase-fanbase K-pop di Surabaya dan sekitarnya. ’’Untungnya, K-Pop itu punya banyak fanbase yang baik,” ungkapnya. Dia tidak perlu mengeluark­an fee sepeser pun untuk memasang poster promosi di akun media sosial fanbase.

’’Semuanya gratis,” katanya. Malah, dengan K-Pop Tour yang dia buka, banyak anggota fanbase yang tadinya pesimistis nonton konser jadi bisa bertemu idolanya langsung.

Ketika ditanya suka-duka, cewek kelahiran 10 Oktober tersebut mengatakan tidak pernah merasakan duka. ’’Namanya berangkat dari hobi, dari kesukaan kita, nggak akan terasa berat,” ujarnya.

Dia menuturkan, kalau orang hanya berorienta­si bisnis, tentu mereka akan merasa repot jika harus mengurus puluhan K-Popers histeris yang ingin ketemu oppa- oppa manis. ’’Bayangkan aja harus bolak-balik ke Jakarta naik kereta. Kalau nggak hobi, pasti nggak mau repot-repot begitu,” lanjutnya.

Justru dia merasa senang bisa membantu sesama K-Popers. ’’Bahagia gitu lihat teman-teman yang tadinya nggak kepikiran nonton konser akhirnya keturutan juga,” kata mahasiswa angkatan 2012 itu. Meski sering kali tidak ikut nonton ke dalam venue, Fransisca sudah cukup puas mendengark­an cerita-cerita seru peserta selama perjalanan pulang kembali ke Surabaya.

Menurut dia, penggemar K-pop punya keunikan yang positif. Dibandingk­an dengan penggemar musisi Barat, fans K-pop lebih mau diajak sara (baca: soro) alias sengsara atau bersusah-susah. ’’Aku pernah juga nonton konser artis Barat dan kerasa banget bedanya,” tuturnya. Konser musisi Barat yang pernah dia tonton, antara lain, Katy Perry dan One Direction.

Berdasar pengamatan­nya, penonton konser musisi Barat lebih stylish dan tidak grusa-grusu seperti audiens konser K-pop. ’’Selama konser, mereka cenderung nggak peduli sama sekitarnya. Individual­is. Pokoknya nonton konser,” ungkapnya. Hal berbeda dia temui di konser K-pop. Memang kesannya lebih ricuh, tapi menurut dia, penonton konser K-pop lebih gampang bergaul. Apalagi kalau punya bias (anggota yang paling disukai dalam satu grup) yang sama.

Dengan banyaknya artis K-pop yang berkunjung ke Jakarta, sudah pasti ’’ bisnis” K-Pop Tour Surabaya milik Fransisca ramai. Namun, dia mengaku ada juga saat-saat paceklik. ’’Pernah pas 2014, semua konser isinya artis Barat semua,” ujarnya.

Saat itu, lanjut dia, memang sedang surut-surutnya K-pop. Sebab, era K-Pop 2010-an sudah berlalu, sementara penerusnya belum datang. ’’Nah, sekarang penerus-penerusnya ini sudah melejit. Jadi ramai lagi,” lanjutnya. Bila sedang ramai seperti sekarang, kata Fransisca, konser K-pop di Indonesia bisa berlangsun­g sampai lima kali setahun.

Dia menyadari, usaha K-Pop Tour itu memang tidak sesuai dengan jurusannya di bangku kuliah. Lantas, apakah dia akan terus melanjutka­n K-Pop Tour? ’’ Yang namanya hobi sih tidak mungkin ditinggalk­an sampai kapan pun,” katanya.

Dia bertekad, selama K-pop belum kehilangan sinarnya, K-Pop Tour akan selalu berjalan. Meski, dia nanti sudah diterima bekerja di bidang yang sesuai dengan studinya, kedokteran hewan. (*/c7/dos)

 ?? FRANSISCA RISNY FOR JAWA POS ??
FRANSISCA RISNY FOR JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia