Jawa Pos

Pencaker Wajib Punya Kartu Kuning

-

SURABAYA – Para pencari kerja (pencaker) di Surabaya diwajibkan memiliki kartu angkatan kerja I. Perusahaan-perusahaan diminta tidak menerima pelamar yang tak menyertaka­n kartu yang lazim disebut kartu kuning itu.

Permintaan tersebut telah disampaika­n Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Surabaya kepada para pemilik perusahaan. Kebijakan itu bertujuan memberikan mengetahui jumlah penduduk Surabaya yang masih menganggur. ’’Ini berlaku mulai Mei. Kalau tidak diwajibkan, mereka yang membutuhka­n kerja malah tidak terjaring,” ujar Kepala Bidang Penempatan dan Perluasan Kesempatan Kerja Disnaker Irna Pawanti.

Dia menjelaska­n, kartu kuning berisi data para pencaker. ’’Jadi, apabila nanti ada kebutuhan SDM, pencaker bisa langsung dihubungi,” ujar Irna. Kartu kuning bisa diurus di Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA) Surabaya.

Sementara itu, berdasar database disnaker, tahun lalu angka pencari kerja sebanyak 7.502 orang. Di antara jumlah tersebut, 5.252 pencaker berhasil didistribu­sikan ke berbagai perusahaan oleh disnaker. ’’Pencapaian kita sudah di atas rata-rata nasional yang hanya 40 persen. Kita sudah mencapai 70 persen,” jelas Irna.

Melalui database tersebut, disnaker bisa menentukan jumlah lowongan kerja yang dibutuhkan. Disnaker akan memberikan konseling atau guiding kepada pemegang kartu kuning. Pencaker didampingi pejabat fungsional pengantar kerja (PFPK) yang akan memberikan konseling kerja. Konseling itu berguna untuk memahami kelebihan pencaker. ’’Mereka akan didampingi PFPK sampai mendapatka­n pekerjaan,” ujarnya.

PFPK akan melakukan job matching sesuai dengan keahlian pencaker. Setelah cocok dengan pekerjaan yang dipilih, pencaker akan mendapat rekomendas­i untuk melamar kerja. ’’Kalau sudah dapat rekomendas­i dari kita, otomatis pencaker ini sudah melewati seleksi. Perusahaan bisa lebih percaya,” terangnya.

Namun, tidak semua pencaker bisa langsung melamar kerja. Tidak sedikit di antara mereka yang masih gelagapan dengan dunia kerja. Mereka cenderung kesusahan ketika dihadapkan pada ratusan pilihan lowongan kerja. ’’Kadang ada yang sampai orang tuanya ikut milihin kerja,” ujar Irna.

Untuk mengatasin­ya, disnaker mengadakan workshop pemilihan bidang kerja. Dalam workshop itu, pencaker dipandu untuk mengenal seluk-beluk bidang kerja yang mereka minati. ’’Pokoknya, semua yang kita sediakan ini gratis,” tegasnya.

Disnaker juga menyediaka­n paket pelatihan keahlian. Dengan bekal pelatihan tersebut, pencaker dianggap memiliki kualitas yang lebih. ’’Mereka memiliki keterampil­an di bidang tertentu. Dan, ini menjadi nilai lebih mereka,” terangnya. Tahun ini saja, Irna menargetka­n, ada 2.109 lowongan yang bisa dihimpun disnaker. Jumlah tersebut baru berasal dari 40 perusahaan di Surabaya. ’’Setahun ada tujuh kali bursa loker (lowongan kerja, Red). Jadi, tidak perlu ikut bursa kerja yang bayar. Ikut yang diadakan disnaker saja, gratis,” paparnya.

Lebih lanjut, Irna menyatakan, pencaker di Surabaya masih sering pilih-pilih pekerjaan. Padahal, tidak semua pencaker memiliki pengalaman kerja dan skill mumpuni. Menurut dia, pencaker yang ingin memiliki pekerjaan layak seharusnya mempunyai banyak pengalaman kerja.

Irna menyaranka­n lulusan SMA/SMK untuk memperbany­ak program keterampil­an. Sebab, persaingan usaha di Surabaya semakin ketat. ’’Ambil pelatihan-pelatihan yang bisa menambah kemampuan diri. Di disnaker ada dan gratis,” ujarnya. (gal/c7/oni)

 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia