Main Kompak meski Beda Idola
Dua tahun bersanding di lapangan bulu tangkis membuat Berlian dan Priskyla kini menjadi sahabat dekat. Prestasi demi prestasi pun diraih. Mimpi keduanya sama. Menjadi atlet pelatnas dan mengharumkan nama bangsa.
SETELAH mengikuti ujian sekolah di SMK Antartika 2 kemarin (19/5), Berlian Putri Laksono dan Priskyla Ma’mudah tidak langsung pulang. Mereka dipanggil menghadap ke ruang kepala sekolah. Bukan lantaran memiliki masalah, tetapi karena prestasi olahraga badminton yang baru keduanya raih. Yaitu, peringkat ke-3 dalam ajang Wali Kota Surabaya-Bank Jatim Victor Open 2017 kategori ganda remaja putri.
Event bergengsi yang berlangsung pada 8–14 Mei itu tidak tergolong tingkat nasional. Tapi, sekolah ikut merasa bangga. ” Terima kasih,” ucap Berlian dan Lala –sapaan akrab Priskyla– saat bersalaman dengan Imam Jawahir, kepala SMK Antartika 2.
Bersama Lala, Berlian bergabung dalam klub badminton yang sama. Mereka juga kebetulan mengambil jurusan yang sama. Yakni, jurusan perbankan. Kini mereka duduk di kelas X.
Ini bukan kali pertama mereka berduet di lapangan dan meraih prestasi. ”Kurang lebih (sudah berjalan, Red) dua tahun ini,” tutur Berlian. Pada 2015 sang pelatih menunjuk keduanya untuk berpasangan dalam menghadapi sebuah pertandingan. Padahal, sebelumnya mereka tidak begitu saling kenal.
” Tapi, begitu jadi satu tim, kami hanya fokus bermain di lapangan,” kata anak pasangan Bambang Budi Laksono dan Hesti Sri Giarti itu
Sejak awal bermain ganda, Berlian dan Lala langsung menunjukkan adanya chemistry. Klop. Saling mengisi. Akhirnya, mereka terus menjadi satu tim ganda putri. ”Sekarang sudah seperti sahabat. Bertemu di asrama dan sekolah,” ungkapnya.
Dalam ajang Wali Kota SurabayaBank Jatim Victor Open 2017, Berlian dan Lala melawan 64 tim ganda putri dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan luar negeri. Yaitu, India, Jepang, Tiongkok, dan Singapura. Lawan pertamanya adalah tim ganda putri dari Jepang. Pertandingan tersebut dilewati dengan cukup mulus. Kemudian, melawan tim ganda dari Jakarta. ”Akhirnya sampai lolos ke final,” sambung Lala. Di final mereka kembali berhadapan dengan tim lain dari Jakarta.
Lala menceritakan, tidak mudah bermain dalam tim. Dibutuhkan konsentrasi agar bisa fokus. Mereka harus benar-benar bisa kompak dalam pertandingan. Tidak boleh lagi ada ego ketika sudah di lapangan. ”Kami harus kompak dan paham dalam mengatur strategi,” ujarnya.
Berbeda dengan bermain single alias tunggal. Seorang pemain tunggal hanya membutuhkan kekuatan yang lebih besar. Karena itu, setiap kali berlatih, dia dan Berlian selalu berkonsultasi kepada pelatih soal penampilan mereka di lapangan. ”Ada yang kurang langsung diperbaiki,” ungkap Lala.
Tentu saja masalah kadang datang. Pertengkaran kecil pun terjadi. Bila sudah begitu, Berlian dan Lala berusaha cepat menyelesaikannya. ”Kalau ada masalah, kami pasti bicara. Apalagi, harus bertanding di lapangan. Harus profesional,” ujar putri sulung Sugeng Setyo Wahono dan Sumiati itu.
Lala pun pernah bermain tunggal saat Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN). Bahkan, dara 16 tahun itu berhasil menyabet medali emas tingkat nasional pada 2015. Meski terbukti mampu bermain tunggal, dia tetap merasa nyaman dengan bermain ganda. ”Sekarang sudah kebiasaan bermain ganda. Kadang juga ganda campuran,” katanya.
Saat ini Lala juga tengah berjuang dalam seleksi O2SN untuk jenjang SMA/SMK. Dia berharap bisa mengulang kembali kemenangan bermain tunggal dua tahun lalu, saat mewakili SMP. Selain itu, dia dan Berlian sedang mempersiapkan diri menghadapi kejuaraan sirkuit nasional (sirnas) di Jakarta. ”Seminggu setelah Lebaran, kami berangkat ke Jakarta, ganda putri,” ujarnya.
Menjadi atlet bulu tangkis memang menjadi impian Lala sejak kecil. Meski, itu diawali dengan coba-coba atas ajakan orang tua. Setelah menekuni dan beberapa kali menang pertandingan, dia merasa ketagihan. ”Enggak bisa ditinggalkan,” kata Lala yang mengidolakan Ratchanok Intanon, pemain bulu tangkis asal Thailand, itu.
Begitu juga dengan Berlian. Sejak kelas III SD, dia ikut klub bulu tangkis. Saat bertanding kali pertama, dia langsung menang. Dari sana, gadis 15 tahun itu mengejar impiannya men- jadi atlet di pemusatan latihan nasional (pelatnas). ”Kalau sudah masuk pelatnas itu enak. Rasanya puncak karir kami sebagai atlet,” ujar Berlian.
Meraih impian tersebut tentu tidak mudah. Lala dan Berlian kini terus berlatih. ”Latihan kami juga full setiap hari. Libur kalau hanya Minggu. Pagi dan sore latihan,” jelas Berlian.
Setiap pukul 05.30 Lala dan Berlian sudah memulai aktivitasnya berlatih badminton di klub. Biasanya latihan hingga pukul 09.00. Kemudian, sekolah hingga pukul 12.00. Satu jam istirahat, mereka kembali berlatih dari pukul 13.00 hingga magrib. ”Malam sudah lelah. Tidur. Pagi latihan lagi,” kata Berlian, lantas tertawa. ”Pelatnas fokus kami. Kalau sudah di sana rasanya lega,” sambungnya.
Bila Lala mengidolakan Ratchanok Intanon, Berlian beda. Dia ingin bisa seperti Debby Susanto, pemain bulu tangkis ganda campuran di Indonesia. Dia menyukai pola main dan daya juangnya saat di lapangan. ”Selain itu, dia cantik,” ujarnya, lantas tersenyum. (*/c10/pri)