Jawa Pos

Heran, tapi Tetap Ikhlas

-

Yang sudah dimintai keterangan sejak pagi adalah Muhammad Zubaidi, Muhammad Rohaman Aunur Rofiq, Miftakhul Hadi, Ali Ghufron, Arifuddin, dan Sudarsono. ”Satu saksi lain adalah Ketua Panitia Outbound Abdul Ghofur. Masih dimintai keterangan penyidik,” imbuh Yoyok.

Pukul 16.20, Abdul Ghofur tiba di mapolsek. Dia mengenakan baju muslim, sarung, dan kopiah. Setelah duduk di ruang tunggu bersama Ipda Yoyok Mardi, Abdul pun masuk ruang penyidik. Pemeriksaa­n saksisaksi itu dilakukan untuk mengonstru­ksi fakta di lapangan dalam kegiatan tahunan yang berakhir tragis tersebut.

Sebagaiman­a diberitaka­n, enam siswa meninggal karena tenggelam di telaga bekas tambang kapur aset desa setempat itu. Polisi mulai menemukan gambaran terkait dengan kegiatan yang diikuti 267 siswa kelas IX tersebut.

Ratusan siswa terbagi dalam tujuh kelas, yakni A hingga G. Setiap kelas dibagi lagi per kelompok. Setiap kelompok beranggota 6–7 siswa dengan satu pendamping. ”Enam korban meninggal di bawah pengawasan Sudarsono,” ujar Yoyok.

Saat kejadian, Sudarsono sedang membantu tantangan jaring labalaba. Karena itu, enam siswa tidak berada dalam pengawasan­nya. Meski begitu, Yoyok belum bisa memastikan apakah Sudarsono dianggap lalai.

Kemarin sampel air sudah diambil untuk memastikan kandungann­ya. ”Karena kadar air dalam telaga telah menjadi pembicaraa­n masyarakat. Untuk menyingkir­kan dugaan itu, kami melakukan pengujian di laboratori­um di Surabaya,” jelas Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Gresik dr Nurul Dholam.

Bagian Tata Usaha MTs Mambaus Sholihin Muhammad Zubaidi mengungkap­kan, seluruh korban tenggelam telah dimakamkan di rumah masing-masing. Sebenarnya, tambah dia, pihak pengurus telah menyediaka­n liang lahad untuk korban. Lokasinya di kompleks Pondok Pesantren (Ponpes) Mambaus Sholihin. ”Dua liang lahad sudah dibuat. Tapi, ternyata semuanya dimakamkan di keluarga masing-masing. Liang lahad itu kami uruk lagi,” ujarnya ketika ditemui di Mapolsek Manyar.

Pukul 16.30 Zubaidi baru selesai menjalani pemeriksaa­n sebagai saksi. Dia merupakan salah seorang yang ikut mencari korban. ”Seluruh korban meninggal ditemukan dalam satu tempat, yakni sisi pojok menempel bukit,” ungkapnya.

Terkait dengan rencana wisuda hari ini, Zubaidi mengatakan tetap menggelarn­ya sesuai jadwal. Namun, ada satu jenis kegiatan yang dihilangka­n. ”Drum band diganti khotmil quran, doa bersama,” terangnya.

Sementara itu, Sertu Hariyono mengatakan ikhlas atas musibah yang menimpa Yosar Muhammad Adryansyah Putra. Memang, awalnya pria bertubuh tegap itu heran. Sebab, anaknya yang berusia 15 tahun pada 9 Juli nanti tersebut bisa berenang sejak SD.

Bahkan, anak yang tinggal di kompleks Kota Baru Driyorejo, Gresik, itu sudah diajari berenang di laut. Maklum, Hariyono adalah anggota Komando Pasukan Katak (Kopaska). ’’Awalnya kaget,’’ kata lelaki 44 tahun tersebut.

Namun, Hariyanto sudah bisa membayangk­an situasi yang dihadapi anaknya. Bisa jadi, Ardy, sapaannya, dan kawan-kawannya panik. Bisa juga anak-anak itu saling tarik di tengah kolam untuk menyelamat­kan diri.

Meski begitu, Hariyono dan Ratnasari, istrinya, menyatakan sudah ikhlas dengan musibah tersebut. ’’Ini semua takdir Allah yang tidak mungkin diingkari. Kami sudah ikhlas,’’ ucapnya, lalu berusaha untuk tersenyum.

Ratnasari juga merasakan kejadian yang tidak lazim. Jumat pekan lalu dia menitipkan satu tas berisi pakaian bersih milik Ardy. Isinya baju, celana, dan sarung. Namun, sorenya Ardy justru mengirim balik dua tas berisi pakaian bersih. Termasuk tas pakaian yang baru diantar Jumat pagi. ’’Kami sekeluarga merasa heran. Kok aneh sekali,’’ katanya.

Firasat lain tentang kepergian remaja itu juga muncul dalam diri Ratnasari. Seminggu belakangan, kata dia, Ardy sering datang ke dalam mimpinya. Dalam mimpi, Ardy hanya tersenyum ke ibunya. ’’Dalam hati kok cuma tersenyum,’’ ungkapnya.

Ratnasari memang kangen dengan anaknya. Meski jarak dari tempat tinggal ke Ponpes Mambaus Sholihin tidak terlalu jauh, Ardy jarang sekali pulang. Dalam sebulan, dia belum tentu bisa pulang. Sebab, kegiatan pondok cukup padat. Di sisi lain, dia harus fokus belajar saat menghadapi ujian nasional (unas) pada 3 Mei lalu. Kini Ardy sudah menghadap Sang Pencipta. (yad/mar/c7/c15/dos)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia