EM Sebarkan Virus Musik Kontemporer
SURABAYA – Musik kontemporer bisa menjadi suguhan yang menarik. Dikemas dengan racikan modern, alunan nada lebih enak didengar. Kondisi tersebut tertuang dalam konser Ensemble Multilaterale (EM) dalam event Temu Musik Franko-Indonesia kemarin (19/5). Konser yang diselenggarakan Institut Prancis Indonesia (IFI) itu berlangsung di Grand Ballroom Hotel Sheraton Surabaya.
EM merupakan sekelompok musisi asal Prancis. Mereka beranggota Matteo Cesari (flute), Bogdan Sydorenko (klarinet), Lise Baudouin (piano), Alexandra Greffin-Klein (biola), dan Dominica Eyckmans (viola). Juga, Pablo Tognan (selo) dan Leo Warynski (dirigen). Tujuh orang tersebut memiliki pemikiran yang sama untuk menyebarkan ”virus” cinta pada musik kontemporer ke seluruh masyarakat di dunia.
Caranya cukup unik. Kelompok musik yang dibentuk pada 2005 itu berusaha merangkul budaya tempat mereka konser. Misalnya, di Indonesia dalam tur tahun ini. Tidak hanya menampilkan musik karya komponis Prancis, mereka juga membawakan karya komponis legendaris Indonesia, Slamet Abdul Sjukur. Ada pula karya dua komponis muda Indonesia, Matius Shan-Boone dan Muhammad Arham Aryadi.
”Indonesia punya musik yang unik dan beragam,” ungkap Leo Warynski. Pendekatan itu dianggap ampuh dalam menjaring minat masyarakat terhadap musik kontemporer. Mereka berkolaborasi membawakan karya-karya dari komponis lokasi konser diselenggarakan.
”Kami tidak sekadar konser, tapi juga datang sambil menjelaskan dan sharing tentang musik,” kata pria 34 tahun tersebut. Jadi, pendengar tidak hanya asyik mendengarkan lagu. Tapi, juga mampu memahami makna lagu yang didengarkan. Salah satunya, lagu berjudul Rokh 1 oleh komponis Raphael Cendo. Dalam konsernya, Leo juga menjelaskan sekilas tentang sang komponis. ”Raphael Cendo adalah komponis yang dulunya rapper dengan musik aliran metal. Dia kini menulis buku tentang kolaborasi musik klasik dan metal,” ujarnya. Sisisisi tak biasa itu selalu ditangkap kelompok musik EM.
Ciri khas EM pada konser tersebut tergambar dari cara pembawaan alat musik yang nyeleneh. Salah satunya pada lagu berjudul D’un
oleh Bruno Mantovani. Pemain biola membawakan stik biola secara terbalik. ”Nada dan irama yang dihasilkan baru. Inilah yang kami bawa,” jelas Leo.
Konser EM tersebut baru pertama di Surabaya. ” Tahun lalu sudah di Jakarta. Tapi, ini pertama di Surabaya,” ungkap Wakil Atase Kebu dayaan Keduataan Besar Prancis untuk Indonesia Bimo Putra. Selain Surabaya, mereka mengadakan konser di Jakarta dan Jogjakarta. (bri/c7/nda)