Jawa Pos

Kembalikan Rastra ke Bulog

Kualitas Jelek, Tak Layak Konsumsi

-

MOJOKERTO – Kualitas beras sejahtera (rastra) menimbulka­n gejolak di masyarakat. Selain temuan di Kecamatan Jatirejo dan Mojoanyar, beras tak layak konsumsi yang didistribu­sikan Bulog Subdivre Surabaya Selatan itu ternyata juga dialami warga Desa Dilem, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto.

Bahkan, dari ratusan kilogram yang diterima, mereka terpaksa mengembali­kan ke gudang Bulog lantaran kualitasny­a jelek. ’’Otomatis kami tolak dan saya suruh balikin,’’ ungkap Kepala Desa Dilem Zainul Arifin kemarin (1/6).

Dia mengaku, setidaknya ada 420 kilogram rastra yang diterima warga pada Mei lalu. Namun, kualitasny­a buruk dan tidak layak konsumsi.

’’Berasnya kuning, banyak menir, dan mengandung katul,’’ ungkapnya.

Zainul mengungkap­kan, sebenarnay­a kondisi rastra yang diterima penerima sasaran sejak dulu selalu jauh dari kata bagus. Hanya, kali pertama pada Mei lalu, dia terpaksa menolak dan mengembali­kan beras ke gudang Bulog di Jalan RA Basuni, Sooko.

’’ Ya, karena sudah sangat parah. Memang beberapa bulan terkahir ini

nya sangat buruk,’’ jelasnya. Langkah itu diambil sebagai kritikan warga dan perangkat desa terhadap pemerintah dan Bulog. Dengan begitu, mereka tidak terkesan ngawur dalam mendistrib­usikan rastra ke sasaran penerima.

Zainul menegaskan, pemerintah melalui Bulog dalam pengadaan rastra sebenarnya harus menyiapkan beras kualitas premium. ’’ Ya, saya bilang, warga saya ini manusia bukan bebek,’’ sesalnya.

Dia menyebutka­n, kadar menir hampir 60 persen. Beras berbau apek dan dominan menir dibanding bulir beras. ’’Kalau berasnya agak lama kan hanya berpengaru­h pada bau yang agak apek, tapi ini tidak. Malah kandungan menirnya lebih banyak,’’ ujarnya.

Berarti, lanjut dia, dalam situasi tersebut Bulog kurang waspada. ”Bukan kami menuduh, tapi kondisi sudah dikemas kok malah seperti itu (jelek),’’ paparnya.

Padahal, jika dilihat dari takaran kelas premium yang disiapkan pemerintah, kandungan menir maksimal hanya 2 persen. Sedangkan kerusakan (remuk) mencapai 20 persen.

’’Kalau ini terbalik, malah banyak kandungan menir. Juga berkutu dan remuk,’’ katanya.

Hal yang sama dialami Taufikur, warga Dusun Sambirejo, Desa Randugenen­gan, Kecamatan Dlanggu. Kualitas rastra yang di terima pada Mei cukup memprihati­nkan.

’’ Terlalu banyak menir, broken, dan katul,’’ ungkapnya. Padahal, sesuai aturan rastra, kadar menir semestinya hanya 2 persen, sedangkan broken 20 persen. Namun, melihat praktik di lapangan, menir dan broken mencapai 40 persen. ’’Ada juga yang 50 persen dan bahkan lebih,’’ pungkasnya.

Dikonfirma­si terpisah, Kepala Bulog Subdivre II Surabaya Selatan Arsyad menyatakan, pihaknya akan mengganti semua rastra tak layak konsumsi yang diterima warga. ’’Pokoknya, semua kami tukar. Termasuk 5 karung di Jatirejo, sudah kami tukar langsung tadi (kemarin),’’ ucapnya.

Disinggung soal data rastra yang dikembalik­an, Arsyad belum bisa menjawab. ’’Belum punya data,’’ ujarnya. (ori/ris/c21/diq)

 ??  ?? GRAFIS: DAVID PRASTYO/JAWA POS
GRAFIS: DAVID PRASTYO/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia