Jawa Pos

Harta Terkuras untuk Biaya Pengobatan

-

Hampir empat bulan artis dengan nama asli Suryana Nurzaman Zein itu meninggalk­an mereka untuk berobat di Tiongkok karena kanker payudara. Luapan rindu ibu dan anak tersebut begitu terlihat. Berkali-kali mereka saling memeluk dan mencium. Mengenakan baju kuning cerah, Yana membawa kabar bahagia. Kondisinya membaik.

Kemarin (1/6) keadaan itu berubah 180 derajat. Tidak ada lagi senyum, apalagi tawa. Bintang sinetron yang dikenal lewat peran antagonisn­ya itu meninggalk­an anak-anaknya. Perempuan 44 tahun tersebut terbujur kaku di peti putih. Di sampingnya, ada Rilla –panggilan Aurelia– yang merangkul adiknya, Alika. ”Mami, bangun, Mami,” katanya, menunduk di dekat telinga ibunya.

Sama-sama terpukul, tapi ibunda Yana, Swetlana Zein, berusaha tegar saat menemani cucunya. Tidak lama kemudian, kerabat dan sahabat mulai berdatanga­n ke rumah duka di RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Pelukan dan tangisan silih berganti terlihat antara pelayat dan keluarga yang ditinggalk­an. Swetlana hanya mampu duduk lemas. Sesekali tangannya yang sudah keriput mengelap air mata. Melihat hal itu, kedua cucunya ganti menguatkan. ” Don’t cry.. smile,” bisik Alika.

Menurut Swetlana, sepulang dari Tiongkok, putrinya terlihat sehat. Pengobatan yang dijalani membawa hasil. Melalui video call yang sering dilakukan Yana dari Tiongkok, Swetlana melihat bahwa putrinya semakin hari semakin kuat. Yana tidak lagi hanya terbaring. Dia sudah bisa berjalan-jalan. Baik di sekitar rumah sakit maupun di pusat perbelanja­an di Tiongkok.

Saat tiba di rumah, Yana menunjukka­n aura positifnya. Meski belum terlalu banyak mengobrol karena lelah akibat perjalanan, dia menikmati makanan yang disiapkan Swetlana. ” Tapi, besoknya (Senin, 29/5) ternyata lemas, sesak napas, terus dia pegang bagian sini,” ujar Swetlana, memperagak­an cara Yana memegang sisi kanan perut.

Segera Swetlana mengantark­an putrinya ke RS Mayapada, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, dari rumahnya di bilangan Cinere, Depok. Detak jantung Yana sangat cepat, mencapai 152 kali per menit. Napasnya juga makin sesak. ”Lalu panggil dokter paru-paru. Dia bikin USG dan rontgen, ternyata di paruparu ada air. Cukup banyak, sekitar 700 cc. Setelah diambil, agak sedikit berkurang sesaknya,” sambung Swetlana.

Begitu kondisi Yana mulai stabil, Swetlana pulang untuk mengambil beberapa baju ganti. Sampai di rumah, telepon berbunyi, mengabarka­n bahwa bintang sinetron Tersanjung itu tidak sadarkan diri hingga kemudian meninggal dunia dini hari kemarin, pukul 01.00. Swetlana tak menyangka bahwa kondisi Yana drop secepat itu. ”Padahal, dia pulang ini untuk memperpanj­ang visa Tiongkok agar dapat kembali melanjutka­n pengobatan,” tutur perempuan berdarah Rusia itu.

Swetlana menyebut putri sulungnya itu sosok yang kuat dan tak mau merepotkan orang lain. Selama beberapa bulan pada 2015, Yana sempat menahan sakit tanpa pengobatan medis pada awal munculnya benjolan di payudarany­a. Karena menganggap itu hanya bagian dari masuk angin, Yana tetap menjalani syuting sinetron Cinta di Langit Taj Mahal. Benjolan itu terus membesar. ”Di tengah syuting, tambah membesar, tambah membesar. Sampai tiba-tiba payudara saya pecah,” kata Yana saat terbaring di RS Desember tahun lalu.

Yana kemudian pergi ke rumah sakit. Diketahui bahwa dia terkena kanker payudara stadium III. Kanker itu bergerak cepat. Setelah masuk stadium IV, sejak Januari lalu Yana juga terkena kanker kelenjar getah bening. Keluar masuk dan berganti rumah sakit dia lakukan. Biayanya tentu tak sedikit. Semua harta terkuras habis demi ikhtiar mencari kesembuhan. Sampai akhir 2016 itu, kedua putrinya putus sekolah karena tak ada lagi uang. Mulai tabungan Yana, simpanan Swetlana, mobil, tanah, hingga semua barang berharga keluarga ludes. Yang tersisa kini hanya rumah Cinere, tempat Swetlana dan dua putri Yana tinggal.

Bahkan, untuk membawa Yana ke rumah duka dan menempatka­nnya di peti mati kemarin pun, Swetlana kesulitan biaya. Untung, pihak RS Mayapada sudah mengenal baik keluarga Yana sehingga perempuan yang kini harus mengurus dua cucunya tersebut mendapat beberapa kemudahan prosedur dan pembiayaan. ”Untuk itu, tadi ada jual sesuatu lah. Sesuatu yang berharga. Selain itu, dibantu teman-teman Yana juga,” katanya.

Dalam keadaan yang terpuruk itu, Swetlana tetap menyisakan kebanggaan pada Yana. Dia tahu betapa putrinya itu ingin menjadi penyemanga­t bagi sesama pejuang kanker. ”Tahu kondisinya mulai membaik, dia ingin menolong orang lain yang seperti dia. Rencananya, mau jenguk Jupe ( Julia Perez, Red) juga,” ujarnya lirih.

Si sulung Rilla mengaku masih tidak percaya bahwa ibunya meninggal. Pesan yang selalu disampaika­n sang ibu selalu dia ingat. Salah satunya, Yana ingin melihat anak-anaknya menjadi orang sukses dan kuliah. Aurelia dan Alika sekarang menjadi yatim piatu. Ayah mereka sudah meninggal pada 8 Juli 2016. Swetlana berharap punya umur panjang supaya bisa membesarka­n kedua cucunya.

Sementara itu, upacara kebaktian penghibura­n untuk Yana sudah dilakukan tadi malam, pukul 19.30. Kebaktian penutupan peti dan pelepasan dilakukan hari ini, dilanjutka­n dengan pemakaman di TPU Kampung Kandang, Jagakarsa, Jakarta Selatan. ”Mohon dimaafkan segala kesalahan putri saya, ya,” tutur Swetlana lirih. (*/c11/ayi)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia