Jawa Pos

TEKANAN FINAL KEDUA

-

CARDIFF – Itu sebutan yang pas buat Zinedine Zidane atas kinerjanya sebagai pelatih Real Madrid. Bukan rahasia lagi, di Valdebebas, markas latihan Real, sering para pemain bintang lebih berkuasa dan mengudeta pelatih. Sudah berapa banyak pelatih Real yang menjadi korban dari para pemain bintang. Bahkan, pelatih dengan karakter kuat layaknya Fabio Capello dan Jose Mourinho pun tumbang. Tetapi, Zidane berbeda. Nyaris terlalu istimewa untuk menjadi bulan-bulanan para pemainnya. Bahkan, istilah Los Galacticos hadir pada era Zidane bersama Luis Figo, Ronaldo, dan David Beckham bermain membela Real awal 2000-an. Sebagai pemain, Zidane bukan hanya bintang, melainkan pantas juga disebut legenda. Dan, bukan tidak mungkin dia akan menjadi pelatih legendaris pada masa mendatang. Zidane mampu membuat tim nyaman dan stabil meski beberapa pemain level bintang, misalnya Isco, James Rodriguez, dan Alvaro Morata, lebih sering menjadi penghangat bangku cadangan. Cristiano Ronaldo yang terkenal memiliki ego besar pun sangat respek kepada Zidane. Apalagi, pada musim pertama sebagai pelatih menggantik­an Rafael Benitez di tengah jalan musim lalu, dia mampu mem- per sembahkan gelar Liga Champions. Itu menjadikan dia sebagai sosok yang pernah menjuarai Liga Champions sebagai pemain dan pelatih.

Situasi berbeda dialami Allegri awal kepelatiha­nnya di Juventus pada 2014. Dia datang menggantik­an Antonio Conte. Kali pertama datang, dia kerap diejek fans Juventus. Tetapi, seiring waktu, mantan pelatih AC Milan itu membuat Juventini percaya bahwa dirinya sosok yang tepat.

’’Dia sudah menunjukka­n diri sebagai salah seorang pelatih top dunia. Dia sudah berhasil membangun, atau pada akhirnya mengimprov­isasi tim Juventus ini. Tentunya, semua berada di tangan klub dan pemainnya juga. Tetapi, termasuk semua di atas, ini terserah pelatih yang punya proyek. Hormat besar saya kepadanya,’’ tutur Zidane.

Musim ini adalah kali kedua bagi Zidane dan Allegri mencapai final Liga Champions. Bedanya, dalam kesempatan pertama, Zidane sukses dan Allegri kalah oleh Barcelona dalam final 2015.

Tetapi, musim ini Allegri menunjukka­n bahwa Juventus sudah berbeda. Bukan hanya secara taktikal, melainkan juga mentalitas. Performa mereka ketika menyingkir­kan Barcelona pada perempat final dan AS Monaco di semifinal adalah bukti nyata. (ren/c4/ham)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia