Siap Usung Calon Alternatif
Bendahara DPW PAN Jatim Agus Maimun menegaskan, Saifullah Yusuf sebenarnya aset politik PAN selama 10 tahun. Sebab, pada pilgub lalu, PAN menjadi salah satu partai pengusung SoekarwoSaifullah Yusuf. ”Karena itu, kalau kami sekarang hanya dianggap sebagai subordinat, tentu kami akan mengkaji lagi hubungan selama ini,” tuturnya.
Dia menyatakan, atraksi politik yang dipertontonkan selama ini seolah-olah menunjukkan bahwa kekuatan politik Jatim hanya dikuasai PDIP, Demokrat, dan PKB. Padahal, masih ada partaipartai lain yang ikut menentukan arah pembangunan Jatim. ”Kalau Gus Ipul mau bertemu dengan kami, ada syaratnya. Kami hanya mau berbicara ketika posisinya equal (setara, Red),” tegasnya. PAN tidak ingin hanya menjadi alat legitimasi Gus Ipul bersama partai-partai besar.
Kendati Saifullah sudah sowan secara resmi ke tiga partai besar, bahkan mendaftar sebagai bacagub PDIP, Agus menilai hal itu bukan akhir dari dinamika pilgub. ”Jumlah kursi partai belum tentu berbanding lurus dengan kemenangan,” tegasnya.
Partai yang tersisa tetap bisa mengusung calon. Termasuk PAN yang memiliki tujuh kursi di DPRD Jatim. PAN dikabarkan telah menjalin hubungan dengan Gerindra yang memiliki 13 kursi. Selain itu, masih ada PPP, PKS, Hanura, dan Nasdem yang belum menentukan sikap.
Agus menilai segala sesuatu sangat mungkin terjadi. Sangat prematur bila menyatakan bahwa pilgub nanti hanya diikuti satu calon. Dia mengingatkan, pada pilgub sebelumnya, PAN di luar dugaan mengusung pasangan SoekarwoSaifullah Yusuf (Karsa). Jadi, meski saat ini kabarnya Gus Ipul mendapat dukungan dari PDIP, hasil akhirnya masih bisa berubah. ”Waktu itu di konvensi PDIP, Pakde dapat suara terbanyak, tapi akhirnya tidak mendapat rekomendasi,” ingat komisi B tersebut.
Karena itu, PAN merasa perlu ada desain baru sebagai antitesis dari gagasan calon tunggal. ”Ini mekanisme normatif,” ujar Agus. Dia menyebutkan, ada beberapa partai yang nanti berkoalisi dengan PAN untuk menggodok desain tersebut. Sementara itu, PAN juga akan menyiapkan desain sendiri dari pihak internal melalui rapat kerja wilayah (rakerwil).
Pendapat nyaris serupa disampaikan Sekretaris DPD Partai Gerindra Jatim Anwar Sadad. ”Pileg dan pilgub berbeda variabel,” terangnya. Kekuatan sejumlah partai besar di pileg tidak serta-merta mengangkat calon usungannya ke podium kemenangan. Anwar menilai, pandangan tentang kekuatan terbesar Jatim berada di PKB dan PDIP bisa menimbulkan sentimen negatif partai-partai lain.
Anwar mengingatkan, strategi politik yang salah bisa berdampak buruk, baik bagi partai maupun pasangan calon yang didukung. ”Jika tidak berhati-hati, ditambah persuasi yang buruk dan statement arogan yang menihilkan parpol lain, kemenangan di pileg lalu tidak ada artinya,” tegasnya. (sal/deb/c6/oni)