Teror dalam Balutan Pakaian Perempuan
Dua Serangan di Teheran ewaskan 13 Orang, Yang Ketiga Digagalkan
TEHERAN – Tindak tanduk empat ”perempuan” itu demikian mencurigakan sehingga memaksa petugas keamanan menghentikan mereka. Benar saja, saat akan diperiksa, salah seorang di antara mereka melepaskan tembakan
Itulah awal teror di gedung parlemen Iran di Teheran kemarin (7/6). Pada waktu bersamaan, di sudut lain ibu kota Iran, serangan juga terjadi di makam Bapak Revolusi Islam Ayatullah Khomeini ( lihat grafis).
Jarak dua tempat itu 25 kilometer. Dilakukan tiga orang yang juga dibalut pakaian perempuan.
Di gedung parlemen, 12 orang menjadi korban. Tapi, tak ada keterangan apakah mereka legislator atau bukan. Yang pasti, para pelaku sempat menembaki orang-orang di sekitar gedung parlemen melalui jendela.
Dua di antara empat pelaku tersebut ditembak mati. Dua lainnya meledakkan diri. Keempatnya ternyata pria.
”Saya berada di dalam gedung parlemen saat terjadi penembakan. Semua orang shock. Semuanya takut. Saya melihat dua pria melepaskan tembakan secara acak,” kata salah seorang jurnalis Iran yang tak disebutkan namanya.
Di makam Khomeini, seorang penjaga makam menjadi korban. Seorang pelaku meledakkan diri, seorang ditembak mati, dan satu lainnya ditangkap.
Pelaku yang meledakkan diri dikabarkan memang perempuan. Namun, belum ada konfirmasi resmi tentang itu hingga berita ini selesai ditulis.
Itulah teror pertama di Iran dalam sembilan tahun terakhir. Dan yang terburuk sejak Revolusi Islam Iran 1979.
Kementerian Intelijen Iran menyatakan, aparat berhasil menggagalkan aksi ketiga. Hanya, tak disebutkan lokasi persisnya serangan tersebut akan dilakukan. Juga, apakah berkaitan dengan dua serangan lainnya.
”Kami mengamankan beberapa teroris yang berada dalam satu tim dan hendak melancarkan aksi berikutnya,” kata sumber Kementerian Intelijen Iran.
Teror di Iran itu kian meningkatkan tensi politik dan keamanan di Timur Tengah. Sebelumnya Qatar mengalami krisis diplomatik setelah dikucilkan enam negara Arab (Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, Yaman, Mesir, dan Pemerintah Libya Wilayah Timur).
Pengucilan itu didasarkan pada tuduhan bahwa Qatar pro-Iran dan mendukung terorisme. Sebuah tudingan yang dibantah keras oleh Doha maupun Teheran.
Kemarin ISIS mengklaim bertanggung jawab atas insiden di kompleks parlemen Iran tersebut. Melalui situs propagandanya, Amaq, kelompok militan radikal yang kali pertama muncul di perbatasan Iraq dan Syria tersebut memublikasikan video berdurasi 24 detik.
Dalam rekaman sangat singkat itu, ISIS menggambarkan situasi di dalam gedung utara, saat para pelaku sedang menjalankan misi mereka. ”Apakah kalian pikir kami akan pergi? Kami akan tetap bertahan,” kata seorang pelaku dalam bahasa Arab.
Kalimat yang sama dengan katakata Abu Mohammad Al Adnani, pentolan ISIS yang tewas dalam operasi antiteror di Syria, lantas diulangi pelaku yang lain.
ISIS memang sejak Maret mempropagandakan serangan ke Iran. Sebab, negeri tetangga Iraq itu merupakan pusat Syiah, kelompok yang termasuk mereka musuhi.
Ketua Parlemen Iran Ali Larijani mengecam insiden tersebut. Dia menyebut para pelaku yang nekat menyerang kompleks parlemen sebagai pengecut. ”Iran adalah pilar yang aktif dan efektif dalam memerangi terorisme. Para teroris itu telah gagal menghancurkan reputasi itu,” katanya.
Kemarin para legislator yang sedang bersidang juga mengaku tidak terganggu serangan di kompleks parlemen. Saat polisi berjibaku dengan para pelaku, para legislator di ruang sidang bahkan malah sibuk berfoto.
Beberapa berswafoto dengan latar belakang kesibukan rekanrekan sesama legislator di ruang sidang. Aksi teror di gedung lain hanya muncul dalam caption foto mereka di dunia maya. (AFP/ AP/Reuters/hep/c10/ttg)