Jawa Pos

Tutup Usia pada Ekspedisi Terakhir

-

MANGKATNYA Kaisar Zhu Di pada 1424 menjadi awal surutnya superiorit­as Dinasti Ming di bidang maritim. Setelah menggantik­an ayahnya pada 7 September 1424, Zhu Gaozhi, kaisar baru, mengeluark­an maklumat. Isinya, menghentik­an semua ekspedisi dan proyek kapal. Semua kapal yang ditambatka­n di Taicang (pelabuhan dekat galangan kapal Longjiang di Nanjing) harus ditarik ke Beijing. Ketika itu armada Cheng Ho baru saja menyelesai­kan ekspedisi keenam.

Selain itu, semua barang yang ada di dalam kapal harus dikembalik­an ke Departemen Dalam Negeri. Para utusan dan duta besar negara sahabat yang ingin pulang tetap diantarkan, tapi dengan ekspedisi minimum. Tidak mewah seperti zaman kaisar Zhu Di. Perwakilan Tiongkok di luar negeri juga diperintah pulang.

Di sisi lain, ketika baru saja menyelesai­kan pelayaran selama dua setengah tahun, para kru armada Cheng Ho merasa kecewa. Bukannya mendapat pe- nyambutan pahlawan seperti sebelumnya, kepulangan tersebut justru seperti tak dihiraukan Zhu Ghaozi yang saat itu akan dilantik menjadi kaisar.

Cheng Ho kemudian break dari angkatan laut. Oleh kaisar, dia diberi jabatan sebagai kepala pelabuhan di Nanjing. Di situ dia mendapat julukan Penjaga Nanjing. Pada masa tersebut, dia sempat memugar Masjid Jing jue. Seorang keturunann­ya (anak kakaknya diambil jadi anak angkat Cheng Ho), Zheng Zhi Hai, kini menjadi pengurus Masjid Jingjue.

”Masjid itu menjadi bagian penting dari Cheng Ho,” kata Yang Liyun, staf pengelola taman nasional Cheng Ho di Kunyang.

Situasi seperti itu tak bertahan lama. Setahun menjabat, Zhu Gaozhi meninggal pada 1425. Dia digantikan putranya, Zhu Zhanji. Dia tidak sekaku ayahnya. Zhu Zhanji memperbole­hkan Cheng Ho melakukan sekali lagi ekspedisi pelayaran.

Setelah melakukan persiapan panjang, pada 1433 Cheng Ho melakukan ekspedisi terakhir. Benar-benar terakhir. Setelah sempat mampir di Jawa, armadanya mengarah ke barat. Sampai di perairan India, Cheng Ho sakit dan meninggal. Pelaut hebat itu mengembusk­an napas terakhir di tengah laut. Oleh anak buahnya, jasadnya dilarung ke laut.

Kematian Zhu Di dan Cheng Ho seperti menjadi titik balik bagi Tiongkok. Setelah Zhu Zhanji juga meninggal pada 1435, Tiongkok makin menutup diri. Seluruh perjalanan ke luar negeri dihentikan. Bahkan, maklumat kaisar baru menitahkan untuk tidak melakukan perdaganga­n ke luar negeri. Setiap pedagang yang terlibat dalam perdaganga­n ke luar negeri dianggap pembajak dan dieksekusi. Mempelajar­i bahasa asing dan sebaliknya, mengajarka­n bahasa Mandarin ke orang asing, dilarang. Begitulah Tiongkok menutup diri. Tak dikenal dan tak mengenal dunia sampai lebih dari lima abad kemudian. (*/c10/nw)

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia