Membantai lantaran Seutas Kalung
Gadis 18 Tahun Bunuh Busani
SURABAYA – ”Sejak awal, saya tidak ada niat membunuh, Pak,” kata Sholikah Indah di Mapolrestabes Surabaya kemarin. Namun, bagi Kapolrestabes Surabaya Kombespol M. Iqbal, ocehan Indah itu bak pepesan kosong. ”Mana mungkin tidak ada niat membunuh, tapi kamu nusuk sampai 48 kali,” kata Iqbal.
Ya, satu pekerjaan rumah Polrestabes Surabaya rampung kemarin. Indah adalah pembunuh Busani, pekerja rumah tangga (PRT) di kawasan Kupang Indah, pada Kamis (1/6)
Kemarin Indah seolah menunjukkan penyesalan dan rasa berdosa. Perempuan 18 tahun itu terus menutup rapat wajahnya. Tak ada celah bagi awak media untuk mengintip paras gadis manis tersebut. Rambutnya terus digerai ke arah depan menutupi wajah. Air mata terlihat mengalir di antara jemarinya.
Indah boleh saja tampil memelas seperti itu. Namun, kejahatannya sungguh tak terperi. Awal bulan ini dia membantai Busani, PRT berusia 48 tahun. Semuanya berawal tiga bulan silam. Indah mendengar bahwa Busani mendapatkan kalung dari majikan. Indah yang juga PRT itu pun iri. Dia minta izin Busani untuk memakai kalung tersebut beberapa hari. Buat mejeng lah.
Tapi, kalung itu tak kunjung kembali. Tanpa sepengetahuan Busani, Indah ternyata sudah menjual perhiasan tersebut. ”Makanya, dia tidak bisa mengembalikan,” ungkap Iqbal, perwira dengan tiga melati di pundak itu.
Geram, Busani mengancam. Indah akan dilaporkan kepada majikan karena sering mema- sukkan pacar ke rumah. ”Karena emosi, pelaku berniat menghabisi korban,” ungkap Iqbal.
Tepat pada hari kejadian, Indah mengaku masuk ke rumah dengan melewati pagar depan. Itu sepengetahuan Busani yang masih mencuci piring di dapur.
Adegan selanjutnya sungguh keji. Indah meraih sabit di meja cuci piring dan menyabetkannya ke leher Busani. Dua kali. Busani pun tumbang.
Indah rupanya dikuasai dendam kesumat. Busani yang tak berdaya diseret ke dalam rumah. Di situ jasad Busani kembali dianiaya. Berkali kali, sabit dihunjamkan ke tubuh Busani. ”Hasil otopsinya menunjukkan ada 40 tusukan di kepala. Dan 26 luka tembus ke tengkorak korban,” imbuh mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya itu.
Ternyata, karakteristik luka tersebut menjadi petunjuk awal bagi polisi. Berdasar uji lab, kentara bahwa pelakunya adalah perempuan. ”Kalau pelakunya pria, lukanya sebatas memastikan bahwa korban meninggal. Sedangkan wanita akan akan bertindak barbar seperti itu,” ujar Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Shinto Silitonga.
Polisi lantas menginventaris orang- orang di lingkungan Busani. Mulai satpam, pembantu rumah sebelah, hingga penjual sayur yang biasanya lewat. Langkah itu memang taktis. Sebab, kawasan tempat terjadinya pembunuhan adalah perumahan elite. ”Biasanya, pelakunya di sekitar situ saja,” kata Shinto.
Tanda-tanda mulai jelas saat polisi memeriksa Suci Indah Cahyani, salah seorang pembantu. ”Ada laporan awal bahwa korban pernah mengancam Indah,” ujar perwira dengan dua melati di pundak itu.
Aparat langsung fokus pada Indah. Termasuk memelototi akun media sosialnya. Pada akun bernama Indah Saja, polisi melihat foto Indah berpose dengan kalung. ”Nah, kalung itu kami konfirmasikan ke pemilik rumah (Elsye Agustiana, majikan Busani, Red) karena kalung milik korban adalah pemberian majikanya,” ujar Shinto.
Tanda-tanda makin jelas. Namun, Indah tak mau mengakui perbuatannya. Dia menyangkal bahwa kalung itu milik Busani. Polisi lantas menyelidiki hingga ke Blora, ke rumah Sugiono, pacar Indah.
Ternyata, Sugiono pun curiga pada kalung pacarnya. Indah selalu mengelak saat ditanya asal usul kalung tersebut. ”Nah, akhirnya ngaku ke pacarnya. Kalau kalung itu punya orang dan sudah ditagih terus sama pemilik aslinya,” terang Shinto.
Meski begitu, Indah tetap tak langsung mengaku. Namun, dalih Indah mulai runtuh ketika polisi menanyakan asal Indah mendapat kalung itu. ”Dia bilangnya itu imitasi dan beli di pasar dekat rumah situ,” imbuh mantan Kasatreskrim Polresta Tangerang tersebut.
Ketika polisi mengajak ke pasar yang dimaksud, Indah kebingungan. Dari situlah, polisi semakin percaya diri bahwa Indah adalah pembunuh Busani.
Tiga hari penyelidikan itu pun akhirnya berbuah manis. Indah mengakui semua perbuatannya kemarin (7/6). Namun, sampai sekarang Indah masih menyangkal merencanakan pembunuhan tersebut. ”Kami langsung melakukan prarekonstruksi. Sebab, pelaku tinggal hanya berjarak satu rumah dengan lokasi kejadian,” ujar Shinto.
Karena perbuatannya, kini Indah dijerat pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. Itu juga masih ditambah pasal pelapis, yakni pasal 338 tentang pembunuhan. ”Kami akan cari bukti-bukti lain yang mendukung,” tegas alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1999 tersebut. Kapolrestabes Berikan Penghargaan Kemarin Kapolrestabes Surabaya Kombespol M. Iqbal juga memberikan penghargaan kepada tim andibandit. Berkat kerja mereka, tingkat kriminalitas di jalan makin turun. Iqbal berharap tim itu akan jadi contoh jajaran polisi di daerah lain.
Total tujuh tim dibentuk Satreskrim Polrestabes Surabaya. Setiap tim terdiri atas tujuh hingga dela pan personel. Anggota tim tersebut diambil dari personel berbagai unit yang ada di satreskrim.
Salah satu pencapaian yang membanggakan adalah pengungkapan kasus pembunuhan Busani yang kurang dari sepekan. ”Ini patut diacungi jempol, tidak sampai seminggu sudah dapat pelakunya,” tutur Iqbal.
Iqbal menyatakan, keberhasilan tim antibandit sudah mulai dicontoh berbagai jajaran polisi lainya. Tim dengan fungsi serupa pun telah dibentuk di berbagai wilayah. ”Memang mereka ini patut dicontoh kinerjanya dalam menekan angka kriminalitas,” kata mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya tersebut.
Menyusul kesuksesan tim antibandit, Iqbal juga berencana membuat tim serupa. Namun, tim kali ini tidak akan difokuskan ke penanganan kriminalitas di jalan saja. ”Tunggu tanggal mainnya,” ujarnya, lantas tertawa. (Drian Bintang Suryanto/c10/dos)