Tularkan Kebiasaan Salat Berjamaah di Sel
Memberikan bekal ilmu keagamaan kepada para penghuni lembaga pemasyarakatan menjadi tugas Abdul Kodim, Ida Wahyuni Nurlatifa, Muhammad Fahri, dan Arnoldin Baramuli. Hal tersebut dilakukan dengan ikhlas.
SOSOK Abdul Kodim sudah akrab di kalangan napi, tahanan, dan sipir Lapas Kelas II-A Sidoarjo. Dua minggu sekali, laki-laki 60 tahun itu datang ke sana. Dia dipercaya menjadi penceramah sekaligusimambagiparapenghunilembaga pemasyarakatan tersebut.
Bagi Kodim, Lapas Kelas II-A Sidoarjo bukanlah tempat yang baru dikunjungi. Bui yang kini dihuni oleh ribuan tahanan dan narapidana (napi) itu pernah menjadi ” rumahnya”. Ya, bapak tiga anak tersebut pernah menjalani hukuman di sana. Selama sembilan bulan di bui, Kodim membagikan ilmu agamanya kepada sesama penghuni penjara.
Dia juga menjadi imam di masjid lapas saat salat Duhur dan Asar. ” Kalau salat Subuh, Magrib, dan Isya ya tetap jadi imam, tapi di dalam kamar,” ucap kakek dua cucu itu saat ditemui di lapas pada Senin (5/6). Sampai sekarang pun, setelah bebas, dia juga sering menjadi imam di masjid lapas.
Kodim bercerita, dia belum aktif dalam kegiatan keagamaan di masjid ketika awal masuk bui. Bahkan, saat kali pertama ditawari menjadi imam dan mengisi khotbah, dia tidak berkenan. Dia tidak ingin dicap sebagai penghuni baru yang sok tahu. Namun, lambat laun, Kodim pun mulai membuka diri dan mau berbagi ilmu agama pada penghuni penjara.
” Rasanya senang bisa berbagi ilmu. Pengalaman di sini (lapas) sangat berkesan,” ucapnya. Dia mengaku, para tahanan dan napi memperhatikan saat dia memberikan ” wejangan”. Tidak ada yang berbicara sendiri atau tertawatawa saat dia berbicara.
Sering kali sebelum ceramah dilakukan, Kodim berbicara terus terang dan meminta yang tidak suka dengan aktivitasnya untuk pergi saja. Saat berbicara, Kodim memang selalu blak-blakan. Tidak ada yang ditutup-tutupi. ” Pokok e bonek..bondo nekat,” ungkapnya, lantas tertawa. Meski hanya bermodal nekat, nyatanya, Kodim mampu ” membius” para penghuni bui. Yang disampaikannya senantiasa didengarkan. ” Mereka sungguh-sungguh ingin belajar ilmu agama. Ingin bartaubat di sini,” sambung mantan napi kasus bantuan sosial (bansos) sapi pada 2013 itu.
Salah satu kebiasaan Kodim selama masih di bui yang ditularkan ke napi dan tahanan lainnya adalah salat berjamaah di dalam sel. Tiap hari dia menjadi imam salat Subuh, salat Magrib dan Isya di dalam bloknya. Kala itu ada 29 tahanan dan napi di sel tersebut. Saat Kodim datang, hanya sembilan orang yang salat. ’’ Lama kelamaan banyak yang sadar dan ikut salat bersama,’’ ucapnya.
Sambutan itulah yang menjadikan Kodim betah dan tidak keberatan tetap berbagi di lapas. ” Selama masih bisa akan terus datang ke sini,” ujarnya. (may/ c20/ai)