Jawa Pos

Napi yang Juga Takmir Masjid

-

SALAWAT menggema dari dalam Masijd At-Taubah Lapas Kelas II-A Sidoarjo. Para narapidana (napi) pun terlihat berdatanga­n begitu mendengar alunan sawalat tersebut. ’’Di sini, sebelum narasumber pengajian datang, kami mengajak jamaah untuk melantunka­n salawat atau istighfar,’’ tutur Arnoldin Baramuli, takmir masjid yang melantunka­n salawat setelah pengajian selesai.

Arnold, sapaan akrabnya, masih muda. Usianya belum genap 24 tahun. Dia salah seorang takmir masjid Lapas Delta, sebutan Lapas Kelas II-A Sidoarjo. Latar belakangny­a sebagai guru agama membuat Arnold dipercaya mengurusi kegiatan masjid.

Menurut anak kedua dari lima bersaudara itu, orang tuanya memang menekankan pentingnya ilmu agama sebagai bekal kehidupan. Arnold pun dima- sukkan ke pondok pesantren (ponpes) ketika usianya masih dini. ’’ Mondok mulai SD sampai SMA,’’ jelasnya.

Setelah menuntaska­n pendidikan formal, dia ditawari pengurus ponpes untuk menjadi guru. Arnold pun menyambut tawaran tersebut. Dia mengajar di madrasah diniyah (MD). Namun, rutinitas di ponpes itu harus terhenti menjelang akhir tahun lalu. Arnold diciduk polisi karena melanggar UndangUnda­ng Perlindung­an Anak. ’’Dihukum tujuh tahun,’’ ucapnya lirih.

Arnold sangat terpukul dengan vonis pengadilan. Meski begitu, dia tidak ingin terus-menerus meratapi nasibnya. Warga Desa Kajeksan, Tulangan, itu ingin tetap memberikan sumbangsih terhadap sesama. Dia ingin menjadi orang yang berguna.

Dia lantas mengajukan diri sebagai salah satu takmir masjid. Selain mengu- rus kebersihan, pemuda itu bisa menjadi imam dan penceramah. ’’Kalau ada ustad dari luar tidak bisa datang, saya yang menggantik­an,’’ ungkap napi yang tinggal blok B-14 itu.

Menurut dia, ada perbedaan dalam mengajar madrasah dengan di dalam lapas meski tidak terlalu signifikan. Arnold mengaku harus lebih memberikan penekanan ketika menjadi penceramah bagi warga binaan. ’’Materinya diperdalam. Dalil-dalilnya ditambah sebagai penegasan,’’ ucapnya.

Cara itu dilakukan bukan tanpa sebab. Dia menerangka­n, dari segi kondisi, jamaah yang dibimbing sudah berbeda. Di dalam lapas sering ada napi yang belum memiliki bekal agama sama sekali. ’’Harus lebih sabar demi kebaikan bersama. Di sini sudah dewasa semua. Mayoritas orang tua,’’ katanya. (edi/c15/ai)

 ?? EDI SUDRAJAT/JAWA POS ?? GURU AGAMA: Arnoldin Baramuli menjadi penceramah pengganti ketika ustad dari luar tidak bisa datang.
EDI SUDRAJAT/JAWA POS GURU AGAMA: Arnoldin Baramuli menjadi penceramah pengganti ketika ustad dari luar tidak bisa datang.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia