Jawa Pos

Langgar Sawo, Pusat Penyebaran Malik Ibrahim di Kota

-

BANYAK peninggala­n para wali yang ada di Gresik. Salah satu yang cukup legendaris adalah Langgar Sawo atau saat ini dikenal juga dengan nama Masjid Muttohar.

Rumah ibadah yang berdiri di Kelurahan Kemuteran (tepatnya di Jalan Fakih Usman) itu adalah salah satu warisan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Dahulu dia menyebarka­n agama Islam di pusat kota.

Dari sejumlah literatur sejarah, Desa Sawo (Kelurahan Kemuteran) adalah salah satu daerah yang disinggahi Malik Ibrahim saat menyebarka­n agama Islam di negeri ini. Dalam syiarnya, sang wali memang menggunaka­n konsep berpindah tempat.

Awalnya Malik Ibrahim menyiarkan ajaran Islam di Leran, Manyar. Kala itu, desa tersebut merupakan pelabuhan yang ramai. Di sana, selain berdagang, sang wali menyebarka­n agama Islam. Aktivitas itu dipusatkan di sebuah masjid yang didirikann­ya bersama rombongan. Di masjid tersebut (kini dikenal sebagai Masjid Leran), Islam di Kota Giri mulai berkembang.

Setelah itu, sang wali menuju Desa Roomo (Manyar). Dia juga mendirikan masjid. Selain sebagai sarana ibadah, masjid digunakan untuk pusat penyebaran. Pola seperti itu sengaja diterapkan Malik Ibrahim. Dengan sistem penyebaran yang berurutan, komunikasi bisa lebih terjalin. Selain itu, sistem tersebut menjadi kekuatan.

Demikian juga ketika tiba di pusat kota (saat ini Gresik Kota Lama). Malik Ibrahim melakukan hal sama. Yang pertama dibangun adalah Langgar Sawo di Kelu- rahan Kemuteran.

Di wilayah itu, Malik Ibrahim mengabdika­n diri hingga wafat pada 1419. Sang wali Allah itu dimakamkan di Desa Gapurosuko­lilo. Kini makamnya menjadi salah satu jujukan para peziarah.

Sementara itu, fungsi Langgar Sawo masih terjaga. Tak hanya digunakan untuk aktivitas rutin salat lima waktu, tempat beribadah tersebut juga dimanfaatk­an warga untuk kegiatan religi lainnya.

Saat ini Langgar Sawo sudah begitu megah. Memiliki dua lantai serta desainnya lebih modern. Rumah ibadah yang diberi nama Masjid Muttohar itu direnovasi pada 1999. ”Pembanguna­n itu diinisiato­ri pengurus dan masyarakat,” kata Khoirul Amin, salah seorang pengurus masjid.

Meski direnovasi, desain maupun peninggala­n asli Langgar Sawo tetap terjaga. Sejumlah prasasti penanda tetap dipasang rapi. ”Bentuknya pun tak jauh berbeda dengan asli,” ujarnya.

Ada kisah menarik di balik pembanguna­n Langgar Sawo. Ternyata pengurus rumah ibadah itu sama sekali tidak pernah mengajukan permintaan sumbangan. ”Semua berlangsun­g sangat mengalir,” tuturnya. Sumbangan dari masyarakat dalam berbagai bentuk mengalir silih berganti. Hingga akhirnya, langgar yang dahulu hanya satu lantai itu kini berubah menjadi lebih megah.

Ada cerita menarik lain di balik Langgar Sawo. Ternyata musala tersebut masuk daftar tiga rumah ibadah yang berdiri dalam satu garis lurus di wilayah kota lama. Dua lainnya adalah masjid di Jalan Nyi Ageng Arem-Arem serta Masjid Sindujoyo. ”Tiga rumah ibadah ini letaknya satu garis lurus,” ucap Khoirul. Tidak hanya segaris, tiga rumah ibadah itu juga memiliki bentuk yang nyaris serupa. (ris/c7/dio)

 ?? ILUSTRASI: BAGUS/JAWA POS ??
ILUSTRASI: BAGUS/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia