Pindah Ibu Kota untuk Tegaskan Jati Diri
Selain membangun armada laut yang superkuat, Kaisar Zhu Di memiliki proyek ambisius lain. Memindah ibu kota dari Nanjing ke Beijing. Maka jadilah Istana Gu Gong (Kota Terlarang) yang sangat besar dan megah itu.
HINGGA kini, bangunan kompleks istana itu masih terasa angkuh. Terletak di jantung kota Beijing. Lapangan Tiananmen membentang luas di depannya. Tembok gerbang setingggi 32 meter menjadikan istana itu seperti mendongak ke langit. Aura kejayaan masa lalu masih menempel kuat.
Itulah kompleks istana kerajaan yang boleh dibilang terbesar di dunia. Luas bangunannya saja mencapai 150 ribu meter persegi atau hampir seperempat wilayah Jakarta (luas Jakarta 661 km2). Total ada 90 istana, 980 bangunan lain, dan 8.704 kamar. Diperlukan 2–3 kali kunjungan bagi seorang turis jika ingin melihat semua ruangan.
Kota Terlarang saat ini memang menjadi salah satu destinasi wisata paling ramai di Tiongkok. ’’Puncak kunjungan pada Sabtu dan Minggu. Senin paling sepi. Karena itulah kami tutup tiap Senin,’’ ucap Li Yunzhi, staf di manajemen Kota Terlarang.
Berdasar catatan Li, pada 2016 total ada 15.083.264 orang yang berkunjung. ’’Data kami dari penjualan tiket,’’ imbuhnya.
Kota Terlarang memang merupakan proyek ambisius Zhu Di. Selain membangun benteng pertahanan, dia ingin menunjukkan kepada dunia tentang jati diri kaisar Tiongkok yang sesungguhnya. Terutama untuk mengantisipasi hasutan Zhu Yunwen.
Zhu Yunwen adalah paman Zhu Di yang sempat ditunjuk menjadi kaisar menggantikan Zhu Yuanzhang (ayah Zhu Di). Dia kemudian ditaklukkan Zhu Di dengan Cheng Ho sebagai panglima andalannya. Setelah kalah, Zhu Yunwen melarikan diri dan tak terlacak keberadaannya.
Alasan lain membangun Kota Terlarang adalah ingin mengamankan ibu kota dari ancaman Timur Lenk dan keturunannya, penguasa Dinasti Timuriyah. Dinasti itu berkedudukan di Samarkand (sekarang masuk wilayah Uzbekistan). Mereka adalah keturunan Mongolia-Turki.
Pada saat Dinasti Ming mulai berkuasa, di belahan lain dari benua Asia, Timur Lenk yang juga sangat ambisius menaklukkan dunia juga berkuasa. Banyak wilayah yang telah ditundukkan. Mulai Rusia, Mongolia, Persia, hingga daratan India. Timur Lenk juga mengincar Tiongkok. Apalagi, Dinasti Ming sebelumnya merebut kekuasaan dari Dinasti Yuan yang masih keturunan Mongol. ’’Zhu Di lalu membangun pertahanan di Beijing,’’ jelas Yang Liyun, staf di Taman Nasional Cheng Ho.
Zhu Di juga merestorasi Tembok Besar Tiongkok yang telantar setelah dibangun Kaisar Pertama Tiongkok Qin Shi Huangdi pada abad ke-3 SM. Dengan langkah itu, tentara asing yang akan menggempur Tiongkok pun terhambat.
Proyek memindahkan ibu kota dimulai pada tahun 1404 atau setahun sebelum Cheng Ho memulai ekspedisinya. Dimulai dengan 10 ribu keluarga yang dipaksa pindah dari Nanjing ke Beijing. Jutaan pekerja juga dikerahkan untuk membangun tembok keliling istana.
Pada Januari 1405, pasukan Timur Lenk sudah berkemah di perbatasan Tiongkok dan menunggu musim semi untuk melakukan penyerangan. Namun, pada saat itulah Timur Lenk menemui ajalnya pada usia tua. ’’Jadi, belum sempat menyerang sudah tewas,’’ papar Yang.
Namun, hal itu tidak membuat Zhu Di memperlambat pembangunan proyek ambisiusnya. Pada musim dingin, jumlah makanan menyusut dan tidak sebanding dengan jumlah pekerja. Akibatnya, banyak pekerja yang tewas. Total hingga saat itu, seperempat dari sejuta pekerja tewas.
Menghadapi hal itu, Menteri Keuangan Xia Yuanzi membuat sejumlah langkah. Pria yang disebut salah satu orang genius dari zaman Zhu Di itu membuat proyek kanal raksasa sepanjang 1.800 km. Itu merupakan lanjutan kanal yang dibangun sejak zaman Dinasti Wu pada abad ke-6 SM.
Pada 1415, jalur kanal yang sudah selesai dibangun membentang dari Beijing di utara menuju Huangzhou di pesisir pantai, sebelah selatan Shanghai. Proyek itu menyelesaikan masalah pangan. Sebab, tersedia jalur air bebas hambatan untuk mengirim pasokan makanan.
Akhirnya, pada 2 Februari 1421, Kaisar Zhu Di melakukan grand opening Kota Terlarang dengan mengundang sekitar 27 ribu tamu dari semua negara sahabat. Kerja raksasa itu diselesaikan dalam waktu 17 tahun. (*/c5/nw)