Belum Dilantik Sudah Banjir Aduan Kasus Anak
RETNO Listyarti pernah merasakan pembunuhan karakter pada 2015. Kala itu, dia dipecat secara sepihak dari jabatan kepala SMAN 3 Jakarta oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Kini Retno telah melupakan kejadian itu dan memilih berkiprah
DITEMUI di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta Jumat (9/6), Retno baru saja ber temu dengan pengacara yang kerap mendampinginya dalam mengadvokasi berbagai kasus anak. Sudah 12 tahun Retno mengaku dekat dengan para pengacara di LBH. Sebab, merekalah yang dengan sukarela membantu kerjanya sebagai sekretaris jenderal Forum Serikat Guru Indonesia (FSGI). ”Saya sekaligus komunikasi agar mereka aktif memberi masukan saat di KPAI nanti,” kata Retno kepada Jawa Pos.
Terhitung sejak November tahun lalu, bersamaan dengan proses hukum gugatannya terhadap keputusan pemecatan, Retno mendaftar calon komisioner KPAI. Sejak lama, perempuan yang kini guru SMAN 13 Jakarta itu mengaku punya kepedulian pada kasus kekerasan anak di dunia pendidikan. Setiap tahun Retno menilai kasus kekerasan anak semakin masif dan mengerikan karena sampai muncul korban siswa meninggal.
”Kasus Taruna Nusantara itu hanya fenomena gunung es. Saya melihat KPAI tidak bisa berbuat banyak, minimal meminimalisasi angka ini,” kata ibu tiga anak itu.
Menurut Retno, sekolah seharusnya menjadi sumber dari budaya kebaikan. Jika ditanamkan nilai kekerasan, saat di luar anak hanya bisa menyelesaikan persoalan dengan cara yang sama. Termasuk kasus pelanggaran hak anak melalui sikap sekolah yang memberikan nilai 0 kepada siswa. ”Memberi nilai 0 pada anak itu melanggar hak anak. Saya sering bentrok dengan guru terkait ini. Ini bukan semata membela anak, tapi membela kualitas pendidikan,” ujar perempuan yang juga ketua Forum Musyawarah Guru Jakarta itu.
Dengan menjadi guru, Retno tidak bisa berbuat banyak dalam memberikan perlindungan kepada anak. Karena itu, dia memutuskan masuk KPAI. Peraih Islamic Educator Award 2013 tersebut mendaftar setelah mendapat rekomendasi dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk mencalonkan diri melalui jalur pemerintah. Dengan rekomendasi itu, Retno mendapatkan cuti tanpa tanggungan selama lima tahun. ”Saya mengikuti semua proses seleksi. Dari awal sekitar 180-an, menjadi 36 orang, lalu menyusut 18 orang ke Komisi VIII DPR, dan akhirnya terpilih sembilan,” ujarnya.
Rencananya, Retno dilantik sebagai komisioner oleh presiden paling cepat dua pekan lagi. Namun, saat ini dia sudah kebanjiran aduan yang masuk ke telepon pribadinya. Aduan itu rata-rata datang dari sejumlah aktivis NGO yang mengenalnya sebagai Sekjen FSGI. ”Aduannya banyak. Rata-rata mengaku sudah menyampaikan ke KPAI melalui aduan online, tapi belum diproses,” ujarnya.
Tak lupa, Retno juga angkat bicara terkait hubungannya dengan Basuki Tjahaja Purnama atau akrab disapa Ahok. Menurut dia, saat kepemimpinan JokowiAhok, Retno mengaku dekat de- ngan keduanya. Bahkan, berbagai rekomendasinya kerap menentukan berbagai kebijakan pendidikan Pemprov DKI saat itu.
Namun, Retno mengaku tidak memahami sikap sepihak Ahok yang memecat dirinya gara-gara tampil menyampaikan isu ujian nasional di salah satu televisi bersama menteri. Dia pernah memberikan klarifikasi, namun Ahok menutup pintu. Hal itulah yang membuat dia mengajukan gugatan. ”Saya menggugat bukan karena saya. Ini demi keluarga dan nama baik FSGI,” jelas Retno.
Meski begitu, Retno mengaku hubungannya secara pribadi dengan Ahok tidak memiliki masalah. Saat momen Lebaran, Ahok pernah mengirimkan ucapan salam Idul Fitri. Begitu pula saat momen Paskah dan Natal, Retno membalas dengan mengirimkan ucapan.