Eksplorasi Ide sampai Habis
Memotret dengan Model ”Tuyul Imut”
SURABAYA – Mendengar kata tuyul, sebagian orang berasumsi tentang makhluk halus, suka mencuri, perawakannya seperti bocah dan gundul. Tuyul yang ini tidak begitu. Berbeda. Ini merupakan sebutan untuk miniatur figure berukuran 1:87 yang kini tengah digemari sebagian orang.
Tidak hanya untuk dikoleksi, tuyultuyul imut itu kerap menjadi model untuk jepretan para pencinta fotografi. Salah satunya adalah Ki Joko Tumut yang baru saja mengadakan workshop di Kedai Kreasi pada malam Minggu (10/6).
”Ini istilahnya kita belajar bareng. Yang pengin tahu gimana cara motret miniatur, ayo kita fasilitasi di sini,” tutur lelaki bernama asli Nanang Efendi tersebut. Pukul 20.30, acara workshop malam pun dimulai.
Dunia miniatur belum lama dikenal oleh Nanang. Berawal dari fotografi dengan kamera ponsel, dia mulai melirik dunia miniatur pada 2016. Meski belum lama, koleksi miniaturnya lumayan banyak.
”Kurang lebih sekarang sudah ada 10 set. Kalau dihitung per biji, ya sekitar 200 lah. Soalnya, banyak juga yang belinya enggak per set,” tutur lelaki yang kini tinggal di Sidoarjo tersebut. Harga satu set miniatur itu tidak murah. Mulai ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Bergantung pada kelangkaan miniatur yang ingin dibeli. Pembeliannya pun bisa per biji, satu set, atau superset. ”Kalau yang superset ini, isinya sekitar 10 seri, kurang lebih 50 biji,” terang pria asli Kediri itu.
Banyaknya orang yang mulai menggemari fotografi miniatur itu membuat Nanang tidak mau hanya terbawa arus. Dia pun lebih memilih tema sehari-hari untuk diangkat sebagai cerita dalam jepretannya. Tidak hanya asal comot. Dia menyesuaikan dengan berita yang aktual. Tak jarang, karyanya adalah bentuk dari sebuah kritik sosial. Misalnya, jepretannya tentang Ramadan.
Dalam karyanya tersebut, lelaki yang bekerja di salah satu bank swasta itu menampilkan sesosok setan yang tengah dirantai. Maksudnya, jika pada Ramadan ini ada orang yang berbuat dosa, itu bukan karena setan, tetapi karena diri mereka sendiri. Wong setannya dirantai. Begitu kirakira maksud Nanang.
Meski terlihat gampang dan sederhana, rupanya memotret miniatur tidak semudah itu. ”Kendalanya ya bikin setting- an dan idenya. Di sini kita dituntut untuk kreatif,” lanjut Nanang. Karena itu, setiap kali memiliki ide, dia langsung mencari bahan untuk mewujudkan idenya dan diabadikan dengan menggunakan kamera ponsel.
Rupanya, bukan hanya Nanang yang demikian. Cak Sukir yang malam itu juga turut hadir sering melakukan hal yang sama. Mencintai dunia miniatur sejak September 2015, dia merupakan salah seorang yang sering memengaruhi Nanang hingga akhirnya tertarik pada dunia yang sama.
”Saya selalu bawa satu kotak di kantong. Begitu ada ide, di mana pun harus segera diwujudkan agar tidak lupa,” ucapnya. Figur pekerja menjadi miniatur favoritnya. Pasalnya, figur tersebut memiliki pose yang dapat ditempatkan dalam berbagai situasi.
Sama seperti Ki Joko Tumut, lelaki bernama Ahmad Joko Sukirno tersebut memiliki ciri khas sendiri untuk hasil jepretannya. Yakni, mengambil gambar action figure dengan latar belakang lumut.
Dia pun menekankan bahwa mereka yang ingin belajar memotret miniatur figure tidak berarti harus mengoleksi. Yang paling penting adalah mencari satu figur unik yang paling disukai, lalu dieksplorasi sampai habis.
Untuk memotret miniatur figur itu, kita dituntut untuk memiliki kreativitas yang tinggi, baru setelah itu skill fotografi. (dwi/c6/jan)