Mouly seperti Naik Level
Marlina Tuai Pujian di Cannes
JAKARTA – Marlina si Pembunuh dalam
Empat Babak ( Marlina the Murderer in Four Acts) diputar di Quinzaine des réalisateurs (Directors’ Fortnight) yang berlangsung paralel dalam Festival Film Cannes 2017 pada akhir Mei lalu. Pada festival yang level artistiknya sering dinilai lebih tinggi daripada Hollywood tersebut, film garapan Mouly Surya itu menuai banyak pujian. Mouly menjanjikan
Marlina yang dibintangi Marsha Timothy tayang di tanah air.
Festival Cannes berakhir pada 28 Mei. Mouly kembali ke Indonesia pada 30 Mei. Kegembiraan dan kebanggaan masih terlihat jelas di raut wajah director 36 tahun tersebut. ’’Bangga pasti, seneng banget juga,’’ kata Mouly ketika ditemui dalam acara HOOQ Filmmakers Guild di Fairmont Hotel, Senayan, Jakarta, kemarin (12/6).
Walau tahun lalu Mouly juga hadir di Festival Cannes, kedatangannya tahun ini sangat berbeda. ’’ Gimana ya, hal ini buat saya nggak bisa diungkapkan dalam kata-kata. Bukan seperti kamu lari, terus menang lomba. Buat saya, ini seperti saya naik level,’’ ujarnya berseri-seri.
Mouly mengungkapkan, sebelum berangkat, dirinya sempat dilanda rasa waswas dan takut. Sebab, berdasar pengalamannya datang ke Cannes, setiap kali ada film yang dianggap jelek, penonton tidak segan meninggalkan ruang skrining. ’’Itu seperti hukuman di tempat,’’ tutur Mouly.
Namun, setiba di sana, semua ketakutan itu hilang. Dia pasrah. Ternyata respons penonton yang terdiri atas kritikus, aktor dan aktris, serta sesama filmmaker tersebut sangat positif. Di Cannes, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak ditayangkan lima kali. Empat kali untuk publik dan sekali pemutaran bagi distributor. Dia tidak ikut dalam setiap pemutaran. Hanya, menurut pengamatannya, bioskop yang bisa memuat 850–1.000 penonton selalu penuh.
’’Saat saya menonton di salah satu film, ada satu bagian yang di situ mereka semua tepuk tangan. Sangat antusias dan responsif sekali mereka,’’ ungkap Mouly, lantas tersenyum lebar.
Antusiasme tinggi juga diperlihatkan audiens dalam sesi diskusi Marlina. Menurut Mouly, mereka tidak hanya memberikan pujian, tetapi juga ketertarikan mengulik film yang ide ceritanya dari Garin Nugroho tersebut. Banyak yang menanyakan tentang Sumba, setting film tersebut. Juga tentang budaya dan peran perempuan di Indonesia. Menurut Mouly, yang dipuji dari
Marlina adalah penyutradaraan yang lincah dan segar, pengambilan gambar yang keren, serta scoring musik yang mengesankan.
Hal itu sejalan dengan ulasan di sejumlah media. ScreenDaily menyebut
Marlina sebagai film yang enjoyable meski mengemban pesan feminisme yang kuat. ’’ Marlina mengemas hal-hal sederhana menjadi kisah yang indah untuk diceritakan, diiringi musical score yang benar-benar mencuri perhatian. Film yang sangat pantas diputar di Directors’ Fortnight.’’
’’Kita tidak mungkin mengabaikan capaian Mouly Surya di film ketiganya ini. Ini adalah kisah balas dendam yang mengerikan, tapi dikemas dengan sangat
stylish. Potret karakter perempuan kuat yang sangat marah dan tak tahan lagi.
Perfect fit untuk Directors’ Fortnight,’’ tulis Boyd van Hoeij, kolumnis The Hollywood
Reporter. ’’Intinya, keren,’’ tambahnya. Menurut sutradara yang menggarap What They Don’t Talk About when They Talk About Love itu, Marlina masih diputar di beberapa kota di Eropa. Mouly sedang berdiskusi dengan bioskop di Indonesia untuk penayangan di tanah air. ’’Bulannya belum pasti, mungkin November atau Desember,’’ jelasnya. Tidak sabar! (glo/c14/na)