Jawa Pos

Untuk Persebaya dan Indonesia

Pesepak bola profesiona­l tidak lahir begitu saja. Mereka biasanya muncul karena telah ditempa dalam sebuah kompetisi yang berjalan rutin dan kompetitif. Misalnya kompetisi internal yang konsisten menelurkan talentatal­enta hebat.

-

JACOB Sihasale, Andjiek Ali Nurdin, Rusdy Bahalwan, Rudy William Keltjes, Hadi Ismanto, Johny Fahamsyah, hingga Djoko Malis. Namanama itu menghiasi sepak bola nasional pada 1970-an. Disusul era Mustaqim, Syamsul Arifin, Putu Yasa, Maura Hally, Budi Yohanes, Yongki Kastanya, dan Yusuf Ekodono sebagai bagian dari skuad Persebaya saat menjuarai Perserikat­an 1987–1988.

Setelah itu, muncul generasi Uston Nawawi, Anang Maruf, dan Bejo Sugiantoro. Sampai akhirnya saat ini ada Andik Vermansah dan Evan Dimas yang menjadi andalan di timnas. Yang terbaru adalah Rachmat ”Rian” Irianto yang kini membela timnas U-19.

Semua pemain bertalenta itu memiliki kesamaan. Samasama lahir dari kompetisi internal Persebaya. Kompetisi internal tersebut diklaim sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia. Bukan hanya karena menghasilk­an banyak pemain untuk Persebaya maupun pemain yang dipanggil ke tim nasional (timnas), tapi juga karena konsistens­inya.

Sejak awal bergulir sampai sekarang, kompetisi internal Persebaya tidak pernah berhenti berputar. ”Bahkan, ketika dualisme dan klubklub dibekukan, kompetisi internal tetap berjalan. Tak pernah satu tahun pun berhenti berputar,” ujar Saleh Hanifah, direktur Bidang Amatir Persebaya.

Saat dualisme muncul pada 2010, 20 klub anggota Persebaya memang berkomitme­n terus memutar kompetisi dengan dana swadaya. ”Karena kalau berhenti, yang dikorbanka­n adalah pemain. Tanpa kompetisi, berarti tidak ada wadah untuk bertanding dan untuk apa berlatih,” jelas Saleh.

Hendrik Peter dari Bidang Pembinaan Persebaya berpendapa­t senada. Kompetisi yang rutin adalah kekuatan kompetisi internal Persebaya. Di tanah air, tidak banyak kompetisi yang bisa berjalan rutin setiap tahun. ”Kalau tidak rutin, agenda klub otomatis tidak berjalan dan pemain bagus bisa lari dari Surabaya,” ujar pemilik tiga klub anggota kompetisi internal Persebaya (Anak Bangsa, TEO, dan Semut Hitam) tersebut.

Selain rutin, kunci sukses kompetisi Persebaya bisa menelurkan pemain-pemain berbakat adalah menyelengg­arakan kompetisi sejak usia dini. Kejuaraan KU-12, KU14, dan KU-16 selalu diadakan. ”Masalah memang ada di pendanaan, tetapi sering ada bantuan dari berbagai perusahaan untuk bisa memutar kompetisi junior,” jelas Saleh, yang juga pemilik Indonesia Muda.

Dengan kompetisi kelompok umur, pemain akan terus dipantau. Tim pemandu bakat pun bisa mengetahui rekam jejak dan perkembang­an pemain, seperti bank data yang juga berguna meminimalk­an kemungkina­nkasuspenc­urian umur pemain.

Dalam jangka panjang, kompetisi usia dini itu juga bisa ditingkatk­an menjadi berbentuk akademi. Dengan begitu, pemain yang berbakat di tiap kelompokum­urdikelomp­okkan untuk berlatih bersama dan berkesinam­bungan. Hal itu tentu membantu Persebaya karena akan bisa membentuk tim yang siap turun di berbagai kejuaraan kelompok umur.

Tekad untuk menyelengg­arakan dan mengembang­kan kompetisi secara rutin serta berjenjang itulah yang membuat bibit-bibit pemain dari Surabaya terus bermuncula­n. Hasilnya pun tidak hanya dinikmati Persebaya. ”Kalaupun tidak diambil Persebaya, banyak pemain yang dipakai di klub lain,” jelas Saleh.

Contohnya banyak. Sebut saja Hariono yang dulu sempat membela HBS dan Indomaret maupun Tony Sucipto yang pernah bermain di Indonesia Muda. Dua pemain itu menjadi pilar di Persib Bandung serta timnas. Yang paling baru adalah Fahmi Al Ayyubi. Nama mantan pemain Putra Surabaya itu mulai moncer saat membela Persela Lamongan.

Sebagai alumni kompetisi internal yang belum berkesempa­tan membela Persebaya, para pemain itu tidak menutup kemungkina­n mereka untuk berkostum Green Force –julukan Persebaya– suatu saat nanti. ”Pemain mana yang tidak ingin main di klub sebesar Persebaya?” ujar Fahmi.

Muara kompetisi internal Persebaya adalah memproduks­i pemain-pemain berkualita­s untuk Persebaya. Dengan menggunaka­n pemain asli kompetisi Persebaya, tim tidak harus mengeluark­an banyak biaya untuk merekrut pemain. ( rpd/c11/dns)

 ?? ANGGER BONDAN-MUHAMAD ALI/JAWA POS ??
ANGGER BONDAN-MUHAMAD ALI/JAWA POS
 ??  ??

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia