Supaya Yang Malu Berani Berekspresi
Bulan Ramadan menjadi momen bagi umat muslim untuk meningkatkan amal ibadah. Di sekolah-sekolah, kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan semakin ditingkatkan.
PUKUL 09.30, waktunya istirahat bagi para siswa Sekolah Alam Insan Mulia (SAIM). Mereka mulai berhamburan keluar kelas. Ada yang bermain di halaman, ada pula yang duduk-duduk sambil mengobrol dengan temannya. Namun, tak semuanya asyik menikmati jam istirahat dengan bermain. Ada beberapa siswa yang harus melaksanakan tugas khusus hari itu. Yakni, menjadi penyiar dalam kegiatan Radio Ramadan SAIM. Mereka harus belajar bersikap profesional, mendahulukan tugas demi menghibur temanteman dan seluruh penghuni SAIM. ” Assalamualaikum, hai teman-teman. Hari ini Ambo akan menghibur kalian,” ucap Sultan Flambo Albana mengawali siaran. Kemarin (12/6) siswa kelas III Gandaria itu bertugas sebagai penyiar Radio Ramadan. Ambo tidak sendiri. Dia ditemani Ustadah Fira Karim dan Ustadah Ma’rufah. Selain itu, ada M. Hamzah Khadira Rahman dan M. Chalid Khadira Rahman. Si kembar dari TK B.
Sesi pertama diisi dengan pembacaan Surah Al Alaq sekaligus artinya oleh Ambo, Hamzah, dan Chalid. Ustadah Fira dan Mami Ipeh, sapaan Ustadzah Ma’rufah, memuji bacaan ketiganya. ”Semangat sekali bacanya, hayo ini pada puasa enggak?” tanya Ustadah Fira. ”Puasa!” ketiganya menjawab kompak. Kemudian, ustadah bertanya lagi. ”(Puasa) beduk atau sampai magrib?” sahutnya. ”Sampai magrib,” jawab Ambo, Hamzah, dan Chalid lagi-lagi secara bersamaan.
Kemudian, mereka bertanya kepada para siswa apa kuncinya bisa tetap ceria meski sedang berpuasa. Ambo yang berada paling dekat dengan keduanya langsung semangat menjawab. Rupanya dia selalu sahur dengan nasi sedikit, minum susu, dan minum air banyak-banyak. ”Berapa ember airnya, Ambo?” tanya Ustadah Fira sambil bercanda. ”Cuma tiga sampai lima gelas saja, ustadah,” jawabnya. Radio Ramadan hanya siaran satu jam saat waktu istirahat. Pukul 10.30, siaran selesai.
Koordinator kegiatan Ramadan SD Ustad Sukur Afandi menuturkan, kegiatan dimulai pukul 08.00. Para siswa dan guru berdoa bersama selama 15 menit. Setelah itu, mereka mengikuti materi di kelas. Kemudian, ada Radio Ramadan selama jam istirahat. ”Selama puasa tidak ada pelajaran akademik. Kalaupun ada, hanya satu jam sehari,” tuturnya.
Radio Ramadan diisi oleh siswa, mulai TK hingga SMA. Menurut Afandi, penyiar ditunjuk oleh anggota OSIS. Penunjukan tidak didasarkan pada siswa yang aktif dan pandai berbicara di depan umum. Justru mereka memilih siswa yang pemalu. Tujuannya pembelajaran agar mereka berani tampil dan berekspresi. (ant/c6/jan)