Legenda Blanggur Berganti Sirene Menara Suling
MASJID Jamik Gresik menjadi pusat pemerintahan masa Kanjeng Pusponegoro, bupati pertama Gresik, sekitar 1600 masehi. Dibangun pada era dakwah Syekh Maulana Malik Ibrahim, Masjid Jamik menjadi rujukan masjid-masjid lain di seantero Gresik. Waktu buka puasa Ramadan pun menunggu Masjid Jamik.
Salah satu yang paling dikenang adalah tradisi blanggur. Sebuah bunyi keras dari semacam peledak berbentuk bulat. Peledak itu ditembakkan ke udara sebagai penanda azan Magrib.
Mengapa disebut blanggur? Sejarawan Gresik M. Thoha menjelaskan, sebutan itu berasal dari suara peledak. Ketika dilontarkan ke udara, suara yang muncul adalah Dan, ketika meledak, terdengar suara Jadilah ”Tradisi tersebut sangat terkenal kala itu,” ujar Thoha. Blanggur memang sengaja dibuat takmir Masjid Jamik kala itu. Ada pengurus masjid yang menyediakan pe ledak seukuran batok kelapa dan dilengkapi sumbu. Peledak itu dimasukkan dalam tabung penembak. Yang melakukannya adalah seorang takmir bernama Nur Cholis. Ma sya rakat kerap memanggilnya Pak Alis.
”Begitu Pak Alis keluar bawa blanggur, anak-anak langsung mengikutinya,” kata Thoha yang menjadi penikmat setia blanggur pada dasawarsa 70-an saat menunggu buka puasa.
Selain menjadi penanda berbuka, blanggur adalah salah satu ikon wisata warga kota. Biasanya menjelang sore, alun-alun dipadati para penjaja makanan-minuman. Pengunjung langsung menyerbu begitu blanggur berbunyi.
Pada 1980- an, tradisi blanggur ditiadakan. Bahan peledak itu dianggap ber bahaya. Akhir nya, sekarang blanggur diganti bunyi sirene dari menara masjid. Ada pula sirene lain dari Menara Suling di Jalan Basuki Rah mad. Suaranya nyaring sekali. ( ris/ c7/ roz)