Perusahaan, Pesaing, dan Konsumen bak Cinta Segi Tiga
Dosen Unair Gancar Candra Premananto, Manfaatkan Lagu sebagai Media Pembelajaran Terobosan Gancar ini cukup inovatif. Lagu-lagu hit dimanfaatkan untuk menyampaikan materi kuliah di program magister manajemen. Topik yang sejatinya sulit jadi ringan. Belaja
DI tangan Gancar Candra Premananto, lagu Dia Milikku yang dipopulerkan Yovie & Nuno berubah menjadi bahan ajar yang menyenangkan. Ada filosofi yang bisa diambil dari lirik-lirik lagu yang pernah ngehit tersebut. Bukan sekadar perkara cinta. Tetapi juga untuk urusan belajar manajemen pemasaran di magister manajemen. Ya, lagu cinta segi tiga karya Yovie itu bisa dianalogikan sedemikian rupa di dalam kelas manajemen yang dibimbing Gancar. Dalam teori pemasaran, kata Gancar, ada tiga pihak yang terlibat. Perusahaan, pesaing, dan konsumen. ’’Itu juga seperti cinta segi tiga,’’ katanya pekan lalu.
Lulusan program doktor ilmu manajemen Universitas Gadjah Mada itu menyebutkan, hal penting dari pemasaran sebuah perusahaan sebenarnya memahami konsumen. Meski begitu, harus tetap mewaspadai kompetitor. Nah, hubungan itulah yang dianalogikan Gancar bak cinta segi tiga.
Kisah tersebut juga berlaku dalam lagu yang pernah dipopulerkan almarhum Chrisye. Lagu bertajuk ’’ Seperti yang Kau Minta’’ diibaratkan sebagai upaya yang dilakukan perusahaan
Yakni, usaha untuk mengambil hati konsumen milik para kompetitor. ’’Kita ibarat jadi pihak ketiga yang berusaha merebut konsumennya pesaing,’’ tuturnya.
Perusahaan juga harus bisa menganalisis loyalitas konsumen. Seorang konsumen harus dilihat seberapa tinggi loyalitasnya. Sebab, tidak semua konsumen bisa diperlakukan sebagai raja. ’’Kalau kontribusinya sedikit, ya di-reject aja,’’ tuturnya, lalu menyanyikan lagu Di-Reject milik Janeta Janet. Poinnya, lanjut dia, mengajak konsumen untuk setia. Seperti lagu yang dipopulerkan Fatin dan Armada.
Gancar menyebut belajar materi pemasaran dengan media lagu dirasa cukup efektif. Materi bisa lebih mudah dipahami mahasiswa. Gancar menerapkan metode pembelajaran tersebut sejak tiga tahun silam. Bahkan, dia mengunggah materinya dalam YouTube dengan judul Lagu Pemasaran 2.
Seperti lagu yang dekat dengan masyarakat, lelaki yang berulang tahun setiap 22 Juli tersebut juga ingin menunjukkan bahwa pemasaran itu riil dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, dalam bersosialisasi, butuh yang namanya manajemen pemasaran. Apalagi dalam berbisnis.
Menurut Gancar, pada dasarnya kita adalah produk. Karena itu, terdapat aktivitas pemasaran dalam masyarakat. ’’Menawarkan diri kita dan ide agar diterima pihak lain,’’ katanya.
Gancar lalu mencontohkan dirinya. Ketika memberikan materi kuliah, dia tidak melulu menggunakan metode classical. ’’Supaya tidak boring. Jadi, ada grab attention ke mahasiswa. Termasuk lewat lagu,’’ jelasnya.
Secara pribadi, Gancar memang suka menyanyi. Karena itu, dia nyaman ketika mengajar dengan menggunakan lagu. Sejak SD dia ikut paduan suara. Suami dari Rurin Nurindra tersebut juga ikut lomba lawak dan pantomim ketika SMP. Lomba gambar dan lukis pun pernah diikuti.
Hanya, meski suka menyanyi, Gancar tidak bisa bermain musik. Dia bekerja sama dengan orang lain dalam menotasikan lagu. Gancar yang membuat liriknya, sedangkan rekannya membuat musik.
Lagu perdananya berjudul Azarine (Bidadari Indahku). Lagu itu juga diunggah ke YouTube awal Juni. Lagu tersebut, kata Gancar, didedikasikan untuk almarhum putrinya yang meninggal saat masih berusia 11 bulan pada 2003. Dia meninggal karena sesak napas.
Melalui lagu itu, Gancar merasa belum bisa menjadi ayah yang baik. Putrinya sudah pergi menghadap Yang Kuasa. Apalagi, Gancar juga tergolong baru menjadi seorang ayah bagi kedua anaknya yang saat itu masih kecil-kecil. ’’Tapi, sebenarnya itu bukan lagu kesedihan, melainkan lagu bahagia karena almarhum putri saya sudah bahagia di atas sana,’’ ungkapnya.
Kini Gancar dikaruniai tiga anak laki-laki. Sebagai satu-satunya perempuan, Gancar menyebut almarhum putrinya itu sudah memberikan kebahagiaan kepada keluarga. Gancar senang bisa berbagi rasa lewat lagu. Apalagi jika bisa menginspirasi orang lain. Karena itu, dia tidak segan berbagi pemahaman materi kuliah melalui lagu.
Tidak cukup dengan lagu, Gancar juga mengajak para mahasiswanya untuk aktif berkegiatan sosial. Dalam pembelajaran, dia sering mengerahkan para mahasiswanya untuk berinovasi membuat kegiatan. Mengusung tagline: shaping innovative leader alias membentuk pemimpin inovatif, dia ingin para mahasiswa bisa bermakna buat orang lain.
Tidak terkecuali saat kegiatan Ramadan seperti saat ini. Kamis (15/6) Gancar dan para mahasiswa magister manajemen bertandang ke Kampung Anak Negeri. Mereka memberikan bantuan dan edukasi tentang kewirausahaan. Berbagi memang bukan sekadar filantropi. Apalagi bagi mahasiswa yang merupakan pemimpin inovatif. Harus kreatif dan inovatif. ’’ Do something else, do something more, do something innovative,’’ kata Gancar.
Di kampusnya sudah tersedia seperangkat alat musik di ruang baca. Ada keyboard, gitar, jimbe, dan lain-lain. Alat musik itu bisa digunakan para mahasiswa untuk me- refresh diri. Gancar menyebut otak kanan juga perlu distimulasi dengan baik untuk mengasah kreativitas. ’’Supaya seimbang dengan otak kiri,’’ katanya.
Terkait dengan kreativitas, pernah suatu ketika Gancar menghelat corporate social responsibility. Bentuknya berupa ludruk. Ludruk dipilih bukan tanpa alasan. Berdasar pandangan Gancar, kondisi Kampung Seni THR tampak memprihatinkan. Meski berjuluk kampung seni, tidak banyak orang yang terpikir untuk datang. Meski tiket pertunjukan dibanderol sangat murah. Tentu, besaran tiket itu tidak cukup untuk kesejahteraan para pemain ludruk. Apalagi jika penonton yang datang hanya segelintir.
Gancar kemudian memutar otak. Animo masyarakat harus didorong untuk datang ke Kampung Seni THR. Mahasiswa pun dilibatkan. Pertunjukan ludruk dihelat. Gancar bertindak sebagai sutradara sekaligus salah satu pemainnya.
Pertunjukan ludruk ala magister manajemen tersebut berlangsung cukup sukses. Bahkan sudah tiga kali berlangsung. Biaya tiket dibanderol lebih manusiawi dan menghargai karya seni. Hasilnya pun tidak mengecewakan. Baik pertunjukan maupun pemasukan cukup memuaskan. ’’Hasil penjualan tiket diberikan untuk para pemain ludruk,’’ tuturnya.
Ada kebanggaan dan kepuasaan tersendiri di kalangan para mahasiswa setelah memainkan ludruk. Yang paling terlihat adalah rasa haru karena bisa membantu sesama. Apalagi saat itu para pemain kekurangan duit untuk mudik. Mereka pun bersyukur bisa jadi mudik dengan uang tersebut. ’’Kami bahagia, mereka juga bahagia,’’ paparnya.
Ludruk memang menjadi salah satu bentuk kreativitas yang bisa ditumbuhkan. Gancar menyayangkan potensi ludruk yang kurang dilihat untuk sebuah showbiz. Padahal, potensinya cukup besar laiknya Cabaret Show di Thailand, Nanta Show di Korea, ataupun kungfu di Taiwan.
Karena itu, tidak heran jika kini Gancar bercita-cita ingin membuat megaludruk. Dia membayangkan ada Cak Lontong, Cak Kirun, dan pelawak lainnya yang mungkin bisa ikut membantu meramaikan megaludruk tersebut. ’’Yang nonton pengusaha dan pemerintah,’’ ucap laki-laki yang berharap ada gedung sendiri untuk ludruk. Terkait megaludruk, Gancar mengatakan sudah punya jalan cerita tersendiri yang ingin direalisasikan.
Ya, kreativitas dan jiwa sosial memang harus diasah dan ditumbuhkan. Tidak terkecuali bagi mahasiswa manajemen. Harus kreatif. Apalagi di era VUCA seperti saat ini. Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. Ketidakpastian, ambiguitas, faktor politik, dan lain-lain saling memengaruhi performa bisnis.
Manajemen, ujar Gancar, berkaitan dengan ilmu dan seni. Penerapan atau aplikasi ilmu butuh kreativitas otak kanan. Karena itu, dia mendorong mahasiswa untuk belajar berdasar pengalaman alias experience based learning. ’’Kami dukung kegiatan mahasiswa, tapi do something different,’’ jelasnya.
Sebisa mungkin, kata dia, jangan me too programme alias mengekor. Gancar menyebutnya harus CNN. Yakni, menjadi creative people, bergerak di new zone atau zona baru yang belum dimasuki orang lain dan menjalankan new programme. ’’Seorang manajer harus asah hobi, bukan hanya intelektual, tapi juga otak kanan,’’ jelasnya. (*/c15/git)