Untuk Lebaran Bisa Habiskan 125 Kilogram Adonan
Kerja keras harus dilakukan Siti Hasihah, salah seorang produsen makanan khas Trenggalek alen-alen, bersama karyawannya. Hari Raya Idul Fitri 1438 Hijriah yang semakin dekat membuat jajanan khas yang dia buat diborong pembeli. Upaya Siti Nasihah, Salah Se
KEMARIN (21/6) Jawa Pos Radar Trenggalek melintasi Jalan Raya Bendorejo, Kecamatan Pogalan. Di tengah panas terik matahari yang menyengat kulit, beberapa orang membanjiri area salah satu rumah di daerah tersebut.
Saat itu mereka terlihat asyik memilih jajanan khas Trenggalek dan menimbangnya untuk dibawa pulang. Kerumunan tersebut muncul karena mereka ingin membeli alen-alen serta beberapa jajanan lainnya yang dijual di tempat itu untuk keperluan Lebaran.
Bukan hanya itu, setelah koran ini masuk kios, di belakang kios, terlihat aktivitas pembuatan alen-alen. Tampak beberapa pekerja yang mengaduk, membentuk, dan menggoreng adonan supaya siap dijual.
”Semoga stok jajanan yang kami miliki ini cukup untuk kebutuhan pelanggan, khususnya saat Lebaran nanti,” ungkap Siti Nasihah, produsen alen-alen, di tempat tersebut.
Bersamaan dengan itu, dia menerangkan bahwa aktivitasnya menjelang Lebaran seperti saat ini meningkat. Ternyata, di balik keuntungan dengan meningkatnya pembeli jajanan tersebut, Nasihah harus bersusah payah mencukupinya.
Sebab, saat ini dia memiliki keterbatasan alat produksi sehingga hanya bisa memaksimalkan tenaga 10 pekerja yang membantunya setiap hari. Apalagi, seluruh pekerjanya itu beragama Islam. Dipastikan, pada H-1 Lebaran atau Sabtu (24/6), mereka meminta libur untuk persiapan Lebaran bersama keluarga.
”Karena itu, tidak ada hal yang kami lakukan selain menggenjot produksi. Namun, namanya manusia, apalagi saat ini berpuasa, tenaganya terbatas. Jadi, tidak ada patokan khusus,” katanya.
Jadi, dia hanya memaksimalkan tenaga pekerja yang ada dengan memastikan seluruh peralatan yang digunakan bisa beroperasi sebagaimana mestinya. Sebelum pekerjanya memulai kegiatan, Nasihah selalu mengecek peralatan lebih dulu. Misalnya, membersihkan tempat untuk mengeringkan dan membentuk adonan hingga menyiapkan tungku gas sebagai penggorengan.
Bukan hanya itu, dia menambah seluruh pekerja di beberapa bagian berdasar kemampuan atau keahlian yang dimiliki. Misalnya, menyiapkan, membuat, menggoreng, dan mengemas adonan. Tujuannya, semuanya tetap fokus pada pekerjaan masing-masing.
Jadi, dalam sehari, Nasihah mampu meracik 125 kilogram adonan untuk dijadikan 70 kilogram alen-alen. ”Saya juga mengurangi pasokan ke kios lain agar bisa memenuhi permintaan. Sebab, seminggu menjelang dan sesudah Lebaran jumlah pembelinya hampir sama dengan tiga bulan pada hari biasa,” jelas nenek 55 tahun tersebut.
Untuk menyiasati pilihan rasa konsumen agar tidak bosan, dia memberikan empat varian rasa pada alen-alen buatannya itu. Misalnya, rasa bawang pada umumnya, balado, jagung manis, dan original. Hal tersebut cukup mampu memenuhi permintaan para konsumen saat ini.
Sementara itu, kebanyakan pembeli berasal dari wisatawan luar kota yang berkunjung ketika Lebaran. ”Saya telah memiliki pelanggan pasti setiap tahun. Jadi, sebisanya berbuat maksimal agar mereka tidak kecewa setelah datang,” ungkap nenek tiga cucu tersebut. (*/and/c24/diq)