Jawa Pos

93 Pasien di IGD Harus Dirawat di Ruang Resusitasi

Selama libur Lebaran 2017, pihak RSUD dr Soetomo tidak pernah sepi pasien. Selama seminggu, mulai 23 Juni hingga 1 Juli, tim dokter melakukan operasi besar terhadap 55 orang pasien atau rata-rata delapan pasien setiap hari. Belum lagi operasi minor dan pe

-

MENJADI rumah sakit rujukan terbesar di wilayah timur Indonesia membuat RSUD dr Soetomo tidak pernah sepi pasien. Termasuk saat Lebaran. Meski hanya membuka pelayanan di ruang instalasi gawat darurat (IGD), pasien tetap silih berganti keluar masuk ruang tindakan. Ada yang datang karena kecelakaan, sesak napas, terluka bakar, sakit jantung yang kambuh, dan berbagai keluhan lain.

Misalnya, yang dialami Satimah. Dia merupakan pasien rujukan dari RSUD Bangkalan, Madura. Ketika datang, kondisi perempuan 44 tahun itu tampak lemah karena sakit jantung yang dideritany­a. Dia sempat tidak sadarkan diri ketika tiba di ruang IGD RSUD dr Soetomo.

Kecemasan menyelimut­i keluarga yang mengantar. Air mata tak lagi dapat dibendung. Doa pun terus dipanjatka­n untuk kesembuhan dan keselamata­n ibu satu anak tersebut. Kabar baik akhirnya datang. Seorang perawat memberi tahu bahwa Satimah telah sadar. Sang suami langsung menghambur ke ruang penanganan.

”Semoga lekas membaik dan bisa segera pulang,” ucap Siha, kakak kandung Satimah, dengan berurai air mata. Dia menceritak­an, adiknya ditangani dengan jalur umum, bukan jaminan kesehatan lain. Alasannya, sang adik dapat segera ditangani. Harga mahal tidak menjadi masalah.

Selain Satimah, ada 322 pasien lain yang masuk rumah sakit (opname) pada 23–30 Juni. Sementara itu, ada 93 orang yang harus masuk ruang resusitasi. Yakni, mereka yang memiliki tingkat kegawatan paling darurat. Operasi terus dijalankan meski tidak sebanyak hari biasa. ”Selama libur Lebaran, kami memiliki program operasi over night surgery (ONS) di kamar operasi IGD. Jadi, tindakan operasi tetap dilakukan jika ada pasien yang memang harus segera mendapat penanganan,” ungkap Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD dr Soetomo dokter Tri Wahyu Martanto SpOT (K) kemarin (1/7). Program tersebut diterapkan agar tidak terjadi penumpukan pasien di ruang rawat inap.

Sementara itu, hanya ada dua korban mercon yang dioperasi pada musim Lebaran ini. ”Keduanya adalah anak-anak. Yang satu harus diamputasi karena telunjukny­a sudah hancur. Sementara itu, yang satu masih bisa diperbaiki sehingga tidak perlu diamputasi,” jelasnya. Selain bedah, RSUD dr Soetomo tetap melayani pasien hemodialis­is. ”Sehari sekitar 90 pasien datang ke ruang hemodialis­is,” lanjutnya.

Jumlah pasien bedah yang harus diopname melalui poliklinik atau instalasi rawat jalan juga dikurangi. Tujuannya, mengantisi­pasi adanya lonjakan pasien yang harus menjalani rawat inap lewat IGD.

Program tersebut, sepertinya, berhasil membuat ruang rawat inap tampak lengang. Koridor yang biasanya penuh dengan lalulalang para penunggu pasien memang terlihat begitu sepi. Hanya satu dua orang yang duduk di selasar lorong ruang rawat inap. ”Tapi, nanti Senin kemungkina­n mulai penuh. Sebab, pasien dari poli rawat jalan sudah masuk lagi sesuai daftar tunggunya,” imbuhnya. (dwi/lau/c16/ano)

 ?? AHMAD KHUSAINI/JAWA POS ??
AHMAD KHUSAINI/JAWA POS

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia