Buat Buku Tuntunan Peduli Lingkungan
KESIBUKAN Sastro sebagai kepala sekolah dan pengajar tidak membuatnya abai dengan persoalan lingkungan di sekolah. Terutama dalam membangun lingkungan yang hijau, bersih, dan sehat.
Untuk menciptakan kondisi tersebut, Sastro telah memiliki beberapa program lingkungan nyata yang diterapkan di sekolah. Di antaranya, penanaman pohon, pembuatan kompos, serta gerakan memungut sampah. Selain itu, beberapa pokja dibentuk untuk menangani masalah lingkungan di sekolah.
”Setiap Jumat, misalnya. Kami adakan Jumat bersih. Semua warga sekolah harus ikut kegiatan tersebut,” tegasnya. Selain gerakan nyata, untuk meningkatkan pemahaman cinta lingkungan seluruh siswa, Sastro membuat buku khusus bertema lingkungan. Tidak tanggung-tanggung, dia langsung membuat enam buku untuk siswa kelas I hingga VI.
Untuk setiap jenjang, Sastro membedakan materi buku tersebut berdasar kemampuan berpikir siswa. Semakin tinggi kelas siswa, materi lingkungan yang diberikan semakin luas.
Dia mencontohkan buku untuk kelas I. Materi yang digunakan sebatas mengenai lingkungan keluarga. Sementara itu, untuk kelas VI, materinya terdiri atas lingkungan fisik dan sosial. ”Dalam materi lingkungan kelas atas ini, juga diajarkan karakteristik kondisi lingkungan beberapa daerah di Indonesia,” jelas bapak tiga putra itu.
Buku yang rampung ditulis pada 2013 tersebut sengaja dibuat untuk mempermudah siswa dalam memahami lingkungan. Latar belakangnya, selama ini belum banyak buku soal lingkungan yang tersedia. Siswa sering kesulitan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan. (elo/c23/nda)
ruang kelas V di SDN Babatan V terlihat ramai pada Sabtu (17/6). Para siswa terlihat menulis sebuah pertanyaan pada secarik kertas. Setelah rampung, mereka meremas kertas itu hingga membentuk bola seukuran kepalan tangan.
Belasan siswa tersebut lantas membuat dua saf barisan. Mereka saling berhadapan. ”Ayo, sekarang kertasnya dilempar ke atas,” kata Kepala SDN Babatan V Sastro, mempraktikkan metode ajar STAV ciptaannya.
Lemparan bola-bola kertas ke udara langsung disambut seruan riuh. Mereka berebut mendapat bola kertas. Setelah seluruh murid memperoleh bola kertas, Sastro menunjuk salah seorang siswa. Dia membuka kertas dan membacakan soal yang tertulis di dalamnya.
Seluruh pertanyaan yang ditulis para siswa merupakan soal cerita. Pertanyaan itu bersumber dari video yang mereka tonton sebelumnya. Ragam soal yang muncul wajib dijawab. Jika ada murid yang tidak bisa, siswa lainnya boleh membantu menjawab pertanyaan.
Metode yang dibuat Sastro pada 2013 tersebut bertujuan membantu siswa dalam memahami isi cerita. Terutama dalam pelajaran bahasa Indonesia. Melalui metode yang memiliki unsur video, game, dan keaktifan siswa, Sastro ingin mendobrak cara lama guru dalam menyampaikan materi pemahaman cerita.
Selama ini, materi pemahaman soal cerita dalam pelajaran bahasa Indonesia dilakukan secara monoton. Siswa disuruh membaca isi cerita sampai habis. Setelah itu, siswa ditugaskan menjawab pertanyaan dari guru mengenai soal cerita yang dibaca.
Guru dengan pemahaman lamanya sering kali hanya membantu menyampaikan cara membaca soal. Akibatnya, suasana pembelajaran menjadi pasif. Guru hanya memberikan materi, sedangkan siswa menerimanya. Menurut Sastro, kondisi tersebut rawan menurunkan semangat belajar siswa.
Metode STAV mengusung sistem pembelajaran yang menyenangkan dan menarik. Dalam memahami cerita, Sastro tidak menggunakan text book, melainkan media film. Film dipilih karena memiliki sejumlah keunggulan. Salah satunya, siswa bisa melihat langsung perbedaan karakter melalui pengetahuan visual yang lebih hidup.
”Anak itu kan sebenarnya butuh contoh konkret. Nah, dengan media film, siswa akan lebih paham,” jelas pria yang jago menari tarian tradisional tersebut.
Untuk mengumpulkan berbagai video berisi cerita anak itu, Sastro memanfaatkan barang bekas. Yakni, CD film serial cerita dari setiap pembelian susu formula anaknya. ”Jadi, sebenarnya, media CD ini merupakan barang bekas,” ungkapnya kepada Jawa Pos.
Selain lebih mudah dipahami siswa, STAV dapat mengasah kreativitas. Melalui rangkaian metode STAV, siswa diajak berpikir logis dan cepat menemukan jawaban.
STAV juga dirancang untuk melatih gerak badan siswa selama pelajaran berlangsung. Siswa bisa selonjoran, duduk, dan berlari selama metode tersebut diterapkan. ”Siswa akan lebih bersemangat karena tubuh mereka banyak bergerak,” tuturnya.
Meski terlihat sederhana, metode STAV milik Sastro tidak bisa dianggap remeh. Pada 2013, metode STAV pernah dibawa dalam seleksi guru berprestasi tingkat Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur, dan nasional. ”Saya dapat juara II guru berprestasi tingkat nasional dari metode sederhana ini,” ucapnya. (elo/c18/nda)