Tembus 9.000 Peserta, Start Butuh 30 Menit
Juara Tour de France Jadi Bintang Tamu Maratona dles Dolomites
CORVARA – Maratona dles Dolomites benar-benar terasa seperti ajang gran fondo terbesar di dunia. Minggu kemarin (2/7) lebih dari 9.000 peserta turut serta, mewakili lebih dari 70 negara. Saking banyaknya peserta, start harus dibagi dalam empat kelompok, memakan waktu total lebih dari 30 menit.
Maratona edisi ke-31 kemarin dimulai di La Villa, kawasan resort Alta Badia di Pegunungan Dolomites, Italia. Rute utama menempuh jarak 138 km, melintasi 7 gunung, dengan total menanjak 4.230 meter. Ada pula rute medium (106 km) dan rute pemula Sellaronda (55 km).
Start pada pukul 06.30, kelompok pertama yang berangkat adalah mereka yang benar-benar balapan. Semua peserta memang memakai timing chip dan ada gelar juara untuk peserta yang finis pertama. Banyak mantan pembalap profesional yang ikut serta. Termasuk bintang utama Maratona 2017: juara Tour de France 2012 asal Inggris, Bradley Wiggins.
Tidak lama kemudian, kelompok kedua start, sepenuhnya berisi peserta perempuan. Baru peserta lain dibagi dalam dua kelompok di belakang. Rombongan Jawa Pos Cycling, berisi 14 cyclist asal Indonesia, berada di kelompok start kedua dan ketiga.
Mayoritas peserta memang hadir bukan untuk balapan. Tapi, bukan berarti mereka bisa santai. Selain terbesar, Maratona dles Dolomites juga dikenal sebagai yang paling berat. Mereka diberi batasan waktu untuk menyelesaikan ketiga rute yang disediakan.
Kelompok Sellaronda harus kelar sebelum pukul 13.00. Sedangkan kelompok full dan medium diberi waktu sampai pukul 16.15. Alias total sembilan jam harus tuntas. Boleh berhentiberhenti atau langsung, terserah peserta. Panitia menyediakan beberapa titik untuk mengisi botol minum dan mengonsumsi makanan ringan.
Cuaca dingin, di bawah 10 derajat Celsius, memaksa peserta untuk membawa pakaian lengkap. Membawa vest atau jaket tambahan. Dengan peserta begitu banyak, konsentrasi penuh harus terus dijaga.
”Tanjakan-tanjakan awal penuh dengan cyclist dengan berbagai tingkat kemampuan. Paling mendebarkan saat turunan-turunan awal. Selain terasa dingin luar biasa karena masih pagi, kami juga harus memperhatikan para peserta lain. Harus benar-benar menjaga jarak dan siaga seandainya ada yang mengerem atau bergerak mendadak,” tutur Cipto S. Kurniawan, peserta asal Pasuruan.
Perjalanan lengkap rombongan Indonesia plus bagaimana menyelenggarakan event sebesar Maratona dles Dolomites bisa dibaca di media ini dalam beberapa hari ke depan.