Jawa Pos

Latih Anak Berwirausa­ha, Siap Jadi Ikon Wisata

Kelurahan Sukolilo Baru punya tradisi unik setelah Idul Fitri. Warga yang punya anak berusia kurang dari 12 tahun selalu menyediaka­n menu ketupat di depan rumah masing-masing.

- GALIH ADI PRASETYA

RAFA dan Rafi sibuk meladeni pembeli. Bocah kembar berusia tujuh tahun tersebut dengan cekatan mengambil beberapa potong ketupat. Kemudian, sayur lodeh pepaya dia tuang ke atasnya. Tidak sabar, warga yang mengantre segera mengambil mangkuk styrofoam itu dari tangannya, lalu melahap makanan tersebut.

Pemandanga­n itu bisa ditemui kemarin (2/7) dalam Festival Ketupat Mini (FKM) di Kelurahan Sukolilo Baru. Tepatnya di angkringan matahari. Letaknya di sebelah timur jalan keluar Jembatan Suroboyo. Belum jelas kapan kali pertama FKM diadakan. Warga tahunya tradisi tersebut ada sejak lama.

Pada event itu, terlihat sebelas meja berjajar. Di atasnya tersaji ketupat dan lepet, lengkap dengan sayurnya. Lauk tambahan seperti kerupuk dan rempeyek udang juga ada. Anak-anak yang mengenakan kebaya tampak bersiap di belakang lapak masing-masing. Umur mereka rata-rata 7–10 tahun. Semua didampingi orang tuanya. Mereka siap menyambut pengunjung yang datang.

Acara itu dibuka Camat Bulak Suprayitno. Acara seremonial tersebut hanya sebentar. Setelah membuka acara, Suprayitno bergegas ikut mengantre untuk mencicipi ketupat. Ini bisa jadi magnet wisata tambahan di sini. Harus kita lestarikan,” ujarnya.

Aksi Suprayitno diikuti warga dan wisatawan yang kebetulan berkunjung ke Jembatan Suroboyo. Mereka segera menggerudu­k lapak-lapak ketupat. Enak lodehnya, beda dengan biasanya. Ada campuran rajungan sama pelatak (udang batu, Red),” ujar Supendi yang kebetulan sedang bersepeda di Jembatan Suroboyo.

Memang, menu yang disajikan tidak jauh dari hasil olahan laut. Contohnya, bakso udang yang menjadi incaran warga. Udangnya terasa banget. Yang bikin nagih ada gorengan udangnya,” ujar Afrizal Eka Putra.

Anak-anak yang menunggu lapak terlihat cekatan melayani pengunjung. Mereka telah mahir menyajikan ketupat sayur. Selain ketupat sayur, ada sayur lain seperti gulai, sambal goreng puyuh, sup, dan bubur madura. Ada pula berbagai minuman seperti es blewah, es manado, dan es cao.

Tidak sampai sejam, lapak-lapak tersebut mulai kehabisan stok. Pengunjung memang terlihat antusias. Maklum, semua menu yang disajikan gratis. Semua boleh nambah sepuasnya. Silahkan ngantre dan ambil sampai kenyang,” ujar Koordianto­r Festival Ketupat Mini Tri Eko Sulistyowa­ti.

Dia menyatakan, festival itu biasanya diadakan di depan rumah warga. Pengunjung yang ingin mencicipi menu ketupat harus mengantre dulu. Namun, kali ini warga ingin FKM menjadi lebih besar dan bisa menjadi ikon wisata. Karena itu, kami jadikan satu seperti ini. Semoga responsnya bagus dan bisa lanjut lagi tahun depan,” ujar Tri. Dia menjelaska­n, tradisi tersebut merupakan ungkapan syukur atas rezeki yang mereka terima selama setahun mereka menjalani kehidupan. Mereka mengungkap­kan syukur dengan berbagai cara. Kami ingin mengajarka­n kepada anak-anak dengan memberikan contoh seperti ini,” ujarnya.

FKM itu juga melatih anak-anak berwirausa­ha. Secara tidak langsung, mereka belajar cara berjualan. Potensi wilayah ini sangat besar. Bisa dilihat sepanjang jalan banyak orang jualan,” ujar Suprayitno.

Dia, bahkan, berencana menjadikan kegiatan tahunan tersebut menjadi agenda rutin. Tentu dengan konsep yang lebih meriah. Kami adakan lomba membuat ketupat paling besar tahun depan,” ucapnya disambut tepuk tangan warga.

Dia pun berencana mengajukan ke Dinas Pariwisata Surabaya agar FKM mendapatka­n dukungan sepenuhnya dari Pemkot Surabaya.

 ?? AKHMAD KHUSAINI/JAWA POS ?? TIDAK SABAR: Warga Sukolilo Baru berdesak-desakan demi menikmati ketupat gratis dalam Festival Ketupat Mini kemarin.
AKHMAD KHUSAINI/JAWA POS TIDAK SABAR: Warga Sukolilo Baru berdesak-desakan demi menikmati ketupat gratis dalam Festival Ketupat Mini kemarin.

Newspapers in Indonesian

Newspapers from Indonesia