Ajak Petani Kreatif Olah Hasil Panen
SIDOARJO – Swasembada pangan sudah berlaku di Desa Seketi sejak 2014. Apalagi, lahan sawah di desa di Kecamatan Balongbendo itu seluas 144 hektare. Sekitar 90 persen dari luas itu ditanami padi. Sebagian kecilnya ditanami tebu dan palawija.
”Padi yang menjadi andalan di sini. Kami juga menggunakan teknologi dalam proses penanaman,” terang Kepala Desa Seketi Seger Purwanto. Misalnya, penanaman dengan menggunakan mesin tanam. Selain mempersingkat waktu penanaman, biaya dan tenaga turut dihemat. Satu operator bisa menanami 5 hektare lahan dalam sehari.
Untuk cara tanamnya, mereka menggunakan sistem jajar legowo. Itu mempermudah pemeliharaan seperti pemupukan dan perawatannya. Hama tikus jadi lebih mudah dikendalikan. Sirkulasi udara lebih lancar. Produktivitas juga meningkat. ”Sistem pengairannya juga sudah berjalan dengan baik, bibit unggul juga ada di sini,” terang Seger. Bahkan, saat musim kemarau, petani di Desa Seketi tetap bisa menanam padi.
Kekompakan petaninya juga patut diacungi jempol. Ada program rutin bersama seluruh petani dan perangkat desa. Mereka bergotong royong membersihkan hama rumput dan tikus. Namun, petani masih mengeluh murahnya harga padi saat musim panen.
Menanggapi hal tersebut, Koordinator Penyuluh Pertanian Kabupaten Sidoarjo Muhammad Machfudz meminta petani tidak perlu menjual semua padi saat musim panen. Kalau bisa, jual sesuatu yang lain hasil dari pengolahan padi. ”Misalnya, padi tadi bisa digiling sampai jadi beras, lalu beras tersebut digunakan untuk bahan jajanan,” katanya. ”Dengan begitu, dari pertanian bisa merambah ke ranah pengembangan usaha juga,” lanjutnya. Petani juga bisa mengembangkan usaha dengan jualan jajanan. Bukan hanya jualan padi. ”Nah, di Seketi ini kan sudah ada pengembangan usaha pembuatan keciput, seperti itu kan menarik. Jadi, tidak hanya dijual bentuk padi,” imbuhnya.
Dengan begitu, dari pertanian bisa merambah ke ranah pengembangan usaha juga.” Muhammad Machfudz Koordinator Penyuluh Pertanian Sidoarjo