Kisah Pangeran di Atas Ice Rink
SURABAYA – Film-film Disney tentang putri dan pangerannya mengisi memori dan terkenang sepanjang masa. Terinspirasi cerita-cerita itu, pemain ice skating yang berasal dari komunitas
ice skating di Surabaya menciptakan tarian dan atraksi bertajuk The Prince.
Icetraction yang ditampilkan setiap Sabtu dan Minggu pukul 16.00 dan 19.00 di atrium Grand City itu disutradarai Jonie Hermanto. Dia menggabungkan beberapa cerita ke dalam pementasan berdurasi 30 menit. Kalau biasanya cerita mengambil sudut pandang putri, kali ini sebaliknya. ”Saya ambil angle dari pangerannya,” ucapnya saat ditemui kemarin (2/7).
Dikisahkan seorang pangeran yang sedang mencari jati diri. Tokoh tersebut diperankan Richard Andaritji. Richard merupakan atlet ice
skating. Setidaknya sejak tahun ’90-an dia berkecimpung di olahraga tersebut. Pria 33 tahun itu pernah tampil untuk mengikuti kompetisi serta pertunjukan di Malaysia, Filipina, dan Singapura.
”Mau jadi pangeran yang seperti apa aku? Apakah pangeran romantis seperti di cerita Cinderella, heroik seperti Aladdin, atau si magic Harry Potter?” ucapnya dalam dialog yang direkam. Dia memasang ekspresi gundah sambil mondar-mandir dengan berseluncur. Satu per satu khayalannya terwujud melalui atraksi ice skating dari para pemeran pendukung. Cerita ditutup dengan pangeran yang memutuskan untuk tidak meniru siapa pun dan memilih menjadi diri sendiri.
Sementara itu, tak kalah menakjubkan atraksi dari Melania Agustina. Dia memerankan tokoh Jasmine. Melani –sapaannya– telah memiliki sertifikat dan lulus sebagai atlet ice skating dari Ice Skating Institute (ISI) kategori Freestyle Grade 4. Dia pun pernah meraih tiga medali emas pada Skate Asia 2001 di Hongkong.
Dengan predikat tersebut, perempuan 31 tahun itu terlihat mahir melakukan berbagai atraksi, mulai one foot spin, salchow jump, hingga spiral. Penonton pun memberikan tepuk tangan meriah setelah melihat atraksinya. Tampil pula Julius Juarsa, Inge Silvia, Paulina Wilopo, dan pemain lain yang juga merupakan atlet ice skating kawakan. Mereka semua berasal dari komunitas ice skating Surabaya yang berjaya di era ’90-an.
”Tak ada lagi tempat latihan permanen (kini, Red). Akhirnya, atlet-atlet bubar. Ada yang tetap menggeluti ice skating di Jakarta maupun pindah profesi,” ungkap Paulina. Kembali menapakkan kaki di ice rink setelah lama vakum menjadi tantangan bagi para pemain. Demi tampil maksimal, mereka berlatih setiap malam setelah mal tutup. ”Pemanasannya harus lebih kencang. Soalnya, mereka (atlet, Red) sudah bertahun-tahun tak berseluncur,” ucap Jonie.