Nilai Merah Tinggal Pengaturan Rest Area
Penanganan Arus Mudik Tahun Ini Jauh Lebih Baik
JAKARTA – Pemerintah berhasil meningkatkan pelayanan kepada pemudik Idul Fitri 2017. Itu ter indikasi dari turunnya angka kecelakaan. Kemacetan parah seperti di Brexit tahun lalu tidak ada lagi
Koordinasi antara Polri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Perhubungan (Kemenhub), serta instansi lain berjalan sangat baik. Operasi Ramadniya yang dijalankan untuk mengawal para pemudik berhasil menekan angka kecelakaan sekaligus korbannya.
Sebagaimana data Korlantas Polri, angka kecelakaan sejak H-6 hingga H+6 Lebaran mencapai 2.705. Itu jauh menurun jika dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 3.916.
Penurunan jumlah kecelakaan tersebut juga menurunkan korban meninggal dunia di jalan raya. Jika pada 2016 mencapai 1.093 orang, tahun ini korban meninggal dunia 502 jiwa. Penurunan mencapai 54 persen.
Jika ditinjau dari jumlah kendaraan yang mengalami kecelakaan, pada arus mudik dan balik tahun ini ada 4.514 kendaraan yang nahas. Sebagian besar merupakan sepeda motor dengan angka 3.258 kendaraan. ”Padahal, sejak dulu sudah diimbau untuk tidak mudik menggunakan sepeda motor,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divhumas Polri Kombespol Martinus Sitompul.
Kalau saja pemudik bisa meng- ikuti arahan pemerintah, angka kecelakaan akan lebih menurun drastis. Karena itu, ke depan Polri lebih menekankan kepada masyarakat untuk tidak mudik dengan sepeda motor. ”Ini tugas bersama, Polri dan semua kementerian,” tutur mantan Kabidhumas Polda Metro Jaya tersebut.
Martinus meminta masyarakat mudik dengan menggunakan kendaraan umum. Sebab, angka kecelakaan kendaraan umum sangat kecil. Tahun ini jumlah bus yang mengalami kecelakaan hanya 95 kendaraan. ”Angka itu juga turun dari arus mudik dan balik 2016 yang mencapai 740 kendaraan,” ujarnya.
Terkait puncak arus balik, Martinus menjelaskan, telah dilakukan sejumlah langkah untuk mengurai kepadatan. Di tol Cipali Kilometer (Km) 72 dilakukan pengalihan arus menuju pantura barat, Cirebon, dan Palimanan.
Soal penyebab kemacetan, jelas Martinus, selain puncak arus balik, rest area yang overkapasitas turut andil. ” Rest area tidak cukup menampung pengendara yang ingin istirahat. Akhirnya banyak yang berhenti di bahu jalan dan menimbulkan bottleneck atau penyempitan jalan,” terangnya.
Masa angkutan Lebaran 2017 segera berakhir. Posko angkutan Lebaran pun akan ditutup hari ini (3/7) pukul 24.00 (baca: 12 malam) WIB nanti. Dari kegiatan yang telah berjalan, arus mudik hingga arus balik dinilai jauh lebih baik daripada penyelenggaraan pada tahun sebelumnya.
Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno menyatakan, keberhasilan itu bisa terwujud karena koordinasi yang baik antar kementerian/lembaga. Yang paling penting adalah adanya satu komando di lapangan. ”Sebelumnya kan sendiri-sendiri ya. Tahun ini sudah satu komando di Korlantas. Jadi bisa lebih cepat untuk pengambilan keputusan,” jelasnya saat dihubungi kemarin (2/7).
Namun, meski tak ada kejadian menonjol seperti tragedi Brexit tahun lalu, penyelenggaraan angkutan Lebaran tahun ini masih belum bisa mengantongi nilai sempurna. Djoko memiliki beberapa catatan merah. Misalnya manajemen rest area yang buruk.
Seolah tak belajar dari tahuntahun yang lalu, pada 2017 rest area masih menjadi salah satu penyebab utama kemacetan lalu lintas di ruas jalan tol. Itu terlihat pada arus mudik lalu. Pemudik harus terjebak berjam-jam untuk melalui tol Jakarta–Cikampek gara-gara aktivitas keluar masuk rest area. Dan itu kembali terjadi pada arus balik ini. ”Memang lebih baik macet di titik start daripada di ujung. Sebab, dengan begitu, masyarakat bisa pikir-pikir dulu lewat mana. Bukan terjebak di dalam. Tapi, tetap saja, ini manajemen masih buruk,” kritiknya.
Seharusnya, tutur Djoko, kepolisian bisa lebih tegas untuk mempercepat aktivitas pemudik di rest area. Bila memang dirasa terlalu lama, pemudik bisa segera diminta bergeser. Selain itu, pihak operator jalan tol bersama kepolisian harus memberikan informasi sejak 1 km sebelum rest area jika memang ditutup atau padat. Sehingga tak ada antrean di bahu kiri jalan. ”Kadang ini yang tidak diberitahukan. Kalau ada informasi kan kendaraan bisa langsung jalan,” ujar akademisi Universitas Katolik Soegijapranata itu.
Selain catatan-catatan tersebut, Djoko menyoroti mudik kendaraan dengan roda dua untuk jarak jauh. Misalnya dari Jakarta ke Jogjakarta, bahkan ada juga yang nekat dari Jakarta ke Surabaya. Dia meminta kejadian itu bisa dikendalikan tahun depan. Kalau perlu dilarang keras. ”Paling jauh kalau dari Jakarta ya sampai Brebes lah. Lebih dari itu dilarang,” tandasnya.
Pada angkutan Lebaran 2017 sendiri, jumlah pemudik roda dua diperkirakan mencapai 6,07 juta di seluruh Indonesia. (idr/